Enam

18 4 0
                                    

Dara berjalan santai di koridor dengan kepala menunduk. Jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi di mana sudah banyak murid yang menginjakkan kakinya di sekolah ini dan lebih memilih nangkring terlebih dahulu di depan kelasnya masing-masing. Keadaan ramai membuatnya jengah sehingga ia hanya memilih menunduk saja selama perjalanan menuju kelasnya. Tapi langkahnya terhenti ketika ia melihat sepasang sepatu tepat di hadapannya. Bukan hanya sepasang sepatu tapi juga disertai dengan kaki dan celana abu-abu sang empunya. Setelah ia menaikkan tatapannya hingga mendongak dengan sempurna, baru ia tahu bahwa Algen lah sang empunya itu. Lelaki itu nyengir tak berdosa.

"Dapet salam."

"Dari?" Dara mengernyit, kemudian Algen menunjuk dirinya sendiri yang langsung disusul dengan siulan menggoda dari teman-teman kelasnya yang sedang duduk di kursi panjang depan kelas. Dara menggeleng pelan dan mendengus sambil berlalu melanjutkan langkahnya menuju kelas meninggalkan Algen yang tengah diseret paksa oleh teman-temannya itu ke dalam kelasnya.

"Sejak kapan lo maen goda-godain cewek?!" Satu jitakanpun mendarat mulus di kepala Algen. Rupanya Ryo lah yang paling syok atas tindakan sahabatnya itu.

"Receh lo receh!" Ujar temannya yang lain yang masih tertawa terpingkal-pingkal. Algen hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

***

[Line]

Ryo: Dara?

Dara mengernyit ketika mendapati pesan tersebut.

Dara: Ya?

Read

Sudah lima belas menit tapi tak kunjung ada balasan. Apa sih? Gak jelas. Rutuk Dara dalam hati.

"Lo belom pulang? Cepet pulang malah nangkring di sini." Tiba-tiba Rendi sudah duduk di hadapannya. Dara langsung berdiri hendak pergi.

"Hey, mau kemana?"

"Lah? Tadi kan lo nyuruh gue pulang."

Rendi berdecak kemudian menarik tangan Dara berjalan bersamaan. Dara hanya diam saja mengikuti langkah lelaki itu. Tak sengaja ketika mereka sudah sampai di parkiran, Dara melihat Algen yang sedang berjalan. Yang ia lihat raut wajah lelaki itu tak berekspresi disusul dengan memalingkan wajahnya. Kenapa?

Berbeda dengan Ryo, ia tersenyum lebar sambil melambaikan tangannya ke arah Dara yang dibalas dengan senyum singkat oleh Dara.

"Ayo naek." Perintah Rendi menyadarkannya. Kemudian motornya melesat meninggalkan area sekolah.

"Lo kenapa si? Ada si Dara malah diem aja. Ditikung gue baru tau rasa loh." Canda Ryo pada Algen.

"Gue yang nikung." Ucapan Algen tersebut membuat Ryo menautkan halisnya tak mengerti. "Kalo gue bilang, kayaknya Rendi suka sama Dara, salah gak kira-kira?"

"Ya elah, mereka tuh sahabatan! dari... alah jaman ingusan. Jadi wajar lah kalo mereka lengket gitu." Kemudian Ryo melanjutkan ucapannya sambil memandang Algen hati-hati, "ya... walaupun selalu ada istilah omong kosong persahabatan antara cewek sama cowok. Kalo enggak si ceweknya yang naksir ya berarti si cowoknya."

Algen mendengus. Ryo ini, tadi seperti mengajaknya terbang tinggi menenangkannya lalu beberapa detik kemudian menjatuhkannya begitu saja. Sahabat biadab.

"Terus gue harus apa?"

"Tenang aja lah, lagian si Dara sukanya juga sama lo, kan?" Katanya, baru katanya. "Tapi bisa juga si Dara suka sama si Rendi. Lo bisa kalah lama-lama."

Tuh kan php lagi.

"Eitss... tapi tenang bro, tenang. Gak semua cewek suka dideketin dengan cara yang cepet. Santai aja, pelan tapi pasti sih kalo istilahnya. Eaa." Ryo berkata seperti itu dengan tangannya yang tidak bisa diam, seolah memeragakan. Tidak lupa ucapannya itu ditutup dengan aksi ngedab. Membuat Algen bergidik saja.

***

"Lo kenapa, Ra? Jadi diem terus. Gak banyak bacot." Tanya Rendi setelah Dara memberikan helm yang tadi dipakainya.

"Tuh kan serba salah gue."

"Ya, gak kayak biasanya aja. Lo gak mau cerita tentang Oksigen lo itu, gitu? Tumben." Ada harap semoga saja gadis ini tidak...

"Tadi pagi dia bilang ada salam ke gue dari dia sendiri, terus temen-temennya langsung pada heboh gitu. Haha." Ia tertawa mengingat kejadian konyol tadi.

...menceritakannya.

"Terus lo gimana?"

"Ya, gue cuma geleng-geleng aja sambil jalan aja ninggalin dia."

"Udah, lo jangan terlalu baper, gak baik. Sono masuk."

"Oke, bye! Hati-hati di jalan!" Rendi menatap punggung Dara yang kini telah hilang ditelan pintu. Ya, dari dulu Rendi memang sudah mengantisipasi hal ini terjadi.

***

Dara memainkan ponselnya sembari menunggu angkutan umum yang lewat. Ya, kalau berangkat sekolah tidak dengan papanya ia pasti berangkat dengan Rendi. Kalau tidak dengan Rendi, mau bagaimana lagi, ia akan berangkat sekolah seorang diri menggunakan angkutan umum. Tapi tidak masalah baginya, toh ia memang sudah terbiasa juga menaiki angkutan umum.

Tidak lama, angkutan umumpun berhenti. Awalnya ia ragu untuk naik karena angkutan umum tersebut sudah penuh, namun sepertinya masih bisa tersisa satu orang lagi untuk duduk karena para penumpang menggeser duduknya. Ya sudah, ditambah ini sudah siang, akhirnya ia menaiki angkutan umum itu. Dara menghela nafas ketika sadar bahwa orang yang duduk di seberang atau lebih tepatnya di depannya adalah Algen. Dara bingung harus apa, jadi ia memilih untuk berpura-pura tidak melihatnya saja. Gadis ini menyibukkan diri dengan ponselnya.

Sama seperti Dara, Algenpun sedari tadi tidak menghiraukannya. Entah memang tidak tahu, atau hanya berpura-pura tidak tahu seperti dirinya. Yang jelas, keduanya seperti tak mengenal satu sama lain.

Lah, kenapa pada diem-dieman?

Ketika hampir sampai di sekolah, Dara bertekad untuk tidak menyetop angkot ini. Biar Algen saja yang buka suara untuk menyetop angkot ini.

Namun, ketika tepat di depan sekolah lelaki itu tidak juga memberhentikan angkot ini, bahkan sampai sekolahnya terlewat. Membuat Dara mengernyit dan buru-buru menyetop angkot yang ia tumpangi itu.

Tidak disangka Algen mendahuluinya turun, seraya memberikan ongkos kepada supir, Dara berpikir pasti tadi Algenpun bertekad untuk tidak menyetop angkotnya. Jadi, mereka sama-sama saling membiarkan satu sama lain untuk angkat suara. Dan ya, akhirnya Dara juga yang kalah.

Karena sekolahnya yang terlewat tadi, dengan terpaksa mereka harus berjalan berbalik arah lagi, jaraknya lumayan jauh. Algen berjalan di depan Dara. Belum ada pembicaraan ataupun sekedar lempar senyum sama sekali. Oke, tidak masalah. Dipikir-pikir Algen berjalan dengan lambat membuat Dara berdecak sebal, otomatis ia pun harus berjalan lambat di belakangnya. Walaupun gadis itu bisa saja menyusul dan mendahului langkah Algen, tapi ia tidak mau akan terasa canggung nantinya.

Kalau seperti ini lebih baik ia menyebrang jalan saja, toh sekolahnya itu memang ada di seberang dari posisinya sekarang. Darapun memilih untuk menyebrang jalan. Ketika ia hendak melangkahkan kakinya, tiba-tiba tangannya dicekal oleh...

"Kalo nyebrang itu di zebra cross, tuh entar aja di depan sekolah." Algen. Lelaki itu menarik Dara dan membiarkannya berjalan di sampingnya.

'Nyebelin, gue nyebrang juga gara-gara lo jalannya lama.'

---

05 Mei 2018

Udara dan OksigenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang