Hari ini seminggu setelah kematian eommaku, aku pindah rumah ke Seoul. Aku yang notabene adalah anak Daegu yang pendiam dan tak suka keramaian. Sedikit aneh melihat jalanan kota yang padat.
Aku Min Yoongi, Banyak orang mengatakan aku dingin, cuek, tapi tampan. Sungguh itu hanya 75% dari kenyataan yang mereka tau tentang diriku. Memang aku adalah orang yang tak terlalu mempedulikan hal sekitar dengan baik.
Yoongi mengeret koper besarnya di bandara. Saar ini ia sedang menunggu jemputan Appanya.
Sebelumnya ia hanya tinggal bersama sang eomma, keluarganya bukan lagi keluarga utuh. Yoongi hidup sebagai anak dari keluarga broken home. Setelah perceraian kedua orang tuanya, ia tinggal bersama sang eomma di Daegu, sedang Hyungnya tinggal bersama sang Appa di Seoul.
Lalu dimana sang hyung?.
Bukan tak mungkin pertanyaan itu akan orang lontarkan padanya, namun hanya sekedar untuk menjawab saja, Yoongi harus membuka lembaran hatinya yang menyakitkan.
Mungkin lain kali akan diceritakan.
Setelah perjalanan beberapa menit, sampailah ia dikediaman sang Appa. Rumah yang agak besar berlantai dua dengan rindangnya pohon hijau yang menghiasi area depan. Sungguh menyenangkan nan asri.
"Masuklah kedalam Yoongi-ah". Yoongi hanya tersenyum kepada istri appanya. Segera ia melangkah masuk mengikutinya menuju tempat istirahat.
Berbaring sejenak mendiamkan segala pikirannya yang berkecamuk. Yoongi menatap langit-langit kamar barunya. Bukan ini bukan kamar barunya, melainkan ini kamar peninggalan hyungnya. Ketukan pintu pelan menyadarkan Yokngi dari segala imajinasinya.
"Yoon, ayo makan". Sang appa berteriak dari balik pintu kamar. Yoongi berjalan gontai menuju dapur.
.
.
Saat makan tak ada yang bersuara, hanya bunyi kunyahan dan gesekan sumpit yang terdengar. Kecanggungan ini semakin terasa tatkala sang eomma tiri tersenyum manis kearah Yoongi. Bukannya balasan yang ia terima, Yoongi hanya menatap datar kearahnya.
"Yoongi-ah, sesekali cerialah, jangan menekuk mukamu begitu". Yoongi hanya menanggapi malas ucapan appanya.
"Tirulah Suga, keceriaannya, senyumnya dan tingkah lucunya".
Deg...deg...
"Yeobo". Sang appa memperhatikan senggolan sang istri.
Srekkkk..
Bunyi geseram kursi menggema dalam keheningan. Yoongi berdiri membungkuk dengan sopan dan berlalu pergi, namun langkahnya terhenti dan ia berbalik.
"Maafkan aku appa. Aku Min Yoongi bukan Min Suga".
Menyadari akan kesalahannya. Sang appa menatap bersalah melihat punggung Yoongi yang semakin beranjak meninggalkan ruangan dapur.
"Aku kelepasan sayang". Sang istri hanya memaklumi suaminya yang tanpa sadar telah menyakiti putranya.
"Aku tak berniat membandingkannya, aku hanya...". Sang istri mengangguk pelan.
"Aku tahu yeobo, tak seharusnya pula kau mengungkit dengan membandingkan keduanya, aku paham kau tak bermaksut begitu. Hanya saja dia baru terluka, biarlah luka itu tertutup sedikit demi sedikit". Tuan Min hanya mengangguk mengerti.
"Sebaiknya nanti kau bicara dengannya sayang". Tuan Min merasa beruntung memiliki istri pengertian seperti istrinya.
Setelah acara makan malam yang menurutnya menyebalkan, Yoongi terduduk di depan meja belajar milik Hyungnya, ada beberapa bingkai foto disana. Sebelah kiri agak besar foto bersama dirinya dengan kedua orangtua lengkap yang terlihat tertawa bersama, Yoongi ingat foto itu diambil ketika ia masih berumur 8 tahun. Senyum miris tercetak di sebelah sudut bibirnya. Ia letakkan kembali pigura yang tadi ia pegang. Disebelah kanan foto hyungnya bersma seorang namja, yang menurut Yoongi lumayan tampanlah. Mereka terlihat seperti pasangan yang sangat bahagia.
"Siapa dia?".
Yoongi memandangi pantulan dirinya didepan cermin.
Aku tahu aku mirip dengan hyungku, karena kami kembar.
Bisakah appa tak membandingkan diriku dengan hyung.
Aku Yoongi bukan Suga..
Aku tak bisa bersikap ceria tersenyum setiap saat didepan semua orang.
Karena aku bukan Suga.
Aku Min Yoongi.....
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
