Bergeming dalam riuh
Seorang remaja duduk meletakkan asa
Menumbuhkan enigma
Kalimat-kalimat dengan jawaban tanpa batas"Mengapa Indonesia sekarang?"
Riuh di kanan
Menoleh dan menemukan para ulama
Sibuk mencanangkan aksi-aksi heboh pencengkeram kedamaian
Tiada lagi dakwah penyebar cintaRiuh di kiri
Menoleh dan menemukan pusara
Kenangan dan luka yang terkubur lama bagi Indonesia
Partai komunis yang menodai budaya dan sejarahRiuh di kanan
Mars kafir berkumandang dari mulut para ulama
Menjanjikan nikmat dan surga bagi siapapun yang mengikuti ajaran mereka
Seakan Tuhan memberkati mereka menjadi kontraktor surgaRiuh di depan sana
Kalangan saintis yang sibuk berdebat akan bentuk Bumi
Kalangan saintis yang diteriaki sebagai kaum filosofis
Merk Atheis disematkan pada mereka yang tunduk pada sainsRiuh di belakang sana
Kalangan aktivis budak universitas
Meresahkan soal naiknya harga cabe
Yang memang sedari dulu labil seperti ABGKalangan aktivis
Yang diam saja terhadap cabe-cabe sundal
Mendukung pelacuran
Pelanggan muncikari yang hinaBelum selesai kasus penistaan agama
Sari Roti sudah jadi masalah
Air putih Equil sudah dinyatakan haram
Belum lagi, Bumi datar dan segala konspirasi gobloknya"Mengapa Indonesia sekarang?"
Riuh
Ricuh
Panas
Bom waktu yang ditanam di Renville akan habis hitung mundurnya"Akankah Indonesia lebur?"
-ooOoo-
Buat kalian yang PKI-phobic, plis, jangan menyindir budaya Indonesia seakan-akan mereka hasil PKI. Budaya Indonesia sudah dari dulu ada, dan PKI memanfaatkan ini untuk penyebaran dogma, sama halnya yang dilakukan Wali Songo. Jadi stop, bolehlah kalian takut PKI, tapi hargai budaya Indonesia.
Kenapa aku bilang gini? Karena ada ustadz yang menyindir sedemikian rupa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Komet dan Andromeda
PoesíaTentang Komet. Tentang Andromeda. Tentang puisi-puisi yang bahkan, tidak pantas disebut sebagai puisi. Tapi jika kau berkenan, silakan mampir, meski aku hanya bisa menyuguhkan segelas air yang getir ini.