31. Revisi Cita-cita Jadi Sekretaris

2.5K 101 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Eva tidak naik ke kelas tiga, sebab tidak ikut ujian. Awal Juni 1992 dia mendaftar ulang, tetap di kelas dua. Masuk kelas 2.1.

Teman-teman memandang iba. Bukan saja prihatin dia tak naik kelas, melainkan juga fisik tidak secantik dulu lagi.

Moonface, kaki bengkak, tambun. Dengan tinggi 168 sentimeter bobot 89 kilogram, dia tak segesit ketika bobot 51 kilogram, dulu.

Memang, wajah tidak sampai tampak bonyok. Cuma tembem tebal. Tapi hidung yang dulu mancung jadi tenggelam. Mata yang dulu indah jadi ngumpet di balik tembem. Wajah bundar mirip purnama.

Setiap jam istirahat dia selalu berada di dalam kelas. Ngumpet. Sambil makan bekal masakan Mama dari rumah. Dia menghindari kerumunan, seperti kantin, apalagi lapangan.

Teman sekelas baru semua, yang dulu yuniornya. Disitu jatuh mental Eva.

Untung, bekas teman sekelas sering mendatangi saat jam istirahat. Ada Sisca, Puteri, Ayu, Wulan. Mereka berusaha menghibur Eva.

Sedangkan, Hesti dan Nanan sudah lulus. Eva terakhir ketemu mereka, ketika mereka beberapa kali membezuk di RSCM, dulu.

Bagaimana Ryan? Pertemuan pertama mereka sejak Eva moonface, Ryan tak bisa menyembunyikan kekagetan.

Bahkan, Ryan tak mengenali Eva ketika dia masuk kelas 2.1 di hari keempat, awal tahun ajaran baru. Itulah pertemuan pertama pasca moonface.

Waktu itu jam istirahat. Eva duduk di dalam kelas sedang ngobrol dengan Sisca. Hanya mereka berdua di ruangan itu.

Ryan masuk, melihat Sisca, sekilas melihat Eva, lalu balik keluar. Dia balik lagi setelah dipanggil Sisca, dan diberitahu bahwa ada Eva disitu. Kemudian Ryan meneliti wajah Eva dengan ekspresi kaget.

Tapi, Ryan masih perhatian ke Eva. Masih mengajak main band, menawarkan mengantarkan pulang. Semua ditolak Eva.

Eva terpuruk. Rasa pede sudah nol, berubah jadi minder. Sudah dibesarkan hatinya oleh siapa pun, tidak juga mengangkat rasa pede. Hanya semangat belajar membara, membuat dia tetap sekolah. Dia tetap ingin jadi astronot.

Ryan tetap baik pada Eva. Suatu siang di jam istirahat, Ryan masih mendatangi kelas Eva. Disana sedang kumpul: Eva, Sisca, dan dua cewek sekelas Eva, Aprilianti Prameswari dan Grace Sahilatua. Ryan nimbrung:

"Kapan, ya... elu mau nyanyi Dona Dona, duet ama gue?" kata Ryan pada Eva.

"Ogah. Itu lagu Yahudi," jawab Eva ketus.

"Yahudi tapi menginspirasi: Jangan jadi anak sapi yang pasrah disembelih. Jadilah burung swallow yang terbang bebas," balas Ryan.

Eva berusaha menahan senyum. Dia tidak mau tersenyum di depan Ryan. Dan, dia berhasil tetap datar. Sisca yang bawel tak berani komentar.

728 HARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang