Kesal

90 9 3
                                    

Tepat pukul 05.00 Wib
"Ca, bangun, lu pikir jam berapa sekarang? Ntar gua dimarahin bunda karna lu telat sekolah"

Dia terus berceloteh sambil melompat-lompat di kasur gue. Karena kedua orang tua gue sibuk dengan pekerjaannya, gak tau deh mereka ingat masih punya anak apa enggak. Gue harus tinggal berdua dengan kak raka. Gue udah terbiasa sendiri, malang banget hidup gue.

"Apaan sih kak,ini kan hari minggu,ganggu aja lo dasar ayam."
Namanya juga anak kuliahan baru libur sebulan udah amnesia. Bukannya gue gak sopan sama kak raka,tapi dia selalu jadi morning call buat gue. Kalau orang normal di bangunin sama kokokan ayam, ya gue dibangunin sama kak raka. kesimpulannya, kak raka itu ayam gue. Tapi tenang aja,kak raka gak pernah marah kok,itu yang gue suka dari kakak gue.

"Oh iya gua lupa,tapi lo harus bangun, sholat sana, habis itu lu mau tidur,mau konser,terserah, tapi sholat dulu "

Gue rasa kak raka nurunin sifat nya bunda, bawel banget.karna terlanjur dibangunin gua gak bisa tidur lagi. Habis sholat gua langsung ngelakuin rutinitas gue di hari minggu. Grasak grusuk nyari laptop,hidupin wi-fi, nonton drama korea kesukaan gue anggry mom mungkin karena gue kangen sama bunda,atau karena gue mau lihat baro B1A4 entahlah.

Oh iya gue lupa memperkenalkan diri. Nama gue Afsyah Putri Arneta, akrab di sapa aca, anak kedua dari dua bersaudara, adik dari kakak Raka Putra Febryanto. Neta bunda gue, Yanto ayah gue. Seorang gadis sederhana yang ingin hidup di dunianya sendiri.

Ayah dan bunda seorang pebisnis, jadi mereka jarang pulang kayak bang toyib. Kalau pulang hanya sehari atau seminggu itu udah paling lama. Terkadang gue iri dengan teman-teman yang diantar jemput ayahnya,shopping bareng ibunya. Tapi gue masih bersyukur karena di kasih kakak kayak kak raka,walaupun nyebelin tapi ngangenin.

"Ca, sarapan dulu" teriaknya dari dapur
" oke kak"
"Ca kalau udah siap makan pergi sana ke taman,lo harus bersosialisasi jangan dirumah terus"
"Gak mau,gak ada yang gua kenal"  balas gue sinis.
"Sampai kapan lo mau kayak gini, lo udah kelas 2 sma bentar lagi kuliah,kalau gua gak ada gimana"
"Gue udah siap makan" gue menyisakan lebih dari separuh makanan di piring,dan meninggalkan meja makan.

Sebenarnya gue juga ingin bergaul, gue ingin punya banyak teman,tapi gue gak bisa, gue terlalu takut untuk memulai sebuah percakapan. Gue bahkan gak berani menatap mata orang-orang, seolah mereka sedang membicarakan gue di dalam hati.

Di saat-saat seperti ini, gue butuh kasih sayang ayah-bunda. Gue udah berusaha nelfon mereka, tetapi selalu sekretaris mereka yang mengangkat, gue udah menyerah. Gue bahkan pernah berpikir, gue gak butuh orang lain,gue gak butuh ayah gue gak butuh bunda, gue punya kak raka, karena kak raka akan selalu ada buat gue.
Tapi pikiran dan hati gue bertolak belakang. Gue benci diri gue sendiri.

"Ca mandi sana, tapi jangan kayak bebek.kita ke bandara jemput bunda." Ucap kak raka
"Iya,gue mandi kayak manusia kok"

Sesampainya di bandara, gue berjalan dengan pikiran kosong, gue ingin tertawa,tapi hati gue terasa sakit banget. Gak tau apa yang gue rasain apakah senang,sedih,atau mungkin marah. Badan gue disini tapi jiwa gue udah melalang buana melintasi khatulistiwa,menyebrangi 7 samudra, tapi tidak sampai ke tanah korea. Tanpa sadar gue terus berjalan dan kaki kanan gue masuk kedalam selokan yang becek recek karena hujan.

"Gua malu, bisa gak muka pindahin ke pantat dulu"

Gua yang fokus ke kaki,menoleh ke atas,terlihat seorang laki-laki berjalan ke arah gue dengan background sinar mentari pagi berwarna kuning emas yang muncul setelah hujan seperti drama korea menghampiri gue

"Lo gak apa ?" Tanyanya dengan suara yang berat.
"Iya gue gak apa" balas gue yang kebaperan duluan.
"Oh yaudah gua duluan"
Seketika sinar mentari berubah menjadi ledakan petir.
"Cowok apaan kayak begitu"
Kayaknya ini bukan hari gua. Awas aja kalau ketemu lagi. Tapi gua gak lihat wajahnya. Ya sudahlah, gue yakin tu cowok jomblo karatan.

Dari kejauhan aku melihat seseorang yang tak asing lagi. Bunda dia adalah bundaku. Aku menghampirinya dan menyalaminya seperti sebuah kebiasaan di indonesia.

"Ca,kamu sehat kan? Kamu tambah cantik aja."
"Makasih bunda, aca sehat" walaupun dia adalah bundaku,aku selalu merasa canggung tiap kali berbicara dengannya. Tidak seperti kakak yang ekstrovert dia lebih terbuka dan membicarakan banyak hal dengan bunda,aku lebih banyak diam.

"Kaki lo kenapa?" Tanya kak raka.
"Tadi gue jatuh"
"Makanya mata di pake buat melihat, bukan buat di pajang dasar bebek"
"Raka kok ngomongnya gitu sama adek." Lerai bunda.

Kami pun pulang ke rumah. Aku lebih banyak mengurung diri di kamar. Hanya keluar sesekali di saat genting. Seperti makan,minum,dan HIV (hasrat ingin vivis).

Di saat aku akan tidur, bunda masuk ke kamar ku dan membelai ku. Jujur aku senang banget, berasa seperti punya orang tua.

"Ca bunda minta maaf, bunda harus pergi lagi besok." Ucap bunda dengan suara rendah
Saat itu aku benar-benar terluka. Apa bunda benar-benar seorang ibu?. Tapi aku berusaha untuk tenang
"Bunda, Aca mau tidur, besok harus sekolah, tolong matikan lampunya." Balas ku
Bunda pun pergi sambil mematikan lampu tidur ku.
Terlihat wajah nya yang sedikit sayu.

Dalam keadaan gelap tersebut. Aku tidak bisa menahan air mataku. Aku memeluk boneka beruang hadiah ulang tahun ku ke-17.
Menangis terisak-isak berusaha agar tidak ada yang
tahu.

"Kenapa bunda seperti ini?"
"Apa bunda tidak menyayangiku?"
"Apa salahku, aku anak yang baik."

Pertanyaan itu terus terniang di kepalaku. Sampai akhirnya aku tertidur.

___________________

Terima kasih buat yang telah membaca.
Aku akan terus berkarya,
Masih banyak kesalahan di dalam cerita ini.
Mohon dukungannya.

Sweeter Than SweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang