(Raka POV)
Dia memandangku sambil menyeringai. Gigi-gigi taring itu berkilat terkena cahaya, mengingatkanku pada film lawas yang bercerita tentang hiu pemakan manusia. Aku mencoba berkonsentrasi pada busur dan panah tapi cekikikannya yang mengerikan itu bagai menghantuiku.
"Hentikan suara itu." Aku mencoba mengusirnya secara halus. Walau dia memang menjengkelkan, tetap saja dia seorang gadis.
"Akuuuu tidaaaaaakkk mauuuuu!" serunya, lalu dia mengeluarkan serentetan bahasa alien yang tidak bisa kupahami.
Dia jelas-jelas menguji kesabaranku, buktinya saat ini gadis itu berteriak keras seperti orang gila. Melompat ke sana kemari dengan lincahnya. Diam-diam aku mengetatkan pegangan, membidik gadis itu dengan busurku.
Wuuuushh! Trak!
"Hanya segitu kemampuanmu? Sungguh memalukan!"
Kepalanya berjarak hanya lima senti dari ujung hidungku. Saat ini ia bergantung pada langit-langit kamar, dalam keadaan terbalik.
Aku bersumpah, atas nama keluargaku yang terkutuk. Aku membidik kepalanya dan itu meleset. Aku tak pernah meleset sebelumnya, itulah kenapa Gilang memilihku. Kini panah biru metalik itu menancap di dinding.
"Raka Aruda ... penembak sekaligus pemanah terbaik di kamp pelatihan merpati. Tidak pernah meleset selama latihan maupun praktek, apakah aku betul?"
Gadis itu mengucapkan semuanya seraya bergelantungan di langit-langit. Dengan satu sentakan, ia berputar dan mendarat dengan mulus. "Sayang sekali, rekormu sudah pecah karena ... akuuuuuu!"
Dia tertawa nyaring. Membuka rahangnya lebar-lebar dan mengeluarkan suara yang lebih bisa dibilang jeritan daripada tawa. "Rakaaaaa Aruuuudaaaa!" teriaknya, "ayooo tembak akuu dengan panah beracun ituuuu!"
Kemudian dia kembali berceloteh dengan kata-kata aneh, memintaku untuk menembaknya dengan pistol atau panah atau bahkan senjata mesin tapi aku hanya diam sementara ia bertingkah seperti itu. Lalu ia tiba-tiba menundukkan kepala.
"Sudah lelah?" Aku bertanya, mendadak merasa khawatir kalau hal yang sama seperti Erina lakukan padaku terjadi lagi tapi kali ini dengan orang sakit jiwa.
Mendadak, gadis itu mendongakkan kepalanya. Tersenyum lebar hingga mencapai mata. Lalu, dia berkata:
"Selamat pagi! Namaku Foxy Raunder, salam kenal! Kau pasti Raka Aruda kan? Selamat datang di markas kami! Oh ya, sebelumnya aku jelaskan dulu syarat-syarat di markas ini: satu, kau dilarang membunuh sesama anggota. Dua, dilarang memberitahukan keberadaan markas pada orang lain. Tiga, terakhir dan yang paling penting! Kau DILARANG berkhianat dari kami! Hanya itu dan kau akan baik-baik sa-"
Bruk!
Sebuah panah bius kutembakkan dan semua ocehannya berakhir.
(Raka POV end)
[***]
Marie Antoinette syndrom.
Sebuah kelainan yang membuat penderitanya memiliki rambut berwarna putih. Sindrom ini diakibatkan oleh trauma atau stres yang kuat dan dialami selama kurun waktu yang cukup lama. Penyakit jiwa ini terinspirasi dari Marie Antoinette yang setelah kepalanya dipenggal, seluruh rambut abu-abunya perlahan berubah warna menjadi putih dikarenakan tekanan batin yang dialami semasa hidup.
Terkadang dalam beberapa kasus, penderita sindrom ini dapat menjadi sangat ganas. Dengan artian lain, bisa melukai orang lain. Tetapi ada juga yang masih hidup normal walau kemungkinan ini bisa dibilang cukup jarang. Selain itu, mereka bisa menjadi anti-sosial, bipolar, masokis, atau yang paling parah: psikopat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Blue Riding Hood
Action[Underground Bullet Case:06] Anggota termuda UB, Eko Andika harus menghadapi misi resmi pertamanya. Setelah sebelumnya terus diragukan akan kinerjanya di UB, dipaksa menyelesaikan misi ini tanpa menyakiti siapapun terutama partnernya sendiri. Di sis...