Chapter 3

17.4K 176 12
                                    

Gisella duduk termenung diatas karpet bulu kesayangannya. Menghisap butiran kristal teman setianya sebelum berangkat menuju klab malam bernama Orion.

Gisella adalah seorang pemakai narkoba, bukan pecandu. Sudah satu tahun lamanya ia berteman dengan butir kristal bernama sabu. Hanya sabu saja yang ia pakai, tidak yang lain.

"Kamu nyabu lagi." Suara malas itu menyadarkan Gisell dari renungan.

"Hai lou, aku nggak mau parno kayak yang terakhir lagi gara-gara kamu masuk tanpa permisi kayak gini."

Paranoid adalah efeknya. Terakhir kali Gisell terserang paranoid karena Louisa datang ke apartemen tanpa memberitahu Gisell lebih dulu. Akibatnya, Louisa terkena serangan dari belakang dari Gisella yang mengira itu polisi.

"Nggak usah diingatkan lagi, ngeri tau!" Louisa bergidik ngeri mengingat kejadian itu.

"Habis berapa?"

"Baru 1 G. Kemarin kamu udah aku kasih ya, nggak malam ini lou." Gisell memperingatkan louisa yang ingin bergabung bersamanya.

"Iya, ini aku udah duduk manis liatin kamu setengah bugil sambil nyabu. Ya kali aja, kamu OD malam ini."

"Bocah setan! Doa lu jelek banget malem ini. Udah jam 11, jalan yuk."

Lalu mereka bersiap-siap menuju Orion. 

***

Orion adalah salah satu klab malam kelas atas di kota ini. Hanya member saja yang bisa masuk. Tentu bukan sembarang orang yang bisa menjadi member. Sangat terbatas sekali.

Gisella dan louisa menuju bar, mereka open bottle Blue label milik Johny Walker untuk menemani mereka malam ini.

"Darley, waktunya lu perform." Salah satu tim entertain klab memberitahu Gisell untuk segera bersiap-siap. Setelah itu Gisella menuju stage meninggalkan Louisa sendiri di Bar.

Sepanjang Gisella berkutik dengan alat Dj-nya terdapat sepasang mata yang menatapnya intense. Tanpa terasa ada sesuatu yang bangkit dalam dirinya. Getar itu tertuju pada seorang Gisella yang belum ia sadari.

Usai perform, Gisella menuju toilet untuk mengganti kostumnya. Mengenakan gaun mini hitam favoritnya dan memperbaiki make up minimalisnya. Setelah itu ia berniat menghampiri Louisa tapi seseorang di lorong memanggil namanya.

"Gisella..."

"Gillbert..."

Ternyata Gillbert membuntutinya hingga ke toilet. Jika dipikir ada Gillbert disini tentu juga ada Mikail. Kehadiran Gillbert seperti oase di padang pasir tapi tidak untuk Mikail. Gisella tau apa yang harus ia lakukan kepada Mikail.

"Kejutan yang menyenangkan. Ternyata kamu adalah Dj Sparkling itu."

Dj Sparkling adalah nama panggung dari Gisella. Setiap dirinya perform selalu memakai masker, itu ciri khasnya. Tak ada yang tau kecuali tim, siapa Dj sparkling yang sebenarnya.

"Nah, karena kamu sudah tau. Aku harap kamu tutup mulut. Nggak lucu kalau sampai orang rumah tau aku kerja disini." Gisella sedikit mengancam Gillbert yang hanya meringis mendengarnya.

"Nggak akan bocor kalau kamu ngasih aku nomer hape kamu. Gimana?"

"Okeh! Gampang aja ngasih nomer hp sama cowok ganteng." Gisell mengedip genit kepada Gillbert.

"Ke room aku dulu ya."

Dengan reflek Gillbert menggandeng tangan Gisella yang hanya tersenyum malu mengikutinya.

"Mik, aku bawa adik ipar kamu nih. Boleh ya?!" Kata Gillbert.

Di ruangan itu tak hanya di huni para lelaki tapi juga para Ladies dari Orion. Gisella melihat Mikail yang sedang dilayani wanita cina di sampingnya menoleh.

Beruntung bukan aku yang dipilih, pikir Gisell.

"Dia emang cocok disini." Sinisnya.

"Untuk ukuran seorang dosen kayak kamu juga pantes disini." Sindir Gisell.

Gillbert menempatkan Gisella di tengah diantara dirinya dan Mikail. Tak hanya Gisella yang dibuat jengkel tapi juga Mikail hingga ia tak memedulikan ladies disampingnya karena sibuk menatap sinis Gisella agar berpindah tempat.

"Nggak usah saling melotot gitu bisa kali. Romantis amat." Ketus Gillbert.

"Anjing! Aku romantisan sama dia? Hellooo, sampek upin ipin wisuda pun aku nggak mau sama dia." Kata Gisella dengan menatap sinis Mikail.

"Sebelum kamu bilang nggak mau sambil teriak-teriak tadi, dalam hati aku udah doa sama Tuhan buat ngembaliin kamu ke tempat asalmu!"

Sebelum perang dunia ketiga berlanjut, Gillbert menasehati mereka agar berkompromi sedikit malam ini. Perlu perjuangan keras untuk membuat akur Gisella dan Mikail. Karena tidak mungkin juga ia mendekati seseorang yang dianggap tidak baik oleh sepupunya sendiri. Hubungan yang sangat rumit jika mereka tetap saja dingin satu sama lain.

Malam itu terus berlanjut hingga salah satu dari mereka pulang dengan tubuh sempoyongan. Tak ada yang tak mabuk. Di sisa kesadarannya, Gisella meminta Gillbert untuk menuntunnya ke basement.

"Tunggu sebentar ya, aku mau ke toilet dulu." Mendengar kata Gillbert, Gisella hanya mengangguk dan menyuruhnya cepat.

Gisella melihat sisi kanan kirinya mulai jengah dengan tontonan dewasa 21++ yang dilakukan teman-teman Mikail dan Gillbert. Lalu ia memutuskan untuk keluar dengan meraba-raba sepanjang dinding lorong.

Dengan bertelanjang kaki, matanya menyipit melihat cahaya redup di depannya. Ia melihat pintu menjadi dua dan Gisella bingung memilih pintu yang mana.

"Tadi aku lewat pintu yang mana,sih? Kanan apa kiri? Apa dua-duanya aku lewatin?"

Gisella terus meracau tak jelas hingga ia dikejutkan sepasang tangan yang melingkari pinggangnya.

Pria itu membalikkan tubuh Gisella dan mulai menciumi bibirnya dengan sensual. Gisella yang sudah dibawa pengaruh alkohal juga menyukai ciuman orang asing tersebut dan mulai mengalungkan tangannya ke leher pria itu.

Mereka terus berciuman hingga jatuh ke lantai. Lalu pria itu tiba-tiba menghentikan ciumannya dengan desahan penuh kenikmatan. Ia memperhatikan Gisella yang sudah tidak sadarkan diri dibawahnya.

"Gillbert..." Desah Gisella.

Suara manja itu menyadarkannya.

***

Hai gaes, im back!!!

Maaf crtanya trbengkalai lama skli.
Sy hny kasih tau klu nama tokoh dan jdul crta sy ubah krna ribet bgt ngucapinnya.

Oh ya, sy kesulitan gnti cover crta knp ya?

Mkasih bagi yg uda vote dan comment. 😘

Secret Love (Gisella)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang