Berjuang mempertahankan atau perlahan melepaskan?
Hari-hari berlalu seolah mengalir dengan arus yang cepat. Setelah ungkapan yang sangat diharapkan jauh-jauh hari, telah didengar. Seakan kedamaian mengaliri jiwa dengan tenang.
Tapi apakah kehidupan dunia akan semulus kepala botak? Tentu tidak. Jika di dunia ini tanpa ada kesedihan, apa kabar takdir kesedihan? Bahagia selalu? Oh itu tidak mungkin.
Tak mengharapkan suatu kesedihan menimpa? Itu sangat mustahil.
Bukannya Tuhan menciptakan dengan berpasang-pasangan? Ya salah satunya adalah kebahagiaan dan kesedihan.
"Haii om?" sapa Bagas ramah.
"Om om lo bilang? Gue serasa jadi penjahat wanita"
"Haha. Upss sorry"
"Idihhh geli"
"Ngapain lo ke kamar gue bang?"
"Abang?"
"Upss, ngapain lo ke kamar gue om?"
"Adek durhaka lo!!"
Hap! Bagas menangkap bantal yang dibanting oleh kakaknya- Adit dengan sigap.
Sepulangnya Bagas dari dapur, ia menemukan kakaknya yang sedang bersantai ria di kamarnya.
"Lo dari mana mbah??"
Bagas yang sedang di ambang pintu kamar mengerutkan dahinya bingung.
"Mbah?"
"Iya. Lo kemana aja mbah?"
"Enak aja lo bilang gue mbah. Gue masih imut-imut bro"
Adit memainkan alisnya naik-turun seolah memberi kode.
"Apa sih lo? Mau godain gue hm?"
"Ogah baget" jawab Adit ketus.
"Itu alis lo kenapa? Gatel ya?"
Adit menghembuskan napasnya malas.
"Hey, jangan ikut-ikutan doi"
"Maksud lo?" Bagas gemas dengan pertanyaan kakaknya.
"Hhhh. Doi kagak peka, lo ikut-ikutan kagak peka"
"Haahh? Peka? Peka apaan?"
"Jangan lemot deh"
"Apaan sih maen kode-kodean mulu" Bagas semakin jengkel.
"Bukannya lo suka ya main kode-kodean?" goda Adit dengan tatapan menggoda.
Bagas yang merasa tersindir langsung membelalakan matanya.
"Ngeledek nih ceritanya?"
"Oh lo kesindir?" godaan Adit semakin gencar.
"IYAA!! LO PUAS TUAN??!!" tekan Bagas sebal.
"Haha. Sangat puas adekku sayang" jawab Adit sambil tertawa puas.
"Cihh. Mau apa lo?" Bagas sebenarnya malas menghadapi kakaknya itu. Hal tersebut menghancurkan mood Bagas yang cerah nan berseri.
Tapi apa mungkin harus mengusirnya?
"Kangen-kangenan sama adek gue yang ganteng ini" jawab Adit imut. Tentu saja hal itu dibuat-buat.
"Jijay"
"Tapi gantengan gue sih" simpul Adit percaya diri.
"Hello??? Mana ada orang ganteng teriak ganteng??" Bagas heboh menanggapi tingkat percaya diri kakaknya yang semakin akut.
Bagas tak habis pikir, padahal ia sering kali meninggalkan kakaknya untuk tinggal di Jakarta. Tapi kenapa tingkat percaya dirinya semakin menjadi-jadi? Atau mungkin permanent?
KAMU SEDANG MEMBACA
Grandpa And Grandma
Teen FictionBukan sebutan dari keturunan. Melainkan sebutan kasih sayang ikut mewarnai cerita mereka yang panjang. Akankah menjadi kenyataan sesuai dengan harapan? Atau terkubur bersama kenangan? #ChelGas #BagasRan #AgathaChelsea