My journal

60 3 0
                                    

Jalanan yang kian sepi ditambah cuaca mendung membuat perempuan dengan seragam putih abu-abu itu semakin memperlambat jalan nya. Lagu stitches - shawn Mendes menyumbat pendengaran nya ke sekitar, jari nya ikut menari di setiap nada yang keluar dari aerphone nya.

Semilir angin membuat rambutnya terus berkibar tak beraturan tetapi perempuan itu tak menghiraukan nya, cuaca ini cukup mendukung mood nya untuk bangkit. Karena musim hujan adalah fase terindah yang dia miliki, dia akan rela tak pulang bareng sahabat nya hanya untuk menikmati kesunyian di bawah hujan.

Dering notifikasi membuat lagu itu sedikit berhenti begitu pula langkah perempuan itu, dia merogoh kantung untuk mengambil benda persegi panjang nan tipis itu.

Satu pesan dari WhatsApp membuat bibirnya melengkung membuat senyuman.

1 pesan dari Ardino rasyafa

Ra, akhirnya gue diterima sama dia.

Setelah pesan itu terbaca di detik itu pula hujan turun tak tertampung, membuat Diandra gustama, perempuan itu terbasahi hujan dengan setitik air mata yang tersamarkan. Pertama kali nya Diandra sangat membenci hujan.

Diandra's

Satu kenyataan yang mengubah pendirian ku kenapa harus permasalahan cinta?

Kenapa harus sahabat ku sendiri yang membuat ku keluar dari zona nyaman ku?

"Ra! Kenapa cuman di baca aja pesan gue?" Ardino, cowok itu menampilkan wajah nya setelah tadi pagi aku mencoba lari dari dia.

"Sori no, paket Internet gue tiba-tiba abis pas mau bales pesan lo." Elak ku, padahal pada detik itu aku sudah melumpuh ditempat, menormalkan hati yang sudah tak beraturan lagi.

"Gimana menurut lo?" Ingin rasa nya aku lari dari sini, jawaban apa yang harus aku lontarkan untuk nya?

"Keren."

"Lho kok keren?"

Lo keren bisa buat gue bohong, bisa bikin gue benci hujan, bisa buat gue patah hati.

"Keren bisa punya pacar kayak Kenya yang notable nya cewek ter-famous."

"Lo pikir gue ga famous?" Ardino terkekeh, aku hanya bisa tersenyum masam melihat mata nya yang menampilkan rasa lega karena sudah menyatakan cinta nya.

Ardino adalah cowok famous dengan keaktifan di setiap kegiatan sekolah, wajah yang tampan, sifat yang gampang diterima di kalangan remaja, Wellcome ke semua orang, dan dia cowok pintar yang hampir dua tahun ini menjadi sahabatku.

Tetapi tetap saja, dia adalah Ardino Rasyafa yang ku kenal dengan cowok cengeng, gampang bosen, ngeselin, tak mau kalah dan masa bodo. Seperti sekarang ini, dia masa bodo dengan perasan ku yang sudah hancur dibuatnya.

"Oiya Ra, nanti gue ga bisa balik bareng."

"Kenapa No?"

Ardino cengengesan dengan menggaruk tengkuknya, "Gue balik sama Kenya."

Aku terdiam lalu sedetik kemudian tersenyum, senyum yang ku buat semanis mungkin tetapi sangat pahit kalau kalian bisa merasakan. "Oh, gapapa kali No. Lagian ini musim hujan, lo tau kan kalau gue lebih suka balik hujan-hujanan?"

Tetapi, semenjak kemarin hujan adalah musuh ku karena dia yang mengantarkan pada detik itu juga.. detik saat aku tak lagi bisa mengangkat bahu.

"Oh iya, hati-hati sakit ya Ra."

Sejak kapan lo peduli sama gue No. Bahkan lo ga pernah mau cari tahu rasa gue ke elo, asal lo tahu gue suka sama lo karena lo selalu ngasih hal-hal manis. Gimana gue ga bawa perasaan gue No? Please, jangan bikin gue suka sama lo kalo lo ga suka sama gue. Jangan bikin gue berharap. Ingin sekali aku menjawab dengan kata-kata itu tetapi bibir ku Kelu, aku tak mau mengutarakan langsung perasaan ku kepadanya . Bukan aku takut dijauhi semenjak dia tahu perasaan ku, aku hanya takut saat aku mengutarakan isi hati, dia hanya menatap ku aneh. Aku takut dia tak mengerti dan aku takut salah langkah, makanya sejak dulu aku hanya diam.

Diandra's journal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang