Selanmaaatt malaaamm semuaaa *tebar recehan
holaa holaa.. saya kembali dengan cerita abal saya, yang ternyata sudah lama sekali tidak update :3
ada yang merindukan cerita saya?? gak ada?? oke!! *pundung
eheheh, okee okee. setelah penuh perjuangan ngelanjut cerita ini -karna mood menulis saya hilang entah ke mana-
malam ini juga saya ngetik dan langsung posting, mengingat jadwal kerja dan kuliah saya yang padetttt *alesan*
okeee, here I am!!!! enjoyy this :*'
*hugkiss -chofaroh-
*****
“Bagaimana, Sayang, kamu suka?” ucap Oma Ida yang duduk di sebelah Ara kini membelai lembut rambut panjang Ara.
Ara yang masih tertegun dengan pemberian Oma Ida pun mendongak dari apa yang sedari tadi dipandanginya, “Oma serius memberikan ini pada Ara?” tanyanya setengah tidak yakin.
“Tentu, Sayang. Ini adalah warisan keluarga, dan memang sudah seharusnya kamu memakainya. Anggap sebagai cincin pertunangan pengikatmu dengan Dhani, karna kami memang tidak sempat melaksanakan pesta pertunangan, oke?” jelas Oma sembari memandang Ara lembut.
Kini Ara tengah berada di ruang keluarga kediaman Ar. Dengan alasan membahas pesta pernikahan Ar dan Ara, Oma sengaja mengundang Ara ke rumahnya. Walaupun memang benar adanya, tapi ada hal lain yang ingin diberikan Oma kepada Ara. Sebuah cincin. Ya, cincin tersebut adalah warisan turun-temurun dalam keluarga Ar, di mana cincin tersebut hanya akan diberikan kepada menantu perempuan. Walaupun saat ini Ara masih berstatus calon istri Ar, tapi Oma dengan yakin memberikan cincin tersebut pada Ara.
“Tapi Oma, bahkan pernikahan ini masih belum berlangsung? Apa tidak sebaiknya nanti saja setelah menikah?” ucap Ara sembari menatap cincin pemberian Oma Ida. Cincin yang sangat indah. Cincin emas dengan sebuah berlian berukuran kecil berdiri tegak di tengahnya tanpa penghias lain, hanya berlian itu yang memperindah cincin tersebut. Walaupun begitu cincin itu terlihat sederhana dan elegan. Tidak menghilangkan kesan mewah dari arti berlian itu sendiri, namun tetap sederhana ketika digunakan. Sangat pas dengan Ara.
“Tidak, Sayang. Oma rasa sekarang sudah waktunya kamu mengenakan cincin itu. Oma mohon selalu kenakan cincin itu, oke?” pinta oma sembari menggenggam tangan Ara. Kalimat tersebut lebih ke sebuah permohonan janji.
“Terima kasih, Oma.” Hanya itu yang dapat Ara ucapkan. Dengan tersenyum ia kembali melihat ke arah cincin yang telah menghiasi jari manis tangan kirinya itu. Sungguh indah, dan Ara menyukainya.
***
Ara kini sudah berada di rumah, lebih tepatnya di kamar. Dia kembali memandang cincin-nya sembari telentang di ranjang kamar tidurnya. Mengangkat tangannya ke atas dan kembali memperhatikan cincin pemberian Oma Ida. Cincin itu sangat pas di jarinya, terlihat cantik dan bersinar. Kembali Ara tersenyum, dia sangat menyukai cincin ini, walau pada kenyataannya dia tidak terlalu suka mengenakan perhiasan.
Hari sudah sudah beranjak malam ketika Ara pulang ke rumahnya, hari yang cukup melelahkan bagi Ara bersama Oma setelah seharian mempersiapkan segala hal untuk pernikahannya, padahal sebelumnya hal-hal ini dilakukan oleh Oma dan bundanya, namun kali ini bundanya tidak dapat membantu karna harus mengunjungi sanak saudara untuk mengabarkan berita bahagia pernikahan Ara dan Ar. Hanya beberapa hari namun cukup banyak hal yang harus dikerjakan Ara dan Oma.
Bukan pernikahan sederhana. Melihat dari banyaknya sanak saudara Ara maupun Ar. Sehingga dengan terpaksa Ara menyetujui pesta pernikahan mereka dilaksanakan dengan acara yang besar. Niat awalnya, ia hanya ingin mengundang keluarga dekat dan mengadakan pesta kebun untuk resepsinya. Namun mengingat bisnis besar keluarga Ar, dia harus menambah cetakan undangan pernikahan mereka dalam jumlah banyak. Ara hanya bisa menerima dan menjalankan. Toh ini hanya sekali seumur hidup. Ya, Ara hanya berniat menikah satu kali dalam hidupnya. Kehidupan rumah tangga bahagia yang dicita-citakannya. Dan dia berharap akan terwujud kelak bersama Ar.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Uncle
Ficção AdolescenteFarah Anindya Putri, biasa dipanggil Ara oleh orang terdekatnya, diminta menjadi istri dari seorang tamu yang datang ke rumahnya. Tamu yang mengaku sebagai om dari gadis tersebut, Ardhani Saputra. Lelaki yang masih tampak muda untuk ukuran menjadi o...