Dua Puluh Tiga : Tiket Nonton

3.6K 101 0
                                    

Waktu tak terasa begitu cepat berlalu, Detik demi detik ku lewati
Hari demi hari ku jalani, Kunikmati bulan terakhirku mengenakan putih abu-abu,
Ku ukir kenangan indah dan siap ku simpan dalam memori otakku.
Yap.... hari ini adalah try out terakhirku, dan satu minggu lagi aku harus siap tempur di depan lembar jawaban.
“Nda, gimana try out mu tadi, lancar kan ??”. tanya riri lansung menyambar minuman ku di dekat tempat dudukku.
“Ya, gitu deh. Satu minggu lagi kita UN ri, rasanya deg-deg an banget”. Sambil memegang dadaku.
“Woi..... kalian udah kumpul aja, kaya arsan aja”. Esty mengagetkan kita berdua yang duduk di teras depan kelas.
“Kamu lama amat keluarnya ty, gimana lancar kan ?”. tanya riri kepo.
“tadi soalnya pengawasnya jutek, harus keluar bareng satu kelas, padahal aku udah selesai dari tadi”. Esty menunjukan ekspresi kesalnya.
Itulah bahasan rutin ketika kita keluar kelas setelah ujian apapun, memang kita satu kelas tapi kita di jauhkan oleh sepenggal ruang yang menurut nomor absennya. Tapi kita saling mengoreksi satu sama lain.
Kita bercanda dan bergurau tanpa henti, karena kita bakalan kangen  banget suatu saat nanti, tidak pernah ketinggalan kita selalu mengabadikannya di memori ponsel dan memori otak masing-masing.  Kita bukan anak ingusan lagi, kita punya cita-cita. Untuk beberapa hari kedepan kita akan fokus untuk ujian, karena kita beda tempat les dan jauh dari rumah masing-masing. Tapi kita saling menyemangati, itulah yang namanya sahabat sejati.
****
Jadwal hariannku untuk saat ini adalah Seusai sekolah, aku langsung siap berangkat ke tempat les. Habis les aku harus siap di depan meja belajar untuk belajar. Yang menemaniku hanyalah si Icy boneka kelinci kesayanganku dan musik yang selalu mengiringi belajarku.
“Nda, nih ibu buatin coklat hangat”. Kata ibu sambil memberiku secangkir coklat hangat.
“Makasih bu, oh iya bu doain ya semoga UN nya lancar”. Kataku sambil memegang tangan ibu.
“Ya pasti lah, ibu doain yang terbaik buat anak ibu ini”. Sambil mengelus rambutku.
Rasanya hangat banget ketika ibu melontarkan kalimat itu dan aku bersyukur walaupun aku jauh dari ayah, ibu selalu membuat tersenyum, ayah tanpa hentinya setiap saat menelponku dan memberi nasihat dan membuatku tetap semangat.
Saking fokusnya, aku tidak dengar ponselku berdering. Setelah ku lelah dengan buku-buku yang ada di depanku, ku nikmati coklat buatan ibu. Dan ku lihat ponsel di dekatku. Pesan itu dari rendi, dia tidak pernah absen membuatku tersenyum walaupun hanya via sms.
“Nda, semangat dong, jangan sampai ketiduran, entar ngiler di buku lagi”. Membacanya dengan menahan tawa.
“Ya enggak lah, aku itu semangat buat belajar, emangnya kamu kalau belajar sampek ketiduran”. Balasanku
”Ya udah, lanjutin belajarnya, jangan lupa berdoa terus ya. Semangat ya manja”.
“OKE dokter lebay”. balasanku singkat
Aku melanjutkan begadangku bersama buku-buku tebal setebal bantal ini. Karena aku ingin mencapai targetku, aku ingin seperti kak gio.
****
Satu hari kulalui, dua hari kulalui. Dan satu minggu ku lalui.
Tak terasa besok puncak perjuangan ku di SMA,  hatiku rasanya tak karuan, kecemasan itu datang dan pergi. Kulihat soal di depan mejaku. Ku awali dengan doa dan senyuman. Dan aku siap untuk berjuang.
Tiga hari sudah ku lalui, rasanya seperti berperang dengan otakku sendiri, sekarang aku lega tapi juga merasa cemas akan danemku. Ku iringi dengan doa dan ku pasrahkan pada yang kuasa.
“Nda akhirnya kita sudah jalanin tuh yang namanya UN”. Kata riri yang menghampiriku di kantin setelah seusai UN hari terakhir.
“Allqamdullilah, lega rasanya ri”. Kataku dengan senyuman.
“Oh... iya Esty di mana Nda”. Tanya riri sambil menyeruput coklat dinginku.
“Mungkin belum keluar ruangan, enak banget ya coklat gratisnya”. sambil menyindir riri.
“Upsss... Sorry”. Sambil meletakkan coklat dingin dari tanganya.
Selang beberapa menit kemuadian esty terlihat dari kejauhan sambil teriak ke arah ku.
“Nda, Ri...... akhirnya kita selesai perangnya”. Teriak esty kegirangan, serontak murid lain menoleh kearah esty. Baru kali ini esty terikat seperti itu, padahal dia terkenal dengan kelembutan bicaranya. Mungkin ini efek gembiranya.
“Nda, yuk nanti besok ato lusa kita keluar kuliner gitu, saking sibuknya belajar nih lihat tinggal kulit sama tulang nih badanku”. Sambil memperlihatkan tanganya.
“Oke siap”. Kata ku sambil menjulurkan jempolku
“Siap, siap”. Kata riri
“Oh iya Nda, besok kita tetap latihan lo”.
“hah latian, kita kan hampir lulus ri”. Tanya ku dengan wajah heranku.
“Gini nda, walaupun kita tidak ada pelajaran lagi di sekolah, tapi kita kan masih punya adik kelas, kita juga harus membatunya buata latihan. Ilmu itu tidak ada kata STOP nda”.
“Iya deh ibu komandan”. Jawabku.
****
Dengan sigapnya aku dan riri menyiapkan segala sesuatu untuk latihan. Sambil menunggu adik kelas yang belum pulang aku dan riri mengobrol di dalam ruang latiha.
“Assalamualaikum”.
Aku dan riri langsung menoleh ke arah pintu, dan terlihat seorang laki-laki yang tidak asing.
“Eh... kak rendi masuk aja kak”.
“Nih aku bawain minum sama cemilan, pasti kalian kelaparan dari tadi di sini, tuh lihat Nda sampek kurus kering”.
“Mana yang kurus, nih kelingkingku yang kurus, dasar dokter lebay”. sambil menunjukan kelingkingku ke arah rendi.
“Dasar manja, nih makan yang banyak jangan sampek sakit maag kayak bulan lalu”.
“Kak rendi sama Nda berantem mulu, sampek habis nih cemilannya, gara-gara dengerin kalian”.
“Aduh.... ri kamu ketularan lebay juga akhirnya”.
Kita bercanda bersama, tanpa hentinya ketawa.
“Aku keluar dulu ya, kelihatanya di bawah pohon itu enak banget”. Aku menuju taman di depan ruang latihan.
Ku nikmati semilir angin, dan kulihat burung merpati yang berterbangan di taman itu.
“Nda”. Rendi menyusulku dan duduk di sebelahku.
“apa, kamu ngikutin  terus sih, capek aku lihat kamu terus”.
“Ih.... PD siapa juga ngikutin kamu”.
“Kalo ga ngikutin apa namanya. Hah??”.
“Udah dulu, capek aku berdebat sama kamu, nih aku punya tiket nonton buat kamu”.
“Beneran ini buat aku, asyik akhirnya nonton juga, setelah sekian lama nontonin buku fisika dan kimia”.
“Gitu doang. Hah, ga bilang apa gitu?”
“Iya iya, makasih dokter leb... maksunya Rendi”. Lansung kututupi mulutku.
“Oke ntar aku jemput jam tiga sore ya, jangan seperti tante-tante lama dandanya”.
“Iye... tau, ga dandan aja aku udah cantik gini”. Sambil mengedip-ngedipkan mata.
“Ih...cantik dari hongkong?”. Langsung pergi.
“Awas ya kamu ren”. Ku lepas sepatu ku terbangkan ke arar rendi, walaupun meleset dari sasaran.
Aku masuk dalam ruangan dan lupa menyembunyikan tiket ini dari riri
“Nda ini tiket nonton ya, sama siapa kamu nonton?”. Kata riri sambil melihat tiketnya
“Kepo”. Langsung ku sahut tiket itu dari tanganya riri
“Oh.... iya aku tahu pasti itu dari kak Ren”. Dengan sigapnya aku langsung menutupi mulutnya riri yang hampir keceplosan di depan teman-teman yang lain.
“jangan keras-keras dong ri, ntar yang lain tahu”. Aku membisikan di telinganya. Riri langsung mengangguk paham.
Setelah itu aku melanjutkan latihan bersama teman-teman yang lain dan adik kelas, di pandu oleh Rendi.
****
Aku keluar rumah dengan baju kesayanganku dan tas ransel kecilku.
Kulihat Jazz di depan rumahku, dan seseorang di sebrangku, dengan balutan kaos abu-abu panjang dan sepatu ket abu bercampur putih.
“Nda udah siap kan, yuk berangkat”. Sambil membukakan pintu mobilnya.
“Udah dong, meluncur”.
Aku dan rendi menikmati perjalanan dengan canda dan tawa,walaupun aku benci profesinya tapi dia menjadi teman baikku untuk saat ini, dia terkadang dewasa seperti seorang kakak, dan terkadang menjengkelkan seperti musuh, dia kocak dan membuatku terseyum seperti seorang sahabat.
“Ren, kenapa sih kamu ngajak aku emang kamu ga punya temen lain apa?”.
“pertanyaan mu itu menyakitkan nda”.
“Emangnya kenapa, mangkanya kamu cari pacar dong, apa perlu aku share ke medsos?”. Pertanyaan ku yang polos
“Apaan sih kamu nda, aku saat ini lagi deketin cewek nda,”.
“Siapa, kepo nih, seorang dokter juga, ato perawat, ato farmasi, ato....”. rendi menghentikan kata-kataku.
“Kamu cerewet banget sih, dia bukan seorang medis sama sekali, suatu saat nanti juga tau”. Rendi mencubit pipi ku, dia memandangiku dan tersenyum di depan ku.
“aku doain semoga cewek itu berkah buat kamu ren”.
Dia menoleh lagi ke hadapan ku dan tersenyum padaku, tidak ada kata yang terucap dalam bibirnya.

&&&&
Maaf banget ya, ini telat banget update nya. Semoga kalian tetap setia menunggu dan ga kapok ya.
Selamat membaca😊😊

Me Vs DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang