Hari ini sarapannya pancake dengan lumuran madu manis.
Acel memantapkan diri untuk membeli bahan-bahan tersebut pada market terdekat. Nota kertas sudah sedia dengan daftar bahan yang harus dibeli. Madu. Check. Tepung. Check. Gula. Check. Susu. Check. Sumbingan senyum lebar tercipta di bibir tipis iblis yang masih belum memaka seragamnya tersebut.
Oke saatnya menuju ke Akumart!
Iblis notabene berwajah dingin ini membawa notanya dengan dompetnya. Acel sebenarnya tahu harga hitungan karena pernah membeli bahan-bahan yang tertuang dalam nota. Tapi yah, kali-kali saja Acel napsu mata dan memilih bahan lain untuk isi kulkasnya. Bukan begitu?
Sebelum jam masuk sekolah, Acel pun berjalan melewati lorong sekolahnya untuk menaruh tas selempang coklat tua panjangnya terlebih dahulu. Ketika memasuki kelas, akuma berambut ungu gelap pendek ini melihat dua teman kelasnya yang saat ini berbincang-bincang.
"Hei kamu tau soal akumart sama tenmart sekarang sebelahan?" tanya sekaligus info anak satu.
"Iya aku udah tahu. Sekarang lebih mudah ya."
Dahi Acel mengerinyit. Lantas dalam kesempatan pun ia bertanya, "Memang mereka dimana?" tanyanya sudah menaruh tas sekolahnya pada bangkunya.
"Mereka ada di gedung sana," anak yang memberi info yang diketahui berseragam tenshi (malaikat) menunjuk pada arah gedung tersebut dapat dilalui. "Lalu ada tulisannya. Disana ramai kok. Sebelah cafetaria pokoknya."
"Terima kasih..."
Gagal menggunakan kemampuan teleportasi agar Acel bisa belanja dengan cepat. Ia buru-buru keluar kelas agar waktunya tidak banyak terbuang demi mencari lokasi market terbaru.
"Eh, dia langsung pergi―"
"Memang kenapa?"
"Kan sekarang kedua toko itu jadi berbeda, sesuai namanya―tahu 'kan artinya?"
Keduanya sempat saling tatap.
=oOo=
'Acel mau masuk tenmart atau akumart?'
'Terserahlah manapun. Sama-sama menjual makanan juga.'
Dalam otak Acel, suara tawa lembut menggema, 'Kali sekarang nama bukan sekedar nama kayak dulu. Tau, 'kan?'
'Misal?'
'...Entahlah, haha. Itu firasatku tapi kamu bisa abaikan.'
Dalam lari itu, Acel kini bergeming lalu memutar bola matanya sebal.
Ternyata benar kalau tenmart dan akumart bersebelahan. Acel yang sudah sampai terdiam cukup lama. Keringat pelipis menjalar dari olahraga dadakan paginya. Hawanya itu kelihatan sekali berbedanya.
'Baklah. Akumart dulu,' batin Acel yang mencoba masuk sesuai formalitas rasnya.
Spontan Acel ingin muntah d tempat, padahal baru membuka pintu. Aroma yang dikenalnya masuk dengan ganas pada hidungnya. Hingga Acel secara kuat menutup lagi market yang ingin dihampirinya sebelum berbicara dengan petugas.
"DEMI APAPUN ADA ORGAN MAKHLUK HIDUP DALAM SANA," Acel yang tidak tahan pun segera berteriak menyampaikan keluhannya. Meski hanya di luar tapi itu cukup mengagetkan orang yang berlaluan.
'...'kan.'
Andai alter Acel punya badan, dia ingin sekali menepuk-nepuk pundak akuma yang posiitif DID tersebut.
'.... cih, aku akan masuk tenmart saja.'
'Serius? Ntar―'
'Aku akan tetap masuk sana daripada akumart,' tegas Acel membalas perkataan alternya. Ya sudahlah. Alternya tidak bisa memaksa juga.
Acel segera masuk ke dalam tenmart dengan mukanya yang masam. 'Benar, 'kan? Tenmart udaranya lebih nyaman?' batin Acel. 'Kalau be―'
ZRAAASSSHHHH!!
"ADA SETAN MASUK KE DALAM TENMART!"
"SUCIKAN JIWA KAMI YA BAPA DARI SETAN TERKUTUK!"
"YA BAPA SELAMATKAN KAMI!"
Acel lantas teleportasi ke kamarnya secepat mungkin, sebelum selang berisi ayat-ayat al-kitab yang diberi nama holy water mulai menyerang ganas badannya.
Notanya basah.
Uangnya juga basah.
Acel sampai izin sekolah seminggu karena menderita penyakit kulit, setelah diketahui bahwa alasannya karena tersiram holy water di badannya.
Dan sarapan pagi idaman pun kandas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Welcome to True Life!
Short StoryDrabble! One-shot! Akankah iblis selalu menjadi hal buruk? Acel memang iblis, namun dia ingin menjadi berbeda. (Orific 'bout my beloved OC: Gilbert Deacel)