PENJELASAN QS (2) AYAT 14 - 20 NIFAQ 14

166 1 0
                                    

Nifaq II

Tafsir selengkapnya »

وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَىٰ شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ

Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata: "Kami ini telah beriman", dan apabila mereka telah bersendirian dengan setan-setan mereka, mereka katakan: "Sesungguhnya kami adalah (tetap) bersama kamu, kami ini hanyalah mengolok-olokkan mereka itu (14)

اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ

Allahlah yang akan memperolok-olok mereka dan akan memperpanjang mereka di dalam kesesatan, mereka resah gelisah (15)

أُولَٰئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلَالَةَ بِالْهُدَىٰ فَمَا رَبِحَت تِّجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ

Mereka itulah orang-orang yang telah membeli kesesatan dengan petunjuk dan tidaklah mereka dapat pimpinan (16)

مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لَّا يُبْصِرُونَ

Perumpamaan mereka adalah laksana orang yang menyalakan api dan Dia biarkan mereka di dalam getap-gulita, tidak melihat (17)

صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُونَ

Tuli, lagi bisu, lagi buta maka tidaklah mereka (dapat) kembali lagi (18)

أَوْ كَصَيِّبٍ مِّنَ السَّمَاءِ فِيهِ ظُلُمَاتٌ وَرَعْدٌ وَبَرْقٌ يَجْعَلُونَ أَصَابِعَهُمْ فِي آذَانِهِم مِّنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِ وَاللَّهُ مُحِيطٌ بِالْكَافِرِينَ

Atau seperti hujan lebat dari langit, yang padanya ada gelap-gulita, guruh dan kilat; mereka sumbatkan jari-jari mereka ke dalam telinga mereka dari (mendengar) suara petir, karena takut mati; tetapi Allah mengepung orang-orang yang kafir (19)

يَكَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ أَبْصَارَهُمْ كُلَّمَا أَضَاءَ لَهُم مَّشَوْا فِيهِ وَإِذَا أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوا وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Nyarislah kilat itu menyambar penglihatan mereka; tiap-tiap kilat menerangi mereka, merekapun berjalan padanya; dan apabila telah gelap atas mereka, merekapun berhenti; dan jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia hilangkan pendengaran mereka dan penglihatan mereka; sesungguhnya, Allah atas tiap-tiap sesuatu, adalah Maha Kuasa(20)

Ada beberapa kesan yang kita dapat setelah kita renungkan ayat-ayat ini. Dengan 20 buah Ayat permulaan AL BAQARAH diberikanlah jawaban atas permohonan kita kepada Tuhan agar ditunjuki jalan yang lurus, jalan orang yang diberi nikmat, jangan jalan yang dimurkai dan jalan yang sesat.

Pada 5 Ayat yang pertama dari Surat ini digariskan jalan bahagia yang akan ditempuh mencari petunjuk dengan takwa dan iman. Tuhan menjamin, asal jalan itu ditempuh, pastilah tercapai apa yang dimohonkan kepada-Nya.

Kemudian dua Ayat berikutnya Ayat 6 dan Ayat 7 diterangkan nasib orang yang ditutup Allah hati mereka, karena sikap jiwa yang menolak.

Tetapi mulai dari Ayat 8 sampai Ayat 20 diterangkanlah jiwa yang ragu, pribadi yang pecah, dan munafik, lain di mulut lain di hati, yang menjadikan hidup terkatung-katung tak tentu rebah tegak.

Menjadi kafir betul, sudahlah dapat diatasi, dan sudah terang bahwa itu adalah lawan. Tetapi yang sakit sekali ialah kafir dengan topeng Islam, sampai-sampai 12 Ayat Tuhan menguraikan jiwa yang demikian.

Maka bukanlah maksud Ayat menceritakan keadaan munafik Yahudi dan munafik Arab Madinah itu hanya sekedar cerita, tetapi untuk menjadi cermin perbandingan bagi kita, umat Muhammad SAW bagi mengoreksi dan memeriksa keadaan jiwa kita sendiri, sebagal pepatah ahli Tasauf:

"Hitunglah dirimu, sebelum kamu dihitung."

Jangan kita dengan mudah menuduh orang lainmunafik, tetapi perhatikanlah pada jiwa kita sendiri, kalau-kalau penyakit ini ada pada kita entah sedikit entah banyak. Tafakkurlah kita memikirkan bahwa seorang Muslim yang besar, Saiyidina Umar bin Khathab (Ridha Allah terlimpah kiranya kepadanya), yang selalu bertanya kepada seorang sahabat lagi yang alim tentang penyakit-penyakit jiwa manusia yaitu Huzaifah bin al-Yaman:

"Huzaifah! Beritahu aku, mungkin padaku ada sifat-sifat munafik yang aku sendiri tidak sadar."


Siapa Umar? dan siapa kita?

Satu kesan lagi yang kita dapat ialah bahwa berbeda dengan di Mekkah, di Madinah masyarakatnya tidak ada kesatuan pimpinan. Ada 2 golongan yaitu Yahudi dan Arab penduduk asli. Yahudinya pecah, karena semuanya merasa diri berhak terkemuka, sebab itu sebagai tersebut dalam Surat AL HASYR:

لَا يُقَاتِلُونَكُمْ جَمِيعًا إِلَّا فِي قُرًى مُّحَصَّنَةٍ أَوْ مِن وَرَاءِ جُدُرٍ بَأْسُهُم بَيْنَهُمْ شَدِيدٌ تَحْسَبُهُمْ جَمِيعًا وَقُلُوبُهُمْ شَتَّىٰ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْقِلُونَ

"Mereka tiada akan memerangi engkau dalam keadaan bersatu padu, kecuali dalam kampung-kampung yang berbenteng atau di balik tembok. Permusuhan antara sesama mereka adalah sangat hebat. Engkau sangka mereka bersatu, tetapi hati mereka pecah-belah. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tiada mengerti." (Surat 59 AL HASYR Ayat 14).

Dan sebagai kebiasaan Yahudi, yang penting bagi mereka hanya satu, yaitu memegang kendali ekonomi. Memberi pinjaman uang dengan ribakepada penduduk Arab dan menanam pengaruh. Di kalangan Arab sendiri ada yang penuh nafsuhendak menjadi pemimpin, yaitu Abdullah bin Ubai. Tetapi moralnya yang bejat menurunkan namanya.

Menurut Tafsir, celaan keras atas orang yang menyuruh hamba sahayanya perempuan melacurkan diri dan dia memungut sewanya yang tersebut dalam Surat AN NUUR (Surat 24), yang dituju adalah Abdullah bin Ubai.

وَلْيَسْتَعْفِفِ الَّذِينَ لَا يَجِدُونَ نِكَاحًا حَتَّىٰ يُغْنِيَهُمُ اللَّهُ مِن فَضْلِهِ وَالَّذِينَ يَبْتَغُونَ الْكِتَابَ مِمَّا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ فَكَاتِبُوهُمْ إِنْ عَلِمْتُمْ فِيهِمْ خَيْرًا وَآتُوهُم مِّن مَّالِ اللَّهِ الَّذِي آتَاكُمْ وَلَا تُكْرِهُوا فَتَيَاتِكُمْ عَلَى الْبِغَاءِ إِنْ أَرَدْنَ تَحَصُّنًا لِّتَبْتَغُوا عَرَضَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَن يُكْرِههُّنَّ فَإِنَّ اللَّهَ مِن بَعْدِ إِكْرَاهِهِنَّ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

"Dan janganlah engkau paksa budak-budak wanitamu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri mengingini kesucian, karena engkau hendak mencari keuntungan duniawi. Dan barangsiapa yang memaksa mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang [kepada mereka] sesudah mereka dipaksa [itu]." (Surat 24 AN NUUR Ayat 33).

Sebab itu sudahlah dapat dimengerti kalau pimpinan Rasulullah disambut dengan bersemangat oleh golongan terbesar penduduk Arab Madinah. Maka timbulnya kemunafikan lalah karena tidak dapat lagi melawan secara berterang-terang, sebagai dilakukan orang di Mekkah, sebab pimpinan di Mekkah masih di tangan musyrikin. (HAMKA)

TAFSIR BUYA HAMKA JUZ 1 ALIF LAAM MIIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang