Matahari telah condong ke Barat. Kegelapan pun mulai menyelimuti bumi ketika dua sosok tubuh melangkah perlahan memasuki hutan. Kepala kedua sosok itu tertunduk menekuri tanah. Jelas ada sesuatu yang merisaukan hati keduanya.
Perlahan kegelapan mulai sirna ketika rembulan menampakkan diri di langit. Walaupun hanya remang-remang, tapi sinarnya cukup untuk mengusir kegelapan di hutan itu.
Dua sosok tubuh itu terus saja melangkah lesu dengan kepala tertunduk. Di bawah keremangan cahaya bulan, wujud dua sosok tubuh itu terlihat cukup jelas. Yang seorang adalah pemuda tampan berambut putih keperakan dengan sebuah guci arak tersampir di punggungnya.
Sedangkan sosok kedua adalah seorang gadis cantik berpakaian jingga.
"Dewa Arak," ucap gadis berpakaian Jingga itu. Suaranya pelan dan agak parau.
Pemuda berambut putih keperakan yang ternyata adalah Dewa Arak, menoleh.
"Kumohon, kau tidak memanggilku dengan sebutan itu, Karmila, " pinta Dewa Arak.
"Panggii saja Arya.""Baiklah, De... eh... Arya," sahut gadis berpakaian jingga yang ternyata bernama Karmila, mengalah (Untuk jelasnya mengenai keberadaan gadis ini bersama Arya, bacalah serial Dewa Arak dalam episode "Memburu Putri Datuk").
Begitu Karmila menghentikan ucapannya, suasana kembali hening. Kini keduanya melangkah tanpa berbicara lagi.
"O ya... , di mana kau akan mengobati lukamu, Arya?" tanya Karmila memecahkan keheningan. Matanya yang bening menatap wajah tampan di sebelahnya.
"Nanti.., agak ke dalam sedikit..," sahut Dewa Arak pelan.
Karmila hanya mengangguk. Kembali keheningan menyelimuti mereka. Kini yang terdengar hanyalah suara kerosak rerumputan dan dahan-dahan kering yang terpijak kaki mereka. "Aku menyesal sekali, Arya," kembali Karmila membuka percakapan. Suaranya sarat dengan penyesalan.
"Apa yang kau sesali, Karmila?" tanya Dewa Arak seraya menatap wajah gadis berpakaian jingga itu lekat-lekat. Rupanya pemuda berambut putih keperakan ini belum mengerti maksud ucapan Karmila.
"Diriku...," sahut Karmila mendesah. Ada nada kesedihan yang dalam pada suaranya.
"Dirimu...?!" tanya Arya heran. Dahi pemuda berambut putih keperakan ini berkernyit dalam.Karmila hanya mengangguk pelan sebagai jawabannya.
"Mengapa kau sesali dirimu sendiri, Karmila?" desak Dewa Arak "Apakah kau teringat pada mendiang ayahmu lagi?"
Gadis berpakaian jingga itu menggeleng. "Lalu, apa?" desak Arya. "Katakan yang jelas, Karmila. Agar aku mengerti...."
"Hhh...!"
Karmila menghela napas berat "Aku menyesal, mengapa hidupku selalu menimbulkan kesulitan bagi orang lain. Ibu dan ayahku meninggal karena menyelamatkanku...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Serial Dewa Arak - Aji Saka
Aktuelle LiteraturHari masih pagi, ketika di kaki lereng Gunung Waru berkelebat beberapa bayangan yang bergerak cepat menuju ke puncak. Menilik dari gerakan yang rata-rata ringan dan gesit, dapat diketahui kalau bayangan-bayangan itu adalah orang-orang persilatan yan...