PROLOG

995 30 2
                                    

"Kembalilah dengan kepalanya.!"
Tanpa menjawab aku langsung pergi. Bosku mengirimku untuk membunuh seorang gadis muda, "Cih" gumamku "Lelucon macam apa ini.!" Aku tak tahu apa yang dilakukan gadis itu sehingga membuat bosku begitu marah sampai menyuruhku untuk membunuhnya.

Aku adalah seorang pembunuh bayaran profesional. Tidak pernah tertangkap dan korbanku selalu mati semenderita mungkin ditanganku.
Aku selalu dibayar untuk membunuh orang-orang penting yang dikawal oleh puluhan bodyguard. Namun kali ini, aku dibayar untuk membunuh seorang gadis muda yang tidak memiliki pengawal satupun, aku merasa dilecehkan oleh perintah bosku.

Tepat jam 12 malam aku sampai di depan rumah gadis itu. Jangan pun security, anjing penjaga pun tidak ada. Hanya sebuah rumah kecil dengan pagar seadanya. Anak umur 5 tahun pun bisa melompati pagar ini. Memalukan sekali kataku dalam hati mengejek diriku sendiri. Kemudian aku mengintip gadis itu dari jendela, dia sedang terlelap tidur.
Dengan santai aku memasuki rumah itu, tak perlu mendobrak pintu, kuncinya bisa dibuka dengan sangat mudah oleh kawat. Saat melihat isi rumahnya, hanya sebuah rumah kecil yang ditinggali oleh satu orang yaitu seorang gadis yatim piatu yang miskin dan lemah. Aku semakin heran oleh bosku.
Aku berjalan menuju kamarnya, ku buka perlahan pintunya. Dan masuk secara hati-hati. Tiba-tiba "Kraank.!" suara piring pecah disamping tempat tidurnya. Aku tersenyum, "gadis pintar" kataku. Dia memasang perangkap benang yang apabila terinjak akan melepaskan piring yang ia gantung disamping tempat tidurnya. Gadis itu terbangun dan berteriak minta tolong, aku tertawa
"Percuma saja gadis manis.! Secepat apapun seseorang menolongmu, masih lebih cepat pisau ini menembus jantungmu." kataku sambil terkekeh.

Aku menghampirinya dengan sangat cepat lalu perlahan menusukan pisauku tepat dijantung gadis itu. Gadis itu menangis kesakitan, terdengar suara para tetangga yang sedang berlari ke arah rumah ini. Tanpa berlama-lama aku mencabut pisauku dari dadanya kemudian kabur secepat mungkin.

Aku selamat, bahkan tidak ada seorang pun yang melihatku ketika aku kabur. Mudah sekali kataku dalam hati, aku menjilat pisauku yang berlumuran darah, "manis" itulah yang aku rasakan setiap meminum darah dari korbanku. Namun untuk korbanku yang satu ini, aku berikan keringanan. Setidaknya gadis itu tidak ku bunuh semenderita mungkin seperti korban-korbanku sebelumnya. Persetan dengan kepalanya, aku tak tega melihat kepala gadis secantik itu menjadi salah satu dari koleksi kepala bosku.
Ketika aku sampai ditempat bosku untuk meminta bayaran, bosku marah karena aku tidak membawa kepalanya. Alhasil, bayaranku dipotong olehnya. Tapi tak apa, aku tidak terlalu tertarik dengan uang. Toh aku bekerja di bosku hanya karena hobiku membunuh orang.

Setelah itu aku pulang, aku membersihkan tubuhku lalu berbaring ditempat tidurku. Entah mengapa ada sedikit rasa penyesalan setelah aku membunuh gadis itu, tidak seperti biasanya "Huh" gumamku "Mungkin karena korbanku yang satu ini terlalu lemah". Aku tidak terlalu memikirkannya dan memilih untuk tidur.
Ke esokan harinya aku terbangun agak siang, aku menatap jam ternyata sudah jam 10 lebih. Karena tidak ada job hari ini aku bermalas-malasan saja dirumah. Aku membasuh mukaku dan menggosok gigi, lalu menyiapkan sarapan dan menonton TV. Tidak ada acara yang spesial, bahkan berita pembununan semalam pun tidak ditayangkan "Dasar negara menyedihkan" kataku. Aku segera memakan sarapanku dan mematikan TV, kemudian kembali ke kamar untuk tidur lagi. Namun saat sampai dikamar aku di kejutkan oleh sesosok wanita yang sedang duduk diatas kasurku. Dia menoleh kearahku dengan tatapan marah, kini aku sadar, wanita itu adalah gadis yang aku bunuh semalam. Tidak butuh waktu lama, aku sudah kembali tenang.
"Apakah kau hantu.?" kataku pada gadis itu

"Ya, aku adalah hantu yang akan membunuhmu seperti kau membunuhku semalam. Apabila kau tak ingin mati, serahkan dirimu ke polisi sekarang juga.!" katanya dengan nada mengancam.

"Haha, bodoh.!" jawabku sinis

"Apa maksudmu.?" kata gadis itu heran

"Iblis sekalipun tidak bisa menyentuhku." jawabku datar

"Ummm, jadi kau tahu bahwa aku tidak bisa menyentuhmu.?" kata gadis itu dengan wajah malu

"Tidak, aku hanya mengarang soal iblis barusan. Dan sekarang aku tahu bahwa kau tidak menyentuhku." jawabku cengengesan

"Sialan.!" teriaknya "Setidaknya aku akan terus mengganggumu sampai kau menyerahkan diri ke polisi.!"

"Baiklah" kataku "tapi untuk saat ini, aku ingin tidur siang terlebih dahulu. Ganggu aku saat aku bangun nanti."

"Dasar pembunuh kejam tidak tahu malu, mengapa orang sepertimu di lahirkan didunia ini.!" dia teriak marah kepadaku

"Siapa namamu.?" kataku mengalihkan pembicaraan

"Anna" jawabnya dengan wajah kebingungan melihat tingkahku

"Okey, aku Rain" kataku sambil memasang headset di kupingku dan mulai memutar musik dari ponselku.

Gadis itu berteriak kepadaku, namun aku hanya menatapnya geli karena aku sama sekali tidak mendengarnya. Kemudian aku menutup mataku, dan tak lama aku tertidur.

Blood and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang