Awal Pertengkaran

3.5K 325 98
                                    

"Kau tidak mengerti!"

"P'Arthit yang tidak mau mengerti!" seru Kongpob tak kalah keras.

Kongpob dan P'Arthit sedang bertengkar. Penuh drama dan ditonton oleh publik yang berkumpul di kantin kampus. Padahal, alasan pertengkaran itu sangatlah klise.

P'Prem dan Wad memutuskan untuk pacaran!

Tagline berita kampus hari ini yang menyebabkan segalanya. Bayangkan saja betapa berita ini menghebohkan khalayak kampus yang mendengarnya. Terlebih bagi mahasiswa fakultas Engineering. Berkat SOTUS, tidak ada yang tidak mengenal keduanya. P'Prem itu luar biasa galak, lebih galak dari sang head hazer P'Arthit. Jika diperumpamakan P'Arthit itu iblis, maka P'Prem adalah si Maha Raja Iblis. Sementara Wad adalah mahasiswa super cuek yang tidak mau berurusan sama sekali dengan hubungan senior-junior di sekelilingnya. Mereka bermusuhan, dulu, tapi sekarang?

"Aku yang lebih mengerti daripadamu!" P'Arthit menyalak tak terima.

"P'Arthit hanya pura-pura mengerti," kali ini Kongpob membalasnya dengan nada yang lebih kalem.

"Sudah kubilang Prem itu sebenarnya baik hati!"

"Baik hati tidak harus membuatnya berada di posisi bottom, P'Arthit,"

Oke, kalian sekarang mengerti apa yang menjadi titik permasalahannya? Mereka bertengkar, berselisih paham hanya untuk membenarkan argumen tentang siapa yang menjadi seme dan siapa yang menjadi uke antara P'Prem dan Wad.

"Tapi N'Wad selalu ketus dan terlihat bisa mengontrol diri lebih baik, pastilah dia yang menjadi Top!" P'Arthit berusaha keras tak mau kalah.

Kongpob tersenyum simpul, "Itu namanya tsundere P'Arthit, sama sepertimu, kan?"

"Huh?"

"Tidak, bukan apa-apa," Kongpob memilih tak ingin menjawabnya, ia yakin P'Arthit sama sekali tidak mengerti istilah jejepangan yang baru saja ia katakan (ajaran dari Em). Lagipula pasti P'Arthit akan tambah memarahinya jika ia tau apa arti dari tsundere itu, bagaimanapun P'Arthit kan tsundere.

"Prem itu manis! Kau tidak tau betapa manisnya dia!" P'Arthit berkata, mengingat bagaimana P'Prem yang dikenalnya dulu ketika mereka masih mahasiswa baru.

P'Prem memang manis, ia dulu memakai kacamata dengan seragam dan rambut yang selalu disisir rapih. Memanggil teman-temannya dengan sebutan khun, berlaku sopan dan selalu menawarkan bantuan yang mungkin saja mereka perlukan. P'Arthit tersenyum sendiri mengingat sahabatnya yang satu itu, seketika membuat Kongpob jengkel.

"Kok, P'Arthit jadi memujinya sih?!" ucap idola kampus itu sebal.

Arthit mengeryit heran, "Aku kan hanya membicarakan bagaimana sahabatku! Kau yang seperti pencemburulah yang punya pikiran berlebihan!"

Oke, Kongpob salah bicara sepertinya.

"Karena itu, aku pikir Prem  yang akan menjadi bottom dan N'Wad lah yang akan jadi top," P'Arthit melanjutkan, merasa menang.

"Tapi Wad itu cantik,"

P'Arthit mendelik super tajam ke arah kekasihnya, ia berkacak pinggang. "Oh... jadi menurutmu N'Wad itu menarik? Kau memujinya? Jadi kau lebih memilih bersamanya, begitu?!"

Loh?

Kongpob mengerjap bingung. Salah bicara season dua.

"Kalau begitu, dekati saja dia, toh aku sebentar lagi lulus! Kau senang, kan?!" P'Arthit menggerutu tak suka lalu membuang muka, tanpa sadar pipinya mengembung sementara bibirnya mengerucut, cemberut.

Tahan diri Kongpob!

"Bukan maksudku begitu P'," Kongpob mencoba mencari alasan, tapi P'Arthit sepertinya memutuskan untuk bersikap tak mau tau. Sudah lama sekali P'Arthit tidak mencemburuinya semenjak bersama Praepailin dulu.

Rules pertama sebuah hubungan; Uke selalu benar. Tapi sayangnya Kongpob termasuk tipe yang sama keras kepalanya.

Kalau kalian bertanya bagaimana rasanya pacaran dengan uke tipe tsundere macam ini, Kongpob akan menjawab dengan jawaban: manis-manis pahit.

Manis karena tentu saja sikap P'Arthit yang diam-diam baik, diam-diam perhatian, diam-diam manja. Siapa yang akan mengelak dari pesona senior satu itu? Ia baik, perhatian, itu sudah dibahas sebelumnya, bertanggung jawab, setia kawan dan termasuk salah satu mahasiswa cerdas yang dimiliki universitas ini. Jangan tanya wajahnya! P'Arthit itu tampan dan (sekali lagi) manis. Kau akan tau betapa lembut helaian rambutnya kalau mengelusnya, kalian akan tau betapa empuk juga kenyal pipinya ketika mencubitnya, dan ketika menciumnya, kalian akan merasa bibirnya manis karena meminum pink milk sudah menjadi kebiasaannya. Tentu saja semua percobaan di atas hanya Kongpob seorang yang boleh melakukannya!

Tanpa P'Arthit sadari, sesungguhnya ia sudah termasuk salah satu laki-laki yang diincar baik senior maupun junior, laki-laki maupun perempuan. Selama setahun menjadi kekasihnya, Kongpob menyibukkan diri dengan melototi orang-orang yang memandang ke arah P'Arthit dengan tatapan memuja. Enyahlah kalian, P'Arthit milikku!

Sementara bagian pahitnya yah... itu.
P'Arthit jadi susah ditebak. Ia akan bersikap benci-benci tapi sebenarnya cinta, bersikap malu-malu tapi mau, cuek-cuek tapi cemburu. Seperti saat ini. Lihat? Kongpob harus berusaha lebih keras lagi untuk membedakan apa yang diinginkan kekasihnya ini.

"P'Arthit krub...,"

"....."

Kongpob menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Menarik nafas dalam, lalu menghembusnya cepat, berulang-ulang, mencoba sabar. Ia harus menemukan cara agar P'Arthit tidak lagi marah dengannya. Bisa gawat kalau P'Arthit sampai tidak memberinya jatah harian- eh, salah tulis, maksudku, kalau sampai P'Arthit memutuskan hubungannya dengan Kongpob. Bisa menangis tiga hari tiga malam ia karenanya. Berlebihan.

Lagipula, ada hal lain yang ingin Kongpob tunjukan pada P'Arthit. Ya, sifatnya yang tsundere ini perlu diberi pelajaran. Otak pintarnya mencoba mencari cara dan tanpa diduga terbesit sesuatu sebagai idenya.

"Oke, P'Arthit, bagaimana kalau kita taruhan saja?" tanya Kongpob kemudian.

"...."

"Aku tidak tahan kalau kita harus bertengkar seperti ini. Jadi ayo kita taruhan. Aku bertaruh untuk P'Prem yang akan menjadi top, sementara Kau mempertaruhkan Wad," jelasnya lagi. Kongpob tersenyum ketika melihat P'Arthit mulai meliriknya, sepertinya ia mulai tertarik dengan ajakan ini.

"Lalu?"

"Siapapun yang kalah, akan melakukan apapun yang diminta oleh pemenang," Kongpob berkata seraya menyeringai lebar. P'Arthit meneguk ludah.

"O-oke," jawab P'Arthit gugup. Kongpob senang mendengarnya. Ia cukup atau bisa dibilang sangat percaya diri untuk hasil taruhan kali ini, dan pasti ia bisa membuktikan bahwa ialah yang akan keluar sebagai pemenangnya.

Haha! Persiapkan bokongmu, P'Arthit!

.

.

.

To be continued

***

A/N: Hehe.. cerita baru. Multichapter yang insyaallah selesai di chapter kedua. *ditimpuk*

Pokoknya nikmatin aja deh! Sampai jumpa! *kedipcentil*






Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 19, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BET Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang