Jantung Ashel berdegup lebih kencang melihat manager melintas di depan mejanya. Pertemuan terakhir saat makan di restoran kemarin meninggalkan kesan dag dig dug bagi Ashel, apalagi kalau ingatan Ashel sudah melayang pada ucapan Fariz di kantin yang sok bilang akan menikah dengannya. Lantas kenapa sampai sekarang tidak ada kelanjutannya? Kenapa Fariz tidak juga bilang akan datang ke rumah untuk melamar atau apalah. Apakah mungkin Fariz mundur gara-gara sikap Ashel yang tidak terbuka dan selalu dingin terhadapnya?
Sekali lagi, isi kepala Ashel memang sudah benar-benar goncang. Naifa pasti akan langsung menceramahinya bila tahu kini ia sedang mengagumi lelaki yang belum halal. Dosa. Satu kata itu akan menjadi senjata Naifa untuk mencuci otaknya. Beruntung ia memiliki teman seperti Naifa, yang akan dengan cepat menjadi rem-nya bila roda pikiran dan tingkahnya sudah mulai melenceng.
Pena di tangan Ashel langsung terlepas jatuh ke lantai ketika pandangannya beradu dengan Fariz. Cepat-cepat Ashel mengalihkan pandangan dan membungkukkan badan untuk mengambil pena yang terjatuh. Posisinya yang menunduk membuat Fariz kehilangan objek pemandangan saat ia menoleh ke arah Ashel, karena Ashel kini berada di balik meja yang ukurannya setinggi perut orang dewasa.
Ashel menghela napas di balik meja, sementara telapak tangannya memegangi dada dan mengelusnya beberapa kali. Cedag cedug... Bunyi dadanya tidak karuan. Fariz seperti makhluk luar angkasa yang membuatnya merasa asing pada diri sendiri.
"Ashel!"
Panggilan itu membuat Ashel langsung mengangkat kepala. Tapi naas, malah atas kepalanya kejeduk meja mengakibatkan kunang-kunang langsung bermunculan di sekitar kepalanya. Ia menggelengkan kepala sebentar dan melempar senyum aneh kepada Naifa yang memanggil.
"Kamu ngapain nyeruduk-nyeruduk di bawah meja?" tanya Naifa.
"Mau ngambil pena jatuh," jawab Ashel sambil garuk-garuk pelipis.
Ashel tertawa cekikikan. Ia segera berdiri ketika pena sudah berhasil ia pegang. Dan kini pandangannya hanya terfokus ke meja saja. Tidak mau lirik sana sini, takut pandangannya itu akan terbentur dengan mata Fariz. Ia akan menjadi salting bila harus menatap mata gelap itu.
Oh Tuhan, sepertinya ia perlu kaca mata hitam kali ini, supaya bola matanya tidak kelihatan jika mencuri pandang ke arah Fariz, lelaki aneh yang berhasil membuatnya lumpuh dalam seketika waktu.
Entah kenapa lelaki itu masih betah berdiri di depan meja Ashel.
"Bagaimana tugas yang saya berikan?" tanya Fariz.
"Masih dalam proses, Pak. Kalau sudah berhasil pasti saya kabarin," jawab Ashel tanpa menatap Fariz, pandangannya fokus pada laptop.
Fariz menjawab telepon dan akhirnya berjalan masuk ke ruangannya.
Syukurlah. Batin Ashel.
"Cie cieee.... diajak ngobrol ama calon imam nih yeee..." ledek Alin dengan alis naik turun.
Muka Ashel langsung merah padam diledek begitu.
"Shel, tolong sebarin nih undangan. Yang lain udah disbarin sama OB." Rilan meletakkan segepok kartu undangan ke meja Ashel.
"Oke, Bang!" Ashel memperhatikan foto prewedding yang terpajang di sampul undangan. Ashel menutup mulutnya yang mangap dengan telapak tangan saat melihat sepasang calon pengantin tersenyum manis di foto itu. Reihan dan Ayesha saling memunggungi dan masing-masing tersenyum menatap ke satu titik.
Betapa sempurna kebahagiaan mereka yang memiliki pasangan elegan. Reihan yang baik hati dipasangkan dengan Ayesha yang juga baik, pasti akan menjadi keluarga yang sakinah. Ayesha tampak sangat cantik mengenakan jilbab putih dipadu selayar warna senada.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BOSS IS MY LOVE (Sudah Terbit)
SpiritualBISA DIPESAN DI SHOPEE. Status Fariz yang awalnya adalah senior Ashel saat SMA, kini berubah jadi atasan di kantor setelah lima tahun berlalu. Pertemuan Ashel dan Fariz membuat Ashel jatuh cinta. Tapi sifat Fariz sulit ditebak, membuat Ashel jadi s...