Tetep VOMENT ya ;)
Gilang yang sedang duduk di depan bangku Gessa segera berteriak memanggil Adit saat cowok itu masuk kelas. Bel masuk belum berbunyi meskipun kegiatan literasi buku sudah selesai sejaka lima menit yang lalu.
"Dit!" panggilnya.
"Kenapa?" Adit melirik Gilang lalu beralih pada Gessa yang sedang memandangnya datar.
"Gue kemarin lihat lo ke toko buku, pas gue panggil lo nggak denger. Ngapain hujan-hujan kesana?"
Gessa memandang Adit heran. Bukannya kemarin mereka ke toko buku saat cuaca masih terang. Hujan baru turun saat Adit sampai di depan rumah Gessa. Lalu cowok itu pamit dan sepertinya pulang.
"Ada beberapa buku perpus yang belum terdaftar," jawab Adit lalu berjalan menuju mejanya.
Gilang mengangguk mengerti.
"Dit, ada salam dari cewek kelas sebelah," ucap Gilang masih duduk di depan Gessa. Ia hanya memutar tubuhnya menghada Adit yang sudah duduk di bangkunya.
Adit menaautkan kedua alisnya.
"Siapa?"
"Lo bakal kaget deh sama cewek itu," sahut Gilang. Ia segera berlari menuju tempat duduknya saat guru Matematika masuk kelas.
Gessa yang mendengar ucapan Gilang ikut penasaran. Ia menebak-nebak siapa cewek yang memberikan salam untuk Adit. Sudah biasa bagi Adit menerima banyak salam dari siswi sekolahnya baik kakak kelas, seangkatan ataupun adik kelas mengingat ia adalah sosok yang famous.
Namun kalimat terakhir Gilang membuat Gessa harus berpikir dua kali. Adit bakal kaget? Kenapa?
**
Adit berjalan santai di sepanjang koridor bersama Gilang. Ia tidak menanggapi bisik-bisik dari adik kelas yang sedang memandanginya. Itu adalah hal yang biasa bagi Adit. Gilang pun demikian. Dulu ia sempat risih namun lama-kelamaan ia dapat memakluminya karena sahabat yang saat ini berjalan di sampingnya memang tampan.
Sayang, masih jomblo. Eits, single.
"Lo mau pesen apa?" tanya Gilang saat sudah sampai di kantin.
"Batagor sama es jeruk aja."
"Oke. Lo tunggu di sini aja deh biar gue pesenin."
"Thanks," jawab Adit.
Sambil menunggu Gilang, Adit memandang segala penuru kantin. Biasanya tetangganya itu tidak pernah melewatkan jam istirahat kedua. Karena jam istirahat pertama pasti ia habiskan di perpustakaan.
"Gue boleh duduk di sini?"
Adit mendongak. Ia terkejut dengan apa yang ia lihat saat ini. Namun raut terkejutnya hanya beberapa detik lalu kembali datar.
"Hn," jawab Adit.
Orang itu tersenyum kecut mendapat tanggapan yang begitu singkat dari Adit.
"Apa kabar?" tanyanya sambil memasang senyum termanisnya.
Sayang, Adit hanya menanggapi sneyum itu dengan raut wajah datar. "Seperti yang lo lihat," timpal Adit.
"Nih, Dit." Gilang meletakkan dua buah piring berisi batagor di atas meja.
"Thanks, Lang," ucap Adit ringan.
Gilang yang merasa ada orang lain di mejanya, segera memandangnya. Ia sama seperti Adit, terkejut. Padahal sebelumnya ia sudah bertemu dengan cewek itu meski hanya titip salam untuk Adit.
"Lo kenapa bisa di sini?" tanya Gilang cepat.
Orang itu, cewek yang saat ini duduk di hadapan Adit segera tersenyum. Bukan senyum manis, melainkan senyum miris. Ia berharap Adit lah yang akan bertanya seperti itu. Bukan Gilang.
"Gue pindah sekolah di sini."
"Dua setengah tahun ini lo kemana?" tanya Gilang akhirnya. Pertayaan itu sudah ia tahan sejak tadi bertemu.
"Gue pindah ke Surabaya. Papa ada kerjaan di sana jadi gue harus ikut," ujarnya.
Gilang mengangguk.
"Lo udah selesai, Lang?"
Gilang menatap Adit terkejut. Baru juga akan menyuapkan sesendok batagornya, Adit sudah mengajaknya kembali ke kelas. Gilang beralih pada piring Adit yang sudah kosong.
Gila, kesurupan apa Adit sampai makannya cepet banget?
"Lo masih marah sama gue, Dit?" tanya cewek itu.
"Untuk apa gue marah? Lo pergi ataupun nggak, bukan masalah buat gue karena gue emang nggak suka sama lo," jawab Adit sinis.
Cewek itu, Oliv, teman SMP Adit, Gilang bahkan Kevin. Oliv adalah cewek populer di sekolahnya dulu. Ia dikenal banyak orang karena kecantikannya dan percaya dirinya yang menyukai Adit meski cowok itu mengabaikannya.
Sejak memasuki bangku SMP, Oliv memang menyukai Adit, cowok yang sama populernya dengannya. Ia tergila-gila dengan Adit yang merupakan pemain musik di sekolahnya dan merupakan anggota inti tim basket maupun voli sekolah.
Rasa sukanya pada Adit membuatnya menolak banyak siswa laki-laki, termasuk.. Kevin. Ia dengan mudahnya mengatakan kata pedasnya pada Kevin yang merupakan cowok pendiam. Yang Oliv tahu, Kevin adalah anggota klub musik seperti Adit dan ..kurang mampu.
Setelah menolak Kevin, ia juga membuka segala kekurangannya. Dan menumbuhkan dendam pada hati Kevin untuk laki-laki yang sama sekali tidak bersalah, Adit. Bahkan Oliv berhasil mengubah segala sikap Kevin yang pendiam menjadi laki-laki penuh dendam.
"Waktu itu gue.."
"Nggak usah diperjelas karena gue udah tau segala tentang lo setelah hari itu," sela Adit cepat. Ia tidak memberikan kesempatan untuk Oliv berbicara mengenai masa lalu.
Adit segera meninggalkan Oliv yang masih menahan tangisnya. Sedangkan Gilang hanya menepuk bahu Oliv.
"Kalau gue ada di posisi Adit, gue juga akan seperti itu. Bahkan lebih," ucap Gilang lalu menyusul Adit.
**
KAMU SEDANG MEMBACA
Jones Has Taken || #wattys2018
Teen FictionHighest Rank #158 "Dasar Jones." "Kamu juga belum pacaran." "Kalau gue emang dasarnya pengen single. Single itu prinsip kalau jomblo itu nasib, sama kaya lo." Gessa Askara, siswi yang paling anti buku terpaksa masuk ekskul Perpuswork karena menghind...