35. You know i want your love

1.4K 89 3
                                    

Playlist :: Machine Gun Kelly feat Camila Cabello - Bad Things

HOF-35 :: You Know I Want Your Love

-o-

Remaja, masa-masa menemukan jati diri. Sebagian dari mereka mulai mencoba-mencoba hal baru yang sudah mereka impikan dari lama -- yang hanya mereka impikan tanpa berani melakukannya -- setidaknya orang tua masih menentang hal itu begitu keras.

Kamu belum legal!, begitu kata mereka. Persetan!

Remaja terkadang begitu penasaran ketika apa yang tidak di bolehkan itu mulai menarik dirinya terlalu dalam. Jadi ketika umur mereka 17 dan berarti ia mendapat legalitas, mereka akan berteriak, berlari mencoba segala yang tidak di bolehkan itu.

Mabuk, berkendara tidak tahu aturan, membuat beberapa tato dan berdiri pongah menunjukkan jika dirinya sudah bisa bergerak bebas tanpa kekangan orang tua. Menghabiskan setengah harinya di kelab malam, mencoba berbagai minuman, berliuk-liuk di dance floor dan mulai melupakan siapa dirinya, berpesta tidak tahu aturan, memulai mencari pasangan, bercumbu seolah tidak ada hari esok bahkan lupa tempat dan menghempas norma yang ada.

Bahkan yang lebih mengejutkan, sebagai remaja modern mereka mencoba yang seharusnya tidak pantas di jadikan ajang uji coba. Seperti seks bebas.

Matt, satu dari ribuan remaja yang ada di dunia. Ia pernah berada di masa itu. Ia tinggal seorang diri dan dirinya bebas. Sebagian harinya ia habiskan di kelab malam untuk mabuk namun Matt masih waras untuk tidak melakukan seks. Ia masih beradab!.

Matt akui ia tidak suci, ia bajingan. Tapi ia tidak ingin terlalu jauh merusak dirinya. Seperti beberapa tahun yang lalu ia tenggelam di dunia malam, ah atau mungkin kelab malam sudah menjadi rumah Matt waktu itu- namun ia akhirnya sadar. Ia harus berubah. Matt tidak langsung berhenti begitu saja namun ia menguranginya. Saat ia punya masalah saja ia akan menghabiskan waktu di sana.

“Miris banget lihat anak jaman sekarang ya, Pram.” Miranda berhenti menuangkan air putih, ia memperhatikan televisi yang menampilkan berita pagi berisi kenakalan remaja.

Pram yang sibuk dengan ponselnya pun akhirnya mendongak, menatap Miranda lalu pada televisi yang menyala. “Semoga anak-anak kita masih tau aturan dan norma.” ucap Pram.

Miranda mengangguk.

Matt yang baru saja turun, memilih menarik kursi di depan Papa-nya.

“Vian mau roti apa nasi goreng?” tanya Miranda.

Matthew diam, ia menoleh ke arah televisi melihat salah satu kelab malam di ibukota yang di tutup oleh para polisi.

Matt tidak ambil pusing, toh itu bukan tempat langganannya. Ia beralih menatap Mama-nya. “Nasi goreng. Aga mana?”

Tadi ketika ia bangun ia tidak menemukan Aga begitu pun juga Abel. “Di taman belakang sama suster. Lagi latihan jalan. Dia bilang sarapan nanti saja.” jawab Miranda.

Matt mengangguk. “Abel?”

Pram kini yang menatap Matt. “Kamu kan pacarnya. Kok jadi nanyain Abel ke Mama, harusnya kamu tau dong kemana dia pergi?”

Matt mendengus. Tinggal jawab aja susah banget sih. Ngajakin adu urat mulu, dumel Matt dalam hati.

“Abel pamit pulang pagi-pagi banget. Di jemput sepupu nya.” jawab Miranda.

Matt hanya ber-oh ria. Ia meneguk air putih dan memulai makan pagi nya.

“Vian, Mama boleh ngomong sama kamu?” tanya Miranda ketika Matt tengah mengunyah suapan terakhir nasi gorengnya.

Hearts On FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang