Tatapan Pertama

58 4 5
                                    



Pernah tidak sih, kamu merasa hal yang kamu lakukan saat ini pada akhirnya akan kamu rasakan di masa yang mendatang?

Atau mungkin kamu pernah bertanya, seperti apakah jodoh kamu dan bagaimana caranya nanti kalian akan bertemu?

Aku pernah merasakan cinta. Tapi, tidak kusangka cinta yang pernah kupikir kurasakan hanyalah sebuah kekaguman semata. Membuatku merasakan sakit yang terdalam hingga takut untuk memulai. Baru sekarang aku merasakannya, dan bagiku perasaan ini sangat bercampuk aduk tidak dapat kutebak. Lalu bagaimana aku bisa merasa yakin dengan perasaanku sekarang? Entah aku juga tidak yakin. Pernah ada orang yang bilang "jatuh cinta tidak dapat disembunyikan. Aku tak tau apa yang terjadi padamu, tapi apakah ada seseorang di hatimu saat ini?" saat itulah aku menyadari perasaan ini benar-benar nyata.

Hari itu aku baru saja selesai kelas dan aku bertemu teman-teman semasa perjuanganku di bangku kuliah. Berada di bawah panasnya terik matahari yang menembus atap kantin kampus. Makan siang bersama teman memang tidak ada duanya, tapi siapa sangka bahwa hari itu akan menjadi hari pertamaku bertemu dengannya. Jodohku.

"jangan lupa guys hari ini ada rapat panitia natal" ucap Nasya salah satu teman dalam gengku. Dia berpakaian nyentrik seperti hari-hari biasanya.

"jam berapa?"

"bentar gue liat di grup.. hm jam 3 sore cuy" jawabnya sembari mengscrool layar handphonenya. "ga ada kelas kan lo jam segitu?" tambahnya.

"kagak. Ntar bareng aja cuy pas rapatnya" jawab Siska

Tanpa basa-basi Nasya pun melanjutkan makannya yang sempat terhenti tadi. Begitu pula denganku. Gengku ini berisikan tujuh orang yang beragam latar belakang dan juga sifat. Kali ini lima orang dari gengku berpatisipasi dalam acara natal yang diadakan pihak kampus. Karena kami semua masih mahasiswa baru jadi kami lagi rajin-rajinnya ikut acara kampus. Dan dari sinilah semua ceritaku dimulai.

"ini bukan sih ruangannya?" ucapku sembari mengintip dari celah pintu "di dalem masih sepi"

"bener kok. Yaudah kita ke koperasi aja deh dulu, masa kita yang pertama kali dateng."

Kami berlima pun melangkahkan kaki kami berjalan menuju lantai bawah dan memasuki ruang koperasi. Jam telah menunjukkan pukul 15.00, waktu yang sangat pas untuk rapat dan kami masih terjebak diantara panjangnya antrian. Selesainya kami kembali ke ruangan tadi dan melihat sudah ada banyak orang yang berkumpul. Dengan enggan ku memasuki ruangan dingin itu dan duduk. Ramai. Satu kata yang bisa menjelaskan kondisiku saat ini. Ada banyak senior yang juga turut berpatisipasi dalam acara ini. Aku angkatan 2016. Jika dikira-kira disini ada angkatan 2015 dan 2014. Tak lama Segerombolan laki-laki memasuki ruangan dan menyita perhatian semua orang karena keramaian yang mereka bawa. Begitu pula denganku. Tapi yang kuperhatikan bukanlah kegaduhan yang mereka buat tapi salah satu pria yang ada dalam gerombolan itu. Aku tidak mengenalnya tapi entah mengapa aku merasa pernah melihatnya di suatu tempat. Dan aku merasa ada ikatan yang aneh setiap kali aku melihatnya. Aku pun berusaha mengalihkan perhatianku pada handphoneku, mencoba cari cara untuk tidak berfikir yang aneh-aneh. Rapat dimulai dan menghabiskan waktu 2 jam setengah. Setelah selesai kami berlima pun berjalan ke kantin. aku merasa sangat lapar dan langsung berupaya berjalan kearah tempat tante nasi ayam yang biasa kubeli. Tapi langkahku terhenti ketika melihat pria yang tadi. Dia berdiri tepat di depan tempat biasa aku beli. 

dia menatapku.

tunggu, beneran ga sih dia liat ke gue?

ah bodo lah. aku pun kembali berjalan dan berdiri di belakangnya. 

akhirnya dia pun pergi sembari menengok ke belakang menatapku dengan lama. aneh. iya aneh. sebut aja pria aneh. karena secara anehnya, ini pertama kalinya aku ngalamin hal ini. Jantungku berdebar kencang. Dan di detik ini pula aku mengira ini adalah hal terakhir yang kualami dengannya. ternyata aku salah. salah besar.

Hari demi hari berganti dan aku memulai hariku seperti biasanya, hanya saja kali ini aku tidak ada kelas sehingga aku melangkahkan kakiku ke dalam kantin. aku memiliki janji temu dengan dosenku mengenai nilai kuisku minggu kemarin karena itulah aku berada disini, menunggu.  Selang sekian menit dari arah selatan aku melihat segerombolan pria masuk ke kantin. dan dia ada disitu. duduk dan tertawa lepas. iya, si pria aneh. 

tunggu dia berhenti tertawa.

loh dia nengok?

dia liat kesini! mati! secara spontan aku pun mengalihkan pandanganku menatap Siska yang ada didepanku.

"kenapa lo?" 

"Hah? oh ng.. hm hahaha nga kok nga"

"aneh bener" Siska pun menengok ke belakang lalu tersenyum "ohh dia"

"dia apaan?"

"elah ga usah pura-pura gatau deh lo. dia senior kan. daritadi ngeliatin lo terus tuh."

"Hahaha apaan sih lo."

"Basi, Flo. mau ampe kapan cuma liat-liatan? ampe lo punya cucu? ga kan?"

"Hahahaha ga lah gila. lagian kenapa sih cuma liat doang emang salah? ga kan?"

"yeee liat doang ga pake ngomong ya jelas salah. freak malah. kayak stalker tau gak. hiii.. "

"yeee namanya juga gue demen. gue suka. ya liat lah"

"yakin suka?"

"iyalah kalo ga kenapa gue liatin mulu.."

"kalo udah tau dan yakin, apa lagi sih yang lo tunggu? maju aja sih. keburu diambil tau gak. dia kan ganteng tau."

"ga segampang itu lagi, sis. justru karena gue tau dia ganteng ya gue tau diri."

"eh udah tahun 2017. HELLLOOOO. banyak kali sekarang orang jelek sama orang ganteng. bahkan gue liat-liat ampe nikah. nah lo kapan? udah lahhh ga jaman lagi tau ga yang namanya minder."

ya aku baru sadar. Hanya ada dua pilihanku, melihat-kenalan atau melihat-kehilangan. iya atau tidak sama sekali. tapi, bagaimana caranya? aku benar-benar tidak tau. Dia senior loh! SENIOR! masa iya maba ngedeketin senior?

"ah gatau deh gue, sis. Udah jam segini gue pergi dulu ya" 

"mau kemana lo?"

"hutan. Mau ngegembala babi. Ya ke ruangan Pak Freddy lah." jawabku kesal

Siska ketawa. Nascya ketawa. semua ketawa, kecuali aku. karena aku menjadi benar-benar memikirkan ucapan Siska. aku ga bisa diem terus kalau perasaanku emang seyakin ini. Pria aneh itu angkatan 2014, aku 2016. kalau makin lama nunggunya, dia bisa keburu lulus. Sial. aku ga bisa lama-lama.

TatapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang