Maaf baru update :( Selamat membaca!
Arfan Athafariz tidak mungkin membiarkan anak semata wayangnya masuk penjara dengan bukti yang kurang kuat. Beliau akhirnya bisa membuat Nasywa pulang dengan beberapa persyaratan.
Selama perjalanan ke rumah, Nasywa hanya duduk diam di sampingnya. Memandang ke luar dengan tatapan sedihnya. Ia tak berani bertanya, terlebih sejak penjelasannya mengenai Fauzi membuat dua anak manusia itu terdiam dalam sunyi.
Oji sendiri memilih menyetir di balik kemudi dengan tatapan lurus ke depan. Laki-laki itu terlalu fokus dengan jalanan tanpa berani membicarakan sebuah topik.
Arfan tahu jelas mengapa anak perempuannya itu terdiam. Sepertinya Oji belum memberitahu gadis itu bahwa ia adalah tunangannya.
Sampai di rumah besar dengan penjagaan ketat itu, Arfan memutuskan untuk pergi meninggalkan kedua manusia itu untuk berbicara empat mata.
"Maaf...."
Kata dengan nada getar yang hebat itu akhirnya terucap oleh bibir manis Oji. Di depannya, Nasywa berdiri sambil memalingkan wajahnya. Sama sekali tak goyah.
"Udah?" tanyanya dengan nada dingin.
Perempuan itu sama sekali tidak ingin berbicara saat ini. Ia butuh istirahat dan menenangkan pikirannya.
"Maaf..." ucapnya lagi selirih angin berhembus.
Nasywa menghembuskan nafasnya dengan frustasi. Menatap kedua manik mata kelam milik Oji dengan berani.
"Lo udah minta maaf tadi," ucapnya keras. "Nggak perlu minta maaf lagi!" tegasnya. "Gue nggak tuli kok!"
"Nana..."
"Nama gue bukan Nana!" tegasnya dengan geraham mengeras. "Perlu berapa kali gue bilang, hmmm?"
Nasywa mendorong Oji tepat di dadanya. Membuat laki-laki itu mundur perlahan, menerima sukarela dorongan itu.
"Seneng ya lo? Bikin orang keliatan bego!? Lo pasti ketawa ketiwi di belakang gue!?" Air bening di kedua mata cokelatnya menggantung. Tercipta sebagai bentuk rasa sakit yang sedang menyerang hatinya. "Iya sih. Gue emang keliatan bego banget. Jadi... pasti lucu banget di mata lo."
Tak puas mendorongnya. Gadis manis berwajah pucat itu memukul dada Oji dengan keras. Melampiaskan amarah meletup-letupnya. Menyalurkan rasa emosi yang menguasai penuh hatinya.
Oji menarik lengan Nasywa pelan. Membawanya ke dalam rengkuhan yang terasa dingin. Merengkuhnya sepenuh jiwa, kemudian mengelus rambutnya dengan sayang.
"Gue janji. Gue nggak bakal bikin lo sakit lagi." Katanya dengan nada teguh. "Sekarang... lo bebas."
***
Suara manis dan hangat milik Mrs. Yuli membangunkannya dari tidur nyenyaknya. Ia membuka matanya setengah hati karena masih mengantuk. Kemudian melihat sinar matahari menyelinap melalui jendela kamarnya.
Nasywa tersenyum mengingat ia terbangun di kamarnya yang bernuansa biru langit. Suasana yang tak pernah ia rasakan selama beberapa bulan belakangan karena harus hidup sendiri.
Setelah bangun dan mandi dengan sabun beraroma kesukaannya, ia menata diri dengan dress manis selututnya berwarna navy blue. Warna yang sesaat mengingatkannya pada sosok berkacamata dengan lesung pipinya itu.
Susah payah ia membuang raut wajah polos milik laki-laki itu. Berusaha membencinya sepenuh hati. Namun, tetap saja celah kecil hatinya tetap menyukai laki-laki itu sepenuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sparkling You
RomanceSelama ini Nasywa selalu mengikuti keinginan ayahnya. Apapun hal itu. Mulai dari kuliah di jurusan Akuntansi dan juga mengikuti semua acara formal. Berlaku baik di depan umum untuk menjaga martabat ayahnya yang merupakan seorang pejabat terkenal. Na...