Ehh, saya tidak genit dan saya juga tidak berniat menggoda anda. Saya hanya ingin ngobrol, sharing gitu mas. Berbagi pengetahuan dan pengalaman. Saya lihat masnya ini berpenampilan menarik, pakaiannya rapi, sisirannya ya belah pinggir, pake pomade segala. Sampean juga berbau harum parfum. Kalau boleh saya simpulkan sampean itu anak kuliahan atau sedang mencari pekerjaan.
Wahh, sampean ini memang benar-benar pemerhati fashion mas. Sampean juga berpendidikan dan sekarang sedang megadu nasib dengan lowongan-lowongan yang tertempel di tiang dan tembok-tembok itu. Memang benar menakjubkan, saya pikir sudah tak ada yang sudi mencari pekerjaan sambil naik angkot seperti ini.
Maaf saya lancang mas, saya terlalu banyak bicara. Ukuran yang tepat untuk saya memang tidak boleh banyak bicara, lha saya ini hanya asisten rumah tangga lho. Sekali lagi saya minta maaf mas. Bukan maksud saya mencampuri kepentingan sampean tapi sudah kebiasaan jika mengenal orang yang kira-kira sebaya dengan saya, mulut ini tak bisa diajak diam. Mata ini juga tak bisa diajak tak memperhatikan, dan pikiran saya sudah sejak tadi memikirkan apa yang sebenarnya sampean lakukan, makanya mulut saya tak henti-hentinya berbicara kepada mas. bukan saya tertarik dan ingin menggoda tapi saya hanya ingin tahu.
Eeeelaaee, sampean jangan menatap saya seperti itu. Saya tidak ingin mengusik ketenangan konsentrasimu, saya hanya ingin bercakap mas. Saya jenuh jika harus diam semasa menunggu giliran saya turun dari angkot ini.
Tidak seperti itu mas, saya tidak tersinggung sama sekali. Saya paham. Lagipula saya bukan orang yang mudah tersinggung. Menurut orang-orang saya itu sudah kebal, punya telingan tebal, dan hati saya in kuat. Saya tidak suka membuang waktu untuk membual dan memikirkan apa yang membuat saya tidak nyaman. Jadi jangan berpikir kalau saya akan tersinggung. Hal itu sudah biasa terjadi, jika saya mudah tersinggung dapat dipastikan bahwa hari ini saya tidak naik angkot ini mas, saya sudah ada di bawah pohon kamboja sebelah rumah pak RT. Saya sudah almarhumah, karena tak kuat menahan derita, tak tahan menahan godaan mulut ganas tetangga. Saya tetap bersyukur kok mas.
Lhoo, alhamduliilah sampean jadi tersenyum. Wah, saya bahagia jadinya. Ngomong-ngomong nama saya Disa mas, saya tinggal bersama keluarga Irawan. Iya benar mas, saya pembantu. tapi anak majikan saya tidak suka jika saya menyebut diri saya sebagai pembantu, apalagi sampai mengenalkan diri kepada orang lain sebagai pembantu rumah tangga di keluarga Irawan. Dia pasti akan merajuk kepada saya, dan akhirnya mengadu kepada Ibuk'. Lalu saya juga yang mendapat kartu kuning, dan disidang di bersama Allina dan Yaffi. Allina adalah anak kedua keluarga Irawan, sedangkan Yaffi adalah anak pertamanya. Menurut mereka saya lebih sebagai kakaknya, mereka memanggil saya 'mbak', dan Allina juga sekamar dengan saya. Dia anak gadis keluarga Irawan. Intinya mereka sudah menjadikan saya keluarganya, meskipun kami taka da ikatan darah setetes pun.
Memang benar saya bekerja bersama sapu, alat pel, alat masak, alay dapur, dan beberapa macam alat-alat rumah tangga. Pekerjaan saya sehari-hari ya bantu-bantu, kebetulan di rumah itu hanya saya yang bukan keluarga, tapi mereka menganggap saya sebagai keluarganya. Saya sungguh bahagia bisa bekerja di sana.
Ya memang benar, sebagai asisten rumah tangga saya cukup akrab dengan peralatan rumah. Tapi bapak' dan ibuk' selalu memperhatikan saya. Bapak' dan ibuk' memperlakukan saya seperti anggota keluarganya. Mereka sayang kepada saya, buktinya sekarang saya bisa meneruskan pendidikan. Mereka berupaya menjadikan saya sebagai wanita yang berpendidikan dan berkarakter. Seperti slogan sekolah-sekolah di luar sana. Berpendidikan dan berkarakter. Meskipun sudah paruh baya, bapak' dan ibuk' terbilang cukup modern. mereka sangat mengikuti trend, baik fashion maupun lifestyle.
....
Bersambung... (1)
