Salsha menatap nanar salah seorang yang sangat dikenalinya. Matanya menyipit untuk memastikan apakah benar, gadis itu adalah Lia yang tengah bercengkrama dengan lelaki baru. Semudah itukah Lia mendapat pengganti Aldi yang kini menjadi pacarnya.
"Eh guys, lihat deh. Bukannya itu Lia ya? Kok sama cowok sih? Apa dia cowok barunya tuh cewek udik?" Salsha menyeruput milkshake oreo milik Steffi, sahabatnya yang memiliki hidung mancung.
Steffi menoyor kepala Salsha dan segera menarik gelasnya. "Ini punya gue bego,"
Pandangan Cassie si gadis berwajah bule itu mengikuti arah pandangan Salsha. Dan ia mendapati apa yang dimaksud sahabatnya. "Iya deh bener, itu Lia. Jangan-jangan gitu, cowok cakep itu pacar barunya. Oh my God!"
Steffi cuek, ia belum menghabiskan makanannya, jadi tak perlu susah-susah mengikuti dua sahabatnya yang sibuk dengan urusan orang lain.
"Steffi bego! Lihat itu!!" pekik Salsha. Ia mengarahkan kepala Steffi ke arah meja di pojokan kedai.
"Anjir sakit bego. Egp lah, bukan urusan gue," ujar Steffi cuek.
Cassie berdecak. Mengapa selalu begitu, gadis keturunan Jerman yang berhidung mancung itu selalu saja cuek dengan urusan yang akan menjadi urusan genknya. "Steffi, please ya kali ini lo harus peduli sama kita. Dan karena lo yang paling pinter, seharusnya lo kasih ide buat kita nyari masalah lagi sama si cewek udik itu!!"
Steffi membanting sendok dan garpu ke atas piring yang sudah bersih dari makanannya-mie goreng saus tiram. "Yaudah si kerjain aja sono sendiri. Godain aja sekalian cowok barunya Lia. Kalo menyangkut urusan orang, gue ogah ikut-ikutan!" ia memandang Cassie tajam.
"Bener kata Steffi. Kita godain aja cowoknya. Lumayan tuh Cass, lo kan jones," ujar Salsha.
Matanya tak berpindah dari dua makhluk berbeda jenis itu. Dan saat yang ditunggu-tunggu telah tiba. Lia melenggang pergi meninggalkan lelaki tampan itu sendirian. Lelaki itu kelihatan mulai bosan dan membutuhkan teman.
Salsha menarik tanggan Cassie untuk bangkit dan datang ke lelaki tampan itu. "Ikut gue!"
Steffi menatap dua sahabatnya yang pergi dengan kesal. Seperti tak ada kerjaan, mengapa mereka selalu senang mengusik kehidupan orang, termasuk kaum lemah dan Lia yang sempat menjadi saingan beratnya.
Sedangkan Salsha dan Cassie telah tiba di depan meja lelaki tampan yang tengah duduk sendirian itu. Salsha dan Cassie menarik bangku dan ikut duduk di meja nomor 16 ini.
"Hey. Sendirian aja?" tanya Salsha sok kenal.
Iqbaal menatap bingung dua gadis centil ini. Entah dari mana datangnya. "Ah iya. Hehehe,"
"Kenalin, aku Cassie," Cassie menarik tangan Iqbaal untuk menyalaminya.
Dan Salsha juga turut bersalaman dengan Iqbaal. "Kalau gue Salsha," Salsha masih menautkan tangannya cukup lama. Bahkan ia mulai menggosokkan ibu jarinya di punggung tangan Iqbaal.
"Iqbaal,"
Sejenak ada rasa yang berbeda saat melihat senyum Salsha dan tatapan mata Salsha. Iqbaal segera menepisnya jauh-jauh, termasuk usapan tangan Salsha yang membuatnya geli.
Iqbaal melepaskan genggaman tangan Salsha. Genit.
"Ganteng, boleh minta pin bb nya ngga?" tanya Salsha kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
3. Teman Semeja • IDR
Dla nastolatkówSTORY IQNAM KE-2 [[SEBAGIAN CHAPTER HANYA BISA DIBACA FOLLOWERS]] ________________ Hidup (Namakamu) kembali berubah seiring datangnya murid baru yang sok' peduli, sok' perhatian, dan sok' baik hati dengannya. Baru saja hari pertama pertemuan...