Prolog

23 1 0
                                    

"Argh, sial! seharusnya hujan tidak turun di saat aku sendirian seperti ini. Ini sudah hampir dini hari  dan dia belum juga pulang." Decakku saat dilihatnya sebuah kilat terbawa angin, menerpa kasar ke arah jendela.

"Dasar Rio sia-, ARGHH!" ucapku terpotong saat tiba-tiba jendela di kamarku pecah tak berwujud. Tubuhku melemas dan bahkan tumpuanku berdiri tak kuat menahan beban tubuh seolah kemampuan aneh yang ku miliki menguasai semuanya.

Namun, berbeda dengan kedua tanganku yang kini terangkat menutupi sebelah mataku. Lebih tepatnya menutupi mata kananku. Kukerjapkan mata kiriku sampai tiga kali dan menelaah sesuatu yang membuatku membeku di tempat.

"Mustahil, ini pasti mimpi."

Mataku membulat nyaris keluar. Mulutku menganga seolah tak percaya dengan apa yang kulihat.

.
.
.
.
.
.
.
Vote + coment jangan lupa. Ditunggu lho :))

GIA'FY LANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang