Fajar mulai menyingsing, memberikan secercah harapan baru untuk hari yang baru pula.
Pagi-pagi, Arnes sudah mendapat senyuman hangat dari Alana. Menghangatlah juga hatinya. Arnes meletakkan tasnya di meja."Pagi, Al." sapa Arnes mengusap rambut Alana yang masih terurai.
"Pagi juga," balas Alana.
Terdiam sejenak, Alana bicara lagi. "Ehm, Nes...,"
"Ya?"
"Nes, mami sama papi udah bikin surat persetujuan yang diminta untuk donor ginjal."
Arnes menghela napas. "Besok, Al."
Mereka duduk di bangkunya masing-masing namun tetap berhadapan. Mata mereka saling menatap teduh.
"Aku tau... kamu tenang aja." Alana menyisipkan senyum di akhir kalimatnya.
Arnes tentunya membalas senyuman itu. Kemudian ponsel Arnes bergetar. Arnes merogoh saku celananya, mengambil ponselnya. Ia berdecak saat melihat sebuah pesan masuk.
Bella: Nes, gue capek ya, tutup mulut soal rahasia kita. Gue bakal bongkar semua ke Alana. Lo itu punya gue.
Alis Alana tertaut melihat Arnes menggeram seraya menatap layar ponselnya. Lalu Arnes mematikan ponselnya, dan menaruhnya kembali ke saku celana.
"Kenapa, Nes?"
Arnes bergeming sambil menatap Alana. Arnes melempar pandangan. Ketakutan menggerayangi hatinya. Ia jelas tahu, bahwa cepat atau lambat, semua pasti akan terbongkar. Dan Arnes, sama sekali tidak siap.
"Nes, kok ngelamun? What's going on?" ulang Alana lagi, dengan lembut.
Lekat-lekat Arnes menatap Alana. Alana menangkap sebersit ketakutan di mata Arnes, ia bergeming. Arnes menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya perlahan. Tatapannya tetap pada Alana.
"I'm really in love with you, Al."
Alana tersenyum hangat, "I'm really in love with you, too."
Tatapan Arnes berubah sendu, suaranya lirih berucap, "If we can't be together in the end, I'm glad that you were a part of my life."
Senyum Alana pias seketika. Ia kaget mendengar kalimat dari Arnes barusan. Pikirannya coba menafsirkan apa makna kalimat barusan. Mengapa Arnes berkata seperti itu?
"Arnes... kamu kenapa ngomong kayak gitu?"
Arnes menggeleng. "Cuma supaya kamu tau, aku seneng kamu ada di hidup aku."
Mereka begitu larut dalam pembicaraan, hingga tak sadar kelas sudah ramai. Bahkan, bel sudah berbunyi. Selama pelajaran, rasa penasaran bercokol di benak Alana, ia tidak fokus. Begitu juga dengan Arnes.
***
"Alana!"
Yang empunya nama menoleh ke arah suara yang memanggilnya. Seorang gadis berlari kecil ke arahnya. Alana diam di tempat. Bella menghampirinya.
"Al, gue mau ngomong dong sama lo." pinta Bella dengan senyum. Yang tentunya palsu.
"Ngomong apa, Bel?"
"Jangan di sini ah, banyak orang. Di situ yuk?" Bella menunjuk bagian lorong sekolah yang sepi.
"Oh, ya udah." Alana mengangguk. Ia berjalan mengekori langkah Bella.
"Ngomong apa?" ulang Alana ketika sampai, penasaran.
Bella membuka mulut, hendak bicara, namun suara seseorang serta merta membuatnya kembali mengatupkan mulut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Like Yours
Teen FictionAlana, murid baru dengan perawakan yang kalem, penyuka musik dan puisi, juga mampu menarik hati Arnes. Arnes merasa yakin untuk memberikan hatinya lagi kepada seorang gadis. Menjadikan Alana bintang di hidupnya. Tapi ketika mereka berpacaran, ada s...