Moomin

6.1K 572 21
                                    

Seorang pemuda mungil yang baru saja bangun dari komanya duduk di bangku rumah sakit dengan sebuah boneka putih dipangkuannya. Huang Renjun—namanya— selalu membawa boneka Moomin kesayangannya itu kemanapun. Bahkan saat mereka akan tampil diatas panggung, ia akan menitipkan Moominnya kepada staff.

Akan tetapi, Renjun harus menerima kenyataan bahwa dirinya sudah tidak bisa lagi naik ke atas panggung. Karena? Lihatlah bagaimana kondisinya sekarang. Kulit dan bibir yang pucat, serta tubuhnya yang kian lama kian kurus.

Meski kondisinya jauh dari kata sehat, senyuman manisnya tidak pernah hilang dari wajah manisanya. Renjun juga tidak pernah mengeluh. NCTzen selalu menyemangatinya. Begitupula dengan membernya. Mereka selalu menyemangati Renjun agar bisa sembuh dan kembali berkumpul dengan para member NCT. Dan salah satu dari semua member NCT yang tiada henti berharap dan mendoakan kesembuhan Renjun adalah Lee Jeno. Kekasih mana yang tidak mengharapkan kesembuhan pujaan hatinya?

Setiap ada waktu luang, Jeno akan menghabiskan waktunya bersama dengan Renjun di rumah sakit. Walaupun Jeno sangat khawatir akan kondisi Renjun, ia tetap tidak mau mengetahui penyakit yang dialami kekasihnya itu. Jeno akan menjadi pria paling lemah jika mengetahui diagnosa Renjun.

Kini Renjun duduk termenung sembari melihat burung dan kupu-kupu yang terbang kesana kemari . Renjun menangkat jari telunjuknya. Seekor kupu-kupu dengan sayap indah datang kepadanya. Renjun menatap kupu-kupu itu dengan sayu. "Kau indah sekali. Kau cantik. Tetapi kenapa kau terlihat kurus? Apa kau belum makan?" Pernyataan tidak jelas terlontar dari mulutnya.

"Dia sama denganmu."

Kupu-kupu itu terbang begitu saja ketika sebuah suara lain mengintrupsi. Renjun menoleh ke asal suara. Salah satu alisnya terangkat. "Jeno? Kenapa kemari? Seharusnya kau ada di sekolah sekarang."

Jeno menggeleng lalu duduk disamping Renjun. Renjun menatap Jeno dengan heran. "Lalu kenapa tidak pergi sekolah?"

Pasalnya pemuda tampan di sampingnya ini mengenakan seragam sekolah dan tas hitam menggantung dibahu lebarnya.

"Aku hanya ingin menjengukmu," jawab Jeno disertai senyum—yang sebenarnya palsu.

Renjun ikut tersenyum dan membelai lembut surai halus Jeno. "Kau tahu? Itu sama saja dengan bolos. Aku tidak suka itu. Itu tidak baik."

Jeno menahan tangan Renjun yang mengelus rambutnya itu dan menatapnya dalam. "Karena.."

Renjun memiringkan kepalanya.

Jeno memalingkan wajahnya dan melepaskan genggaman itu. Ia berdecih pelan. Tidak, ini terlalu berat, lirihnya dalam hati. "Karena aku merindukanmu. Itu saja." Jawabnya kemudian.

Bohong.

Sangat bohong.

Tujuannya menemui Renjun adalah untuk memberitahu kekasihnya ini bahwa ia hanya punya harapan hidup selama dua minggu kedepan. Tetapi entah kenapa Jeno malah memilih bungkam. Terlalu sulit untuknya. Ia khawatir jika Renjun akan terlihat putus asa.

Renjun terkekeh. "Kau merindukanku? Aku juga sangat merindukanmu, Jeno. Neomu neoumu bogoshipeo."

"..."

"Tetapi Moomin pemberianmu untukku ini membuatku selalu teringat padamu. Dan dia selalu menemaniku."

"..."

"Karena itu aku sangat menyayangi Moomin ini sama seperti aku menyayangimu, Lee Jeno."

"..."

Jeno tetap dalam pendiriannya. Ia menunduk. Tidak berani menatap Renjun. Tanpa disadari, air mata mulai menetes. Dengan cepat Jeno menghapusnya. Ia tidak mau terlihat lemah di depan kekasihnya ini yang bahkan terlihat jauh lebih lemah darinya yang tertutupi dengan wajah cerianya.

"Berjanjilah untuk selalu menjaga Moomin ini untukku, Huang Renjun." Akhirnya Jeno membuka mulutnya.

Renjun menautkan kedua alisnya. "Tentu saja aku akan menjaganya. Lihat! Kau memberikan Moomin ini satu tahun yang lalu. Tapi tidak ada sedikitpun noda dan lecet. Moomin ini akan selalu tetap bersih karena aku menjaganya." Seru Renjun dengan nada cerianya.

Dada Jeno semakin sakit ketika mendengar suara ceria Renjun. Dirinya dilema, antara harus merasa senang dan duka. Senang karena kekasihnya ini tidak mudah menyerah. Dan duka karena suara itu seperti suara terakhir yang akan ia dengar.

"Renjun, kau tahu? Aku sangat mencintaimu. Lebih dari kau mencintaiku. Aku merasa sangat terpuruk karena kau jatuh sakit, Junnie. Aku merasa karena ini adalah kesalahanku..."

MoominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang