Tian-Dian

41 4 8
                                    

Sudah dua jam berlalu sejak Adystha pulang dari sekolah. Namun seragam putih-abu masih melekat di tubuhnya yang bersantai di sofa ruang tengah rumah. Adystha mulai bosan dengan acara TV yang mulai memasuki jam-jam program TV paling membosankan, menurutnya. Setelah bekali-kali mengganti channel yang ada di TV dan tak ada yang menarik untuk ditonton, akhirnya ia menekan tombol OFF remote dan TV itu mati.

“Bete amat dah,” ucap Adystha bermonolog.

Ponsel yang sedari tadi tergeletak disebelahnya ia raih. Adystha mencoba menyibukan diri dengan membuka semua aplikasi Social Media yang ia punya. Adystha mengerutkan kening ketika membuka Timeline Path. Salah satu sahabatnya memposting kegiatan menonton dengan salah satu nama wanita yang tidak ia kenal. Tentu saja ia sedikit heran, namun ia tetap meninggalkan ikon love pada postingan tersebut. Adystha beralih membuka aplikasi Snapchat dan membuka Recent Update teman-temannya. Adystha kembali dibuat terkejut melihat update-an video sahabatnya menunjukan karcis film dan berkata “Nonton dulu sama pacar,” dan kamera menyorot perempuan manis yang malu-malu menutup wajah berkata “Apaan sih.” Kedua postingan tersebut diunggah sekitar 2 jam lalu.

Tanpa babibu Adystha menelpon sahabatnya itu dengan semangat membara-sebut saja kesal. Setelah tiga kali nada tersambung barulah telpon terhubung.
“HEH BANGSAT BAWA TU CEWE KEDEPAN MUKA GUE,” ujar Adystha berapi-api melupakan tatakrama untuk mengucapkan salam atau bersapa lebih dulu. “Se-ka-rang!” sengaja memberi jeda dan penekanan agar terdengar lebih mengancam.

“Ta-,” ucapan laki-laki ditelpon itu terputus karna Adystha langsung mengakhiri sambungan telpon.

Adystha membuka aplikai perpesan dan membuka ruang obrolan dengan seseorang lalu mengetik..

Tian Cebol : Domino, jmpt gue dirmh.
Tian Cebol : Skrg bgst!

Pop-up mesage salah satu aplikasi perpesanan muncul diponsel laki-laki yang baru saja mendapat panggilan telpon. Membaca isi pesan tersebut laki-laki yang masih mengenakan seragam sekolah putih-abu itu menghela nafas dengan kasar. Pasrah dengan keadaan yang akan terjadi setelah ini. Isi dompetnya akan habis. Melarat. Mampus.

“Kenapa kak?” tanya perempuan manis yang juga masih mengenakan seragam.

“Gapapa yah makannya sama temenku?” bukannya menjawab, laki-laki itu malah balik bertanya.

Perempuan manis itu tersenyum dan menganggukan kepala. “Temen sekolah kita?” kembali bertanya. Sesungguhnya perempuan berwajah manis itu heran tak sengaja mendengar ucapan perempuan dengan nada marah yang tadi menelpon laki-laki disebelahnya ini.

“Bukan Ra,” jawab Rahadian. Yap. Laki-laki itu bernama Rahadian yang merupakan sahabat Adystha, sang penelpon. Dan perempuan disebelahnya adalah Ganira, yang sekarang berstatus pacar Rahadian. “Jemput temen aku dulu yah,” ajak Rahadian pada Ganira yang disambut dengan anggukan kepala.

Butuh waktu lebih dari setengah jam untuk Rahadian mengendarai mobilnya hingga sampai komplek perumahan yang tak jauh dari rumahnya. Mobil itu berbelok kejalan komplek yang lebih sempit dan tidak ramai. Rahadian membunyikan klakson saat ia melihat  perempuan yang juga masih mengenakan seragam putih-abu berdiri didepan salah satu pagar. Mobil berhenti, Rahadian mengunlock pintu mobil. Adystha langsung membuka pintu mobil dan duduk dijok penumpang belakang dengan santai.

“Assalamualaikum ndoro..,” ujar Rahadian melihat sesaat kepada Adystha yang ada dibelakangnya itu.

“Walaikumsalam ya ahli kubur,” balas Adystha pedas memberi jeweran pada telinga Rahadian. Dan Rahadian hanya pasrah mendapat perlakuan tersebut.
Ganira yang ada disebelah Rahadian melihat interaksi itu dengan senyum kecil.

Adystha mengalihkan pandangannya menuju perempuan dijok penumpang depan. Raut wajah yang tadinya masam kini berubah ramah melihat perempuan manis didepannya. “Hallo, gue Adystha,” ucap Adystha ramah mengulurkan tangan untuk berkenalan dengan perempuan itu.

AdysthaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang