4. Over protective

1.3K 107 0
                                    

Warning:

This story about boy x boy, yaoi.

Don't like don't read


Pairing: Sasunaru always


Cerita murni milik sendiri, tapi para tokohnya harus berat saya katakan tetap milik Masashi-sensei T_T


Nb: episode kali ini mungkin membosankan bagi reader yang membaca, jadi saya mohon maaf karna masih awam dalam dunia tulis menulis, pengolahan kata, dan terutama jalan cerita.

At least, happy reading



Melody of love

Naruto menatap lirik yang dibuat dadakan Sasuke tadi siang. Beberapa kalipun dia liat, jawabannya memang benar. Naruto lalu menatap lirik utuh asli buatanya. Padahal saat dia menulis lirik lagu itu, dia hanya mendapat inspirasi dari sebuah lagu yang dia sangat sukai.
Naruto kembali membayangkan saat Sasuke tampak sangat terluka karna pertanyaannya.

Apa aku terlalu keterlaluan?. Tapi menurutku, aku tidak melakukan sesuatu yang keterlaluan pada Sasuke senpai...
Apa jika seseorang mengungkapkan perasaannya, harus selalu diterima?.

Naruto menatap kembali lirik dari Sasuke. Apa....senpai harus sesedih itu?... Naruto berjalan menuju piano besar berwarna hitam yang terletak di ruang keluarga. Entah sudah berapa tahun dia tidak menyentuh benda itu lagi.
Jika saja ibunya tidak terus mendesaknya untuk belajar piano saat kecil tentu tidak akan membuatnya membenci alat musik yang satu ini.

Ibunya Uzumaki Kushina adalah seorang pianis terkenal, bahkan sampai saat ini. Jadwal pementasan konser yang selalu padat, membuat si ibu jarang berada di rumah. Tentunya hal ini membuat Naruto kecil yang belum mengerti menjadi sangat kesal pada ibunya. Sedangkan ayahnya Minato Uzumaki seorang CEO perusahaan besar yang bahkan pulangnya bisa dihitung dengan jari.
Keluarga yang hancur?. Bukan yang hancur, lebih tepatnya hanya sedikit retak karna kedua orang tuanya masih saja bersikap egois. Jadi jangan salahkan Naruto jika dia tidak begitu memusingkan kesibukan orang tuanya itu. Lalu kenapa dia malah masuk ke jurusan musik kalau begitu?.

Sebenarnya Naruto tidak punya impian untuk menjadi seorang pianis, atau penyanyi atau apapun yang berhubungan dengan musik. Tapi saat pemilihan jurusan waktu itu, hanya karna kebanyakan teman sekelasnya memilih jurusan musik, dan jika memilih jurusan yang berbeda, akan menyebalkan sekali untuk berbaur lagi dengan teman-teman baru. Jadinya dia terpaksa memilih jurusan ini.
Dan kini, dia harus berurusan lagi dengan benda besar dihadapannya.

Baiklah, kita lihat seberapa kuatkah ingatanmu Naruto, ujarnya dalam hati sambil menatap deretan tuts. Dulu saat diajari, ibunya bilang jika kemampuan Naruto hampir sempurna. Tapi karna sudah lama tidak berlatih lagi, entah hasilnya sekarang.

"Baiklah...."

Naruto mulai menekan satu tuts, kemudian disusul dengan yang lain. Tanpa diduga, Naruto malah mulai menciptakan instrument baru. Saat tau jika dia mulai menciptakan nada, Naruto mulai menekan tiap tuts dengan emosi dan dentingan piano pun mulai terdengar kasar dan semakin cepat. Lalu saat mengingat tatapan terluka Sasuke muncul, Naruto mulai melambatkanya, merubah melodinya menjadi terdengar suram dan kesepian. Dan dentingan piano yang menggema pun masih berlanjut beberapa menit kemudian.

Ting

Tuts terakhir terdengar saat Naruto mengakhiri instrument barunya. Dengan sedikit terengah-engah, Naruto menatap sebuah kertas berisi lirik Sasuke yang dia selipkan di partitur kayu.
Setelahnya Naruto menunduk. Dia begitu benci perasaan ini. Perasaan yang begitu sesak, sedih, kesepian, dan juga bersalah. Semua gambaran dari saat dia kecil sampai saat ini tampak di ingatannya.

Melody Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang