Semua kenangan masa kecil berputar di pikiran rara, setetes air bening membasahi pipinya. Ya rara menangis. Rara teringat akan janji yang di ucapkan oleh sahabat di masa kecilnya dulu. Dia adalah RIAN, lelaki kecil yang dulu pernah memberikannya es krim dan sekaligus sahabatnya.
"Kapan kamu kembali" rara berucap lirih disela-sela tangisnya.
***
Pagi ini rara berangkat sekolah seperti biasa. Tidak ada lagi kesiangan karena setelah solat subuh dia tidak tidur lagi. Cukup kemarin dia kesiangan dan harus berlari menuju sekolahnya.Tepat di parkiran sekolah rara melihat rian sedang memarkirkan motor ninja hijau miliknya. Rara pun langsung memalingkan pandangannya ke arah lain ketika mata mereka saling bertemu.
Rara terus berjalan meninggalkan rian namun tanpa sepengetahuannya rian terus memandangnya.Rian POV
Aku sampai di sekolah dengan menggunakan motor ninja kesayanganku. Ketika aku memarkirkan motorku aku melihat rara sedang memperhatikanku, aku pun melihat ke arahnya namun benar tebakanku rara pasti akan memalingkan wajahnya dan bersikap cuek kepadaku. Dia pun terus berjalan ke arah koridor sekolah, aku pun terus memandangnya hingga sosoknya tak terlihat lagi.
"Maafin gue ra" batinku.
Aku pun berjalan menuju kelas, sesampainya dikelas aku melihat rara sedang melamun, entah apa yang sedang dia pikirkan. Aku pun mulai penasaran dan aku memberanikan diri untuk bertanya padanya.
Rara POV
Aku berjalan menaiki anak tangga menuju ke kelasku. Aku langsung duduk ditempatku, akupun tidak tau kenapa tadi aku memandang rian seperti itu. Aku terus memikirkan kejadian tadi.
"Ra!!"panggil seseorang yang berhasil membuat jantungku hampir melompat dari tempatnya.
Aku melihat ke arahnya. Dan apa ini? Ada apa dia memanggilku. Ya rian manggilku
"Apa?" Tanyaku dengan nada sedingin mungkin
"Nggak, tadi gue liat lo ngelamun makanya gue panggil, emang lo lagi mikirin apa?" Jelas rian.
"Aku gak mikirin apa2" jawabku.
"Oh gitu, yaudah deh" jawabnya dan langsung pergi dari tempat ku.
"Hah? Ada apa dengan anak itu? Apa dia kurang sehat" batinku terus bertanya.
***
Bel pun berbunyi yang menandakan bahwa jam pelajaran kedua pun telah selesai. Dan sekarang adalah jam istirahat pertama, semua murid berhamburan menuju kantin dan sebagian lainnya lebih memilih berdiam diri di dalam kelas.
Tapi lain halnya dengan ku, aku lebih memilih untuk pergi ke mushola dan melaksanakan sholat dhuha."Dit aku mau ke mushola dulu ya, kamu mau ikut gak?" Tanyaku pada dita
"Aku ikut ra" jawab dita
"Oke ayo".
“Hendaknya di antara kalian bersedekah untuk setiap ruas tulang badannya. Maka setiap bacaan tasbih adalah sedekah, setiap bacaan tahmid adalah sedekah, setiap bacaan tahlil adalah sedekah, setiap bacaan takbir adalah sedekah, beramar ma’ruf adalah sedekah, dan mencegah kemungkaran adalah sedekah. Dan itu semua sudah tercukupi dengan dua rakaat shalat dhuha.” (HR. Muslim No. 720, Al Baihaqi, As Sunan Al Kubra, No. 4677, 19995, Ibnu Khuzaimah No. 1225)
Author POV
Sampai di mushola mereka pun langsung mengambil air wudhu dan mereka melaksanakan sholat dhuha dengan khusyu.
Setelah melaksanakan sholat merekapun membereskan sajadah dan mukena yang tadi mereka gunakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akhir dari sebuah penantian
SpiritualitéCinta adalah sebuah anugerah yang allah berikan kepada hambanya. mamun bagaimana jika rasa cinta itu muncul disaat yang belum tepat bahkan rasa itu semakin tumbuh seiring berjalannya waktu tapi cinta itu di tujukan untuk seseorang yang belum halal u...