Bangun tidur pagi itu dengar berita radio tentang banjir besar yang memakan banyak korban meninggal dunia.ayo mbak kita ngumpulin bantuan kataku pada mbak Fatimah ketua Karang Taruna ( sekarang guru MAN ) di Kota Pekalongan.dalam waktu sekejap terkumpullah bantuan baik dalam bentuk barang maupun uang, sepakat pagi itu kami meluncur membawa bantuan ke tempat bencana.
Tak berselang lama kami sampai di Kantor Kelurahan.turun dari mobil kami bersemangat mengangkut barang saat proses pencatatan terlihat di mata kami deretan jenazah korban di aula balai desa.tertegun, diam mudahnya mereka dalam waktu sesaat kehilangan nyawa yang kata berita akibat bertemunya banjir dari dua sungai.
Usai memberikan bantuan kami pulang, di mobil lagi lagi terdiam...lalu buat apa dan buat siapa bantuan yang tadi kami kumpulkan dan kami berikan, mereka sudah meninggal tak bisa menggunakan apa yang kami berikan.
Ada yang salah batinku, kenapa kita tidak memberikan bantuan sebelum mereka jadi korban atau kita memang tidak tahu bencana akan menimpa siapa ?.
Pengalaman masa remaja itu sangat menjadi hikmah, bantuan tidak harus berupa yang selama ini bisa kita berikan, pakaian pantas pakai,mie instan atau uang.tapi bantuan bisa kita berikan untuk pencegahan bencana, biar tidak terjadi bencana utamanya yang di sebabkan oleh perilaku yang salah manusia.walaupun tidak terlihat secara langsung di terima.