Debate 11 ~ Start and Finish

1.5K 118 3
                                    

“Han, lo dengerin gue dulu dong.” Aku hanya memberengut sambil mengalihkan tatapan, benar-benar tidak percaya dengan kejadian 10 menit lalu. Entah bagaimana, Tate masuk ke kamarku dan membangunkanku! Mending kalau hanya di bangunin, ini pake acara di siram-siram segala! Dan parahnya, dia cuma memaksaku untuk mendengarkan penjelasan Mbak Maha!

“Mbak Maha sakit sebulan sebelum pengumuman kelulusan, sedangkan saat itu lo juga sedang menanti kelulusan kan? Mbak cuma nggak mau ganggu lo dengan masalah penyakit ini, karna gue tau lo lagi pusing soal nilai UN lo. Makanya gue ngelarang Papa sama Mama buat ngasih tau elo,” Mbak Maha menangis didepanku. “Mbak sayang sama lo, dek. Mbak nggak mau ngeliat lo sedih karna mbak,”

Aku menggigit bibir bawahku, untuk menahan air mataku. Kenapa aku begitu egois? Mbak Maha hanya tidak mau membuatku khawatir, makanya dia merahasiakan itu. Tapi aku malah dengan kekanak-kanakan ngambek dan mogok bicara dengannya.

“Mbak tau lo kecewa karna masalah ini, makanya itu mbak mau minta maaf sama lo.” Mbak Maha mendekat dan memelukku sambil terisak. Aku membalas pelukan Mbak Maha dan sebisa mungkin menahan air mataku.

“Maafin gue, mbak.” Ucapku dengan suara bergetar. Aku melirik Tate yang menatap kami dengan senyuman lembutnya. Aku sudah memantapkan hatiku. “Mbak,” Aku melepas pelukanku pada Mbak Maha. “Gue mau jujur satu hal sama lo,”

“Apa dek?”

Aku menarik Mbak Maha minggir, agak jauh dari Tate. “Gue tau lo sama Tate saling suka, dan kalian kelihatan cocok banget. Gue tau gue nggak pantes bilang ini, tapi gue juga nggak mau nantinya mbak tau dari orang lain.” Mbak Maha menatapku heran, “Sebenernya gue suka sama Tate, mbak. Gue cuma mau bilang aja ke mbak Maha, dan gue juga nggak bermaksud buat ngelarang hubungan kalian.”

“Han, kayaknya lo salah paham deh.” Mbak Maha bergumam bingung.

Aku menggeleng, kemudian mengalihkan tatapanku. “Gue bakal jadi orang pertama yang ngedukung hubungan kalian, dan walaupun gue sayang sama Tate, gue mau belajar buat ngelupain dia Mbak.” Dan air mata menetes di pipiku, membuatku menggigit bibir bawahku lebih kuat. “Gue sayang sama Tate, dan mungkin cinta. Tapi gue lebih sayang sama lo, dan gue nggak akan jadi penghalang hubungan kalian.”

Mbak Maha menatapku dengan kaget, namun belum sempat dia bicara, suara seorang cowok menyahut.

“Mihani?”

“Iya, mas?” Aku menghapus air mataku kemudian menoleh pada Mas Galang.

“Kamu nggak sekolah? Aku kesini mau nge-jemput kamu.” Aku sudah memutuskan, dan aku akan melanjutkan apa yang aku putuskan.

“Iya. Kita berangkat sekarang aja,” Aku menoleh pada Mbak Maha, “Mbak janji ya sama aku? Tolong bahagia sama Tate.” Bisikku pelan. Kemudian aku langsung meninggalkan mereka, tanpa menghiraukan Tate yang memanggil namaku.

Aku tidak boleh egois. Aku bisa melihat hubungan mereka yang lebih dari seorang teman, aku tidak buta. Dan jika memang Tate yang bisa membuat Mbak Maha bahagia, aku yang akan mengalah. Aku harus melupakan Tate, dan… dan memulai dengan Mas Galang.

~!@#$%^&*()_+_)(*&^%$#@!~

“Kamu mau kan jadi pemberhentian terakhirku?” Kata-kata itu terdengar jelas di riuhan suara siswa SMA Harapan Bangsa yang sedang berkumpul di lapangan upacara untuk menyaksikan seorang Galang Anandito menembak Mihani Kurnia, aku.

Aku melihat Tate berdiri di barisan paling depan dari kerumunan, kemudian aku menatapnya dalam. “Iya, mas. Aku mau” dengan menatap matanya, aku telah memutuskan untuk memulai semua perasaanku pada Mas Galang.

Tate menatapku dingin, membuatku merasa salah telah melakukan ini. Tapi apakah mencintai pacar kakak kamu sendiri itu benar? Kurasakan lengan kekar Mas Galang mendekapku lembut, “Makasih ya udah kasih kesempatan sama aku.” Aku tersenyum, “kalau begitu, taruhan kita udah selesai kan?”

Love 2 : Love Debate?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang