Seorang gadis bertubuh mungil itu terus mengayuh sepeda bututnya dengan giat. Senyum manis tak pernah luntur sejak ia mengawali harinya pagi tadi. Membuat orang orang yang melihatnya juga ikut tersenyum dan merasakan aura positive yang dipancarkan gadis itu. Bunyi decitan kecil antara peraduan botol botol kaca susu yang dibawanya di kerangjang belakang sepeda sudah sangat akrab didengarnya setiap hari.
Matahari sudah mulai menampakkan dirinya. Gadis itu memberhentikan sepedanya sesaat di pinggir sebuah taman kota untuk sejenak menghirup nafas tenang dan melirik arloji yang dipakainya. 'pukul 07.00' gumamnya. Dengan segera iakembali mengayuh sepedanya lebih keras agar ia dapat lebih cepat sampai di agen susu untuk mengembalikan botol susu yang sudah kosong untuk diisi dan dibawanya lagi esok pagi.
Setelah beres melakukan pekerjaanya sebagai pengantar susu, gadis itu mengayuh sepedanya menuju sebuah flat kecil milik temanya. Disaat semua orang tidak peduli dengan keadaanya yang terpuruk setelah kejadian besar itu terjadi, setidaknya masih ada april yang peduli padanya. April adalah temanya ketika masa sma dulu. Dengan baik hati gadis itu menawarkan tempat tinggal yang cukup layak dan juga membantunya untuk kuliah kembali.
Setelah ia selesai membereskan unit flat itu dan bersiap untuk pergi ke kampus, Audrey menemukan sebuah notes kecil yang diletakkan di atas meja ruang tamu. Disitu tertulis kalau april meminta maaf karena harus berangkat lebih dulu. Dan ia meninggalkan beberapa lembar uang untuk ia gunakan menaiki taxi. Namun Audrey sama sekali tidak menyentuh uang itu.
Ia merasa tidak pantas dan malu pada dirinya sendiri yang terus menjadi beban hidup orang. Oleh karena itu ia berusaha sebisa mungkin untuk tidak lebih merepotkan april lebih dari ini. Dengan segera ia berlari untuk mengejar waktu yang semakin mepet. Ia ada kelas jam 8 pagi. Dan kini sudah pukul 7.55. tinggal lima menit lagi waktu tersisa. Mr.desmon adalah dosen yang terkenal sangat disiplin. Ia paling tidak suka melihat mahasiswanya yang terlambbat dikelasnya.
Kunciran rambutnya sudah sangat berantakan. Wajahnya juga sudah dibasahi oleh keringat yang tak berhenti bercucuran. Akhirnya ia sampai juga di halaman kampus. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi pas. Meskipun begitu Audrey tetap berlari menuju gedung A. meskipun pada akhirnya ia akan diusir dari kelas, setidaknya ia sudah berusaha.
"tok... tok..." Audrey mengetuk pintu kayu tebal itu dengan jantung berdebar. Terdengar suara dari dalam kelas yang menyuruhnya untuk masuk ke ruangan. Dengan langkah pelan, gadis itu memasuki kelas dengan kepala tertunduk.
"duduk ditempatmu sekarang." Suara dingin itu membuat Audrey mengangkat kepalanya yang sejak tadi tertunduk tak berani menatap wajah sang dosen killer itu.
"thank you mister." Ucap Audrey dengan senang hati. Tak lupa memamerkan senyum manisnya kepada sang dosen. Pria berumur hamper setengah abad itu hanya mengangguk kaku dan melanjutkan materi yang sedang ia terangkan tadi. Setelah 3 jam berada didalam kelas tidak membuat gadis berusia 17 tahun itu lesu dan terbebani dengan mata kuliah yang diikutinya. Gadis itu malah dengan semangat melangkahkan kakinya menuju kantin setelah mendapat pesan dari april kalau gadis itu menunggunya di kantin gedung B.
"hai april." Sapa Audrey ceria. Gadis berambut blonde itu meletakkan tasnya disamping april. April yang sedang asyik bersama pacarnya pun langsung mengalihkan perhatianya.
"hai. Aku minta maaf karena tadi tidak bias menunggumu untuk berangkkat kuliah bersama. Seperti yang kau tau, beruang besar ini sangat bawel dan menyuruhku untuk memasak sarapan untuknya di apartement nya itu." Ucap april penuh sesal. Audrey tersenyum manis. Ia sangat tidak keberatan akan hal itu. Dengan dengan begitu ia tidak terlalu merepotkan april karena harus mengantarnya juga kekampus. Meskipun mereka berada dalam satu lingkungan yang sama. Hanya berbeda fakultas saja.
"tidak apa. Jangan merasa bersalah seperti itu. Aku malah senang melihatmu bahagia dengan berusruang grizley itu. Hahahahaha..." ucapan Audrey membuat jonathan, sang empunya memberengut kesal. Namun tak urung juga mereka tertawa bersama.
Setelah membeli makan dikantin, atau lebih tepatnya menemani dua orang pacaran makan dikantin, dengan sesgera Audrey pamit undur diri karena setelah ini ia masih harus bekerja. Berhubung ia hanya memiliki satu kelas, Audrey masih harus mengambil part timenya lebih awal disebuah restoran cepat saji lima blok dari kampusnya. Ya lumayan lah untuk membayar uang semester kuliahnya. Meskipun april dan keluarganya sudah sangat berbaik hati menganggapnya sebagai anak dan menyekolahkan dia kembali, lantas tak membuat Audrey berbesar kepala. Ia tetap bekerja keras mencari pekerjaan sampingan dan mengumpulkan uang untuk menyewa sebuah flat kecil agar tidak merepotkan april lagi.
Pekerjaannya sebagai pelayan di restoran cepat saji selesai pada pukul 23.00. namun hal itu bukanlah akhir dari segalanya. Audrey masih harus bekerja sebagai pelayan disebuah bar kelas kakap yang sangat mahal. Hanya orang orang berdompet tebal saja yang boleh masuk kedalam club itu.
Malam itu club sedang disewa oleh seorang pria pengusaha yang sedang mengadakan pesta perayaan kesuksesanya. Pesta itu sangatlah meriah. Membuat sang manager club sampai menyewa karyawan tambahan. Audrey yang memang tenaganya sudah terkuras sejak pagi cukup kewalahan. Tubuh mungilnya tak berhenti mondar mandir kesana kemari mengantarkan minuman minuman pesanan para tamu. Belum lagi ia yang selalu sesak nafas ketika indera penciumanya menghirup asap rokok dan juga bau alcohol.
Pukul 02.00 akhirnya Audrey sudah bisa pulang. Itupun karena sang manager kasihan melihatnya yang sudah sangat kelelahan karena bekerja sejak pagi. Karena sudah terlanjur tengah malam membuat Audrey mau tidak mau harus berjalan kaki hingga beberapa kilometer jauhnya untuk sampai di flat milik april.
Jalanan itu terlihat gelap dan hanya disinari oleh lampu jalanan yang kurang memadai. Membuat bulu kuduk Audrey berdiri karena takut. Audrey mulai merasakan sakit pada kaki bagian belakang. Hati itu ia memakai flat shoes tanpa kaos kaki yang melindunginya. Sehingga membuat kaki mulus itu lecet dan terluka.
Namun Audrey dan tak mempedulikan hal itu sama sekali.. karena yang ada dipikiranya saat itu hanya bagaimana caranya agar ia bisa sampai di flat milik april secepatnya. Hawa dingin menerpa tubuh gadis itu. Kedua tangan mungilnya dimasukkan kedalam kantong jaket yang dipakainya. Meskipun hal itu sama sekali tidak mengurangi rasa dingin yang menerpa dirinya hingga menusuk ke tulang tulang.
Kedua kaki Audrey mulai mati rasa dan gemeteran. Akhirnya tubuh itu ambruk dipinggir jalan sambil mendesis kecil. Tak lama kemudian, sebuah sinar terang berwarna putih semakin mendekat. Membuat tubuh Audrey bergetar ketakutan. Ia takut kalau ada sekelompok preman yang ingin berlaku jahat terhadap dirinya.
Mobil itu berheti tepat didepan tubuh Audrey yang sedang bersimpuh ditanah wajahnya sudah basah oleh air mata.seorang pria keluar dari dalam mobil. Wajah pria itu terlihat sangat geram sekaligus sedih memandang kearah Audrey yang sedang menangis. Dengan perlahan pria itu berjalan mendekati tubuh Audrey dan kemudian ikut berjongkok.
"jangan. Jangan bunuh aku. Kumohon. Beri aku kesempatan untuk memenuhi keingan terakhir ibu. Kumohon." Tangisan pilu itu membuat sang pria menggeram marah tidak terima. Iris birunya menampakkan kesedihany yang sangat mendalam.
"youre mine. My mate. Don't worry. Im here to protect you."