"...dia tidak menyukaimu, kutekankan itu berkali-kali pada diriku..."
Pagi ini gerimis, hujan pertama di tahun ini. Aroma bumi yang Keysa rindukan itu sejenak mengingatkannya pada payung kuning bermotif bunga kecil warna nila, kenangan 3 tahun lalu yang membuatnya terjebak dalam perasaan itu.
Sekarangpun dia masih menggenggam erat payung kuning itu, yang warnanya sudah sedikit memudar tapi entah kenapa perasaannya malah semakin pekat.
Keysa yang sedari tadi memperhatikan ke luar jendela bis itu kini mengalihkan pandangannya ke arah kursi belakang, paling ujung. Alasannya setiap pagi berangkat dengan bis adalah karena laki-laki yang sedang duduk di kursi belakang itu, selalu menjadi moment yang menyenangkan setiap berangkat satu bis dengannya. Tapi kali ini, bersama datangnya hujan Keysa merasakan rasa yang hampir menemukan titik menyerahnya.
"Kenapa ga pekek jaket Anant," gerutunya dalam hati masih memperhatikan Ananta yang duduk bersandar dengan mata terpejam.
Tak lama bis berhenti, Keysa selalu menunggu Ananta turun terlebih dahulu, tapi kali ini laki-laki itu tak kunjung berdiri.
"Mbak bangunin temennya," Pak supir menegur Keysa karena tinggal mereka berdua di dalam.
Keysa mendekati Ananta sambil berpikir bagaimana bisa dia tertidur selelap ini, Keysa memperhatikan sejenak wajah dingin yang tak kalah dinginnya dengan gerimis di luar itu. Sebelum membangunkannya, Keysa meletakkan susu kemasan rasa strawberry di kantong samping tasnya, lalu dia meletakkan juga payung kuning itu dipangkuan Ananta.
Srekkk, Keysa menyenggol kaki Ananta dengan kakinya. Lalu berbalik cepat dan turun. Dorongan Keysa membuatnya berhasil terbangun, Ananta yang terlihat kebingungan itu menegakkan posisi duduknya. Semakin terlihat bingung saat payung kuning sekarang sedang dia genggam di pangkuannya.
"Jadi turun ga dek?" Tegur pak sopir lagi, Ananta langsung berdiri menyeimbangkan jalannya dan melihat gerimis yang padat. Dia memakai payung itu dan turun berjalan ke arah gerbang sekolahnya. Dari langkahnya tak jauh dia melihat punggung Keysa, dengan sedikit berjinjit perempuan kecil itu berlari menerobos gerimis.
"Aku sudah mengembalikan apa yang menjadi milikmu, Anant. Kuakhiri ini semua di sini."
☔☔☔
"Masalah mama dan papaku udah selesai,Ra. Thanks buat bantuanmu," Ananta menemui Laura di lorong perpustakaan di jam istirahat.
"Sama-sama Nant, kalau kamu butuh bantuanku atau papaku, kabarin aja ya," jawab Laura yang hanya dibalas anggukan kecil oleh Ananta.
"Tapi aku masih boleh jalan bareng sama kamu kan, atau main ke rumah kamu gitu?" Ucap Laura dengan mata berbinarnya.
"Aku rasa ga perlu," jawab Ananta khas dengan sifat cueknya.
Laura tertawa "Cowok dingin kayak kamu gini nih yang bikin aku penasaran terus, tapi nanti kalau aku butuh ke toko bunga lagi temenin ya?"
"Aku ga bisa janji,"jawab Ananta singkat.
"Btw, itu susu strawberry boleh buat gue aja nggak?" Laura tak habis akal, dia melihat Ananta menggenggam susu kotak strawberry di tangan kirinya.
"Ambil aja," jawab Ananta memberikannya, dan saat itu juga Keysa keluar dari perpustakaan sendirian.
Mereka bertiga saling melihat, pandangan Keysa langsung fokus pada susu strawberry itu. Dia menghela napasnya dan berjalan pergi, Keysa menegarkan setiap langkahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANANTA
Genç KurguMungkin akan terbaca membosankan karena aku selalu mengatakan aku mencintainya, tapi memang tak pernah ada rencana di bab manapun untuk mengakhiri perasaan itu. Bab yang isinya penuh dengan dia, tentang bagaimana aku yang selalu menatap punggungnya...