Aku melangkahkan kaki dengan mantap. Pandanganku menyipit saat mendapati seorang gadis tengah melambai riang ke arahku. Ia terlihat anggun dengan kebaya dan rok batik selutut yang dikenakannya. Bibirku seakan tertarik untuk tersenyum. Salsha, 2 tahun bersamanya, tidak pernah ada yang terlewat dan perubahan apapun pada dirinya. Berat jika nantinya melepasnya.
"(Namakamu)!!!" teriaknya girang. Beberapa saat kemudian ia memelukku erat.
Tubuhku tergoncang menahan tubuh Salsha yang menubrukku. Aku ikut merasakan kebahagiaannya yang sepertinya pertama kali ini. Ia terlihat seperti habis mendapatkan rejeki nomplok uang segepok.
Salsha melepaskan pelukannya. Matanya berbinar menatapku. "Lo tahu ngga? Gue pararel satu di kelas akselrasi!" teriaknya lagi.
Aku ikut senang mendengar kabar baik menyangkut sahabatku ini. Namun juga sekaligus kabar buruk bagiku, itu tandanya, aku gagal meraih juara satu di ujian kelulusan ini. Apa ini semua terjadi karena kecelakaanku tahun lalu?
Sepertinya Salsha mengamati perubahan ekspresiku. Ia merasa tak enak dan langsung mengubah ekspresinya juga. "Yah, (Namakamu).. maafin gue secara lancang ngerebut posisi lo yang selalu jadi juara satu di kelas."
Aku melebarkan senyum. Tak apa, aku masih memiliki kesempatan untuk meraih juara dua dan seterusnya, kan?
Aku menepuk pundak Salsha. "Hey ngga apa-apa Sal. Congrast ya! Btw gue ikut seneng kok. Ngga apa-apa, kalem aja lagi, kan masih ada dua dan tiga?"
Detik selanjutnya ia kembali memelukku. Aku bersyukur bisa memiliki sahabat baik sepertinya. Kemudian kami mulai melangkah mendekati panggung, tepat di mana deretan kursi-kursi ditata serapi mungkin. Aula sekolah ini juga tampak mewah dengan hiasan-hiasan yang ada.
Aku menarik napas panjang kemudian di keluarkan perlahan. Aku tak yakin akan lancar berpidato nantinya di atas panggung sana. Panggung di mana pertama kali aku dipermalukan, disoraki ratusan penonton, dan di mana pertama kali aku menatap lelaki itu dengan seribu cambuk malu. Tanpa sadar, bibirku kembali tersenyum.
Salsha menyiku lenganku. "Hey, kali kedua lo di atas panggung, tapi dengan kondisi yang berbeda, karena nantinya lo akan disambut dengan meriah oleh ratusan penonton!"
Sepertinya Salsha mengetahui isi hatiku. Mungkin ia tahu, sampai detik ini aku tak bisa melupakan sosok Iqbaal yang ternyata begitu menyakiti hati maupun hidupku. Sosok yang telah sangat jarang kutemui, padahal aku belum pernah menyudahi hubungan yang pernah terjalin bersamanya. Namun pemikiran itu selalu kutepis jauh-jauh. Mengingat Iqbaal hanya menjadikanku mainan untuk mengalihkan perhatian orang incarannya.
"Udah ya jangan dipikirkan lagi. Kita lulus, artinya kita bakalan sambut kehidupan baru," ujar Salsha. Ia tak henti-hentinya menghiburku.
Lebih dari setahun ini kisah cintaku terbengkalai, lubang di hatiku juga masih lebar menganga dibuatnya. Tak ada yang datang lagi untuk mengobati, walaupun banyak yang menanti, namun kuputuskan untuk beristirahat sejenak dari keterpukuran akibat mencinta. Mungkin hatiku memang masih seutuhnya milik Alif, teman masa kecilku.
Aku saja sampai shock saat mendengar cerita Alif tentang siapa sebenarnya Iqbaal dan bagaimana pandainya ia mengelabui kami semua. Iqbaal adalah Fakhri, ketua bocah nakal yang selalu menggangguku sekitar dua belas tahun yang lalu. Aku sangat membencinya, ia sangat nakal dan tidak tahu aturan. Ia suka merebut dan merusak mainanku. Dan tak disangka, kini ia sempat berhasil merebut hati dan merusak kehidupanku.
Sudahlah, semua itu akan menjadi kenangan pahit yang mungkin kulupakan. Melihat, bagaimana waktu-waktu belakangan ini, Iqbaal memang tidak pernah terlihat. Terlebih lagi saat mendapati bangku bertuliskan Iqbaal Dhiafakhri dan bangku bertuliskan Wali murid Iqbaal Dhiafakhri kosong melompong sampai sesi hiburan acara pelepasan siswa hari ini.
Namun aku sempat terperanjat saat pembawa acara membacakan beberapa siswa dengan prestasi di sekolah. Iqbaal dipanggil dua kali, pertama Juara Dua Lomba Cerdas Cermat Tingkat Propinsi dan predikat Siswa dengan nilai Matematika tertinggi, yaitu 9,80. Nyaris sempurna.
Dan aku ingat, bahwa Iqbaal pandai mengatur siasat, mungkin itulah sebabnya, ia juga pandai di bidang matematika.
Aku juga sempat dipanggil tiga kali untuk naik ke atas panggung untuk mendapat penghargaan. Penghargaan pertama yang kuraih adalah, Juara Satu Lomba Debat Bahasa Indonesia, predikat Juara Dua nilai tertinggi di kelas Akselrasi, dan predikat Nilai sempurna pelajaran Bahasa Indonesia, 10. Dan satu kali yang tak terlupakan, aku juga dipanggil kembali untuk berpidato.
Aku saja sampai tercengang saat mendapat undangan untuk berpidato di depan khalayak tentang secuil kehidupanku. Lucu memang temanya, namun inilah tugasku, Siswa Nakal dengan Segudang Kelebihan. Saat latihan dan tadi berpidato saja aku sempat beberapa kali terbahak, dan penonton juga ikut terhibur. Aku bahagia.
---
TAMAT
HOREEE TAMAT :v
AKU UDAH BIKIN SENIOR JUTEK VS JUNIOR RESE SEASON 2 LHOO
MAU DISHARE ATAU YANG TEMAN SEMEJA DULU? COMENT DISINI YAKSSSSS
KAMU SEDANG MEMBACA
1. Senior Jutek VS Junior Rese • IDR [Completed]
Teen Fiction[[SEBAGIAN CHAPTER HANYA BISA DIBACA OLEH FOLLOWERS]] #SERI PERTAMA SENIOR JUTEK VS JUNIOR RESE . . Bagaimana dengan kehidupanmu setelah bertemu dengan Senior Jutek yang sok ganteng. Atau bertemu dengan Junior Rese yang selalu mengusik keseharianmu...