Part 20 - Flashback

1.7K 218 44
                                    

VOMENT ya.

**

Oliv menahan lengan Adit saat cowok itu akan meninggalkannya.

"Dit, kali ini aja aku mohon. Aku tunggu di taman kota jam tujuh malam nanti. Kalau kamu nggak dateng, itu artinya kamu bukan cowok," ucap Oliv lantang.

Beberapa murid yang sedang berada di koridor sekolah ikut mendengar ucapan Oliv. Bahkan mereka menyetujui ucapan cewek itu. Mereka belum pernah mendengar Adit, murid populer di sekolah pacaran. Yang mereka tahu Adit hanya menghabiskan waktunya dengan teman-temannya, Gilang dan Redo.

"Kenapa lo ngatur gue?" sahut Adit ketus.

"Kalau kamu nggak dateng, pemikiranku benar. Bahwa sebenarnya kamu itu gay."

Adit ingin sekali memukul cewek di hadapannya ini. Namun ditahan, karena bagaimanapun ia cowok dan Oliv adalah cewek.

"Oke. Jam tujuh malam, gue kesana."

Adit segera melangkah meninggalkan Oliv yang sedang tersenyum girang. Ia baru akan beranjak dari posisinya sebelum melihat Kevin yang turun dari sepeda motornya. Oliv tercengang beberapa saat.

"Bukannya Kevin berasal dari keluarga miskin? Kok motorya bagus banget. Adit aja nggak punya," gumam Oliv heran.

Bahkan penampilan Kevin berbeda dengan sebelumnya. Jika biasanya rambutnya tersisir rapi, saat ini terlihat acak-acakan. Dan ini yang Oliv suka dari cowok.

"Sepertinya Kevin boleh juga," bisiknya lagi.

Cewek itu segera berlari mendekati Kevin. Beberapa siswi yang mengerumuni Kevin segera disuruh minggir. "Minggir, minggir!"

Kevin memandang Oliv dengan seringaiannya.

"Hai, Vin. Kamu keren banget hari ini," puji Oliv dengan senyum manisnya.

"Gue biasa aja. Adit lebih keren," sahut Kevin sambil berjalan meninggalkan Oliv.

Oliv segera menyusul Kevin. "Mulai hari ini aku nggak suka Adit lagi kok. Aku pikir-pikir dari kemaren, kamu lebih baik dari dia."

Kevin lagi-lagi tersenyum.

"Nanti malam ada acara nggak, Vin?" tanya Oliv.

Kevin menjawabnya dengan gelengan.

"Kalau gitu nanti kita kencan ya," ajak Oliv sambil bergelayut di lengan Kevin. "Pakai motor itu, ya."

Kevin mengangguk sambil tersenyum tipis.

"Asyik!" seru Oliv kegirangan.

**

Adit menepuk pipinya yang mulai terasa dingin. Ia melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 08.14 malam. Sudah satu jam lebih ia duduk di bangku taman menunggu Oliv. Beberapa kali ia memutuskan akan pulang, namun kata-kata Oliv berputar di kepalanya.

Ia bahkan nekat bersepeda di malam hari dari rumahnya sampai taman kota yang letaknya tidak dekat.

"Awas aja sampai nggak datang," gumam Adit.

Jaket abu-abunya sudah ia rapatkan agar menghangatkan tubuhnya. Namun angin malam masih saja terasa menusuk kulitnya.

"Aish, gerimis lagi."

Adit segera berlari di dekat pohon beringin yang berada di tengah-tengah taman. Gerimis tadi berubah menjadi hujan deras yang mengguyur segala penjuru kota. Adait sudah menggigil di bawah pohon. Jaketnya sudah basah kuyub.

Satu jam menunggu hujan reda Oliv juga tidak muncul. Adit membuka handphone nya. Namun sial baginya, ia tidak memiliki kontak cewek itu.

"Masih nunggin Oliv?"

Adit memandang orang yang bertanya padanya. Matanya sedikit membulat saat tahu Kevin lah orang itu.

"Oliv udah tidur nyenyak di rumahnya. Dia baru aja pergi jalan-jalan sama gue."

Kevin merogok saku celananya dan mengarahkan handphone nya pada Adit. Di layar tersebut terlihat Oliv sedang makan permen kapas di samping Kevin.

"Lo boleh menang di mata guru ataupun teman-teman lainnya. Setelah lo bisa ngalahin gue di pentas musik bulan lalu, lo diangkat jadi tim inti basket, dan lo bisa paralel 1 di sekolah, untuk Oliv gue nggak akan biarin ini terjadi. Oliv milik gue."

Barusaja akan mengucapkan kalimat pertamanya, beberapa cowok laki-laki sebaya dengan Adit ataupun Kevin muncul dari belakang pohon. Tanpa menunggu waktu, cowok-cowok itu memukuli Adit sampai babak belur. Yang Adit herani, Kevin ikut memukulinya sampai ia meringkuk dengan keadaan mengenaskan.

"BERHENTI!!" teriak seorang cewek sambil membawa pukulan baseball.

Kevin dan beberapa cowok itu segera berlari meninggalkan Adit.

"Mau lari kemana kalian? Awas, ya!" seru cewek itu lagi.

Cewek dengan kuncir kuda itu segera menghampiri Adit yang terkapar di tanah.

"Duhh, gimana nih? Bangu..LOH ADIT?!" pekiknya terkejut.

Cewek itu terkejut bukan main saat didapatinya Adit yang sedang meringis kesakitan. Ia menepuk pipi Adit pelan. "Dit," bisiknya.

Ia segera mencari ponsel yang ada di saku jaket Adit. Ia lalu mencari nomor telepon seseorang yang tadi bersamanya.

"GILANG!"

"Buruan ke taman yang tadi. Adit, Lang."

"Udah buruan ke sini. Tanyanya nanti aja. Buruan!"

Adit yang hampir kehilangan kesadarannya masih dapat melihat tetangganya itu terisak sambil menepuk pipinya pelan.

"Gessa," gumamnya sebelum semua berubah menjadi gelap

**

VOMENT SELALU YA

Salam Kodok

Jones Has Taken || #wattys2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang