Kamu harus tau, memendam rasa cinta dalam jangka waktu yang tak sebentar itu menyesakkan.
•••••
Gadis berambut panjang tersebut berjalan pelan, melewati berbagai pepohonan disekitarnya dan menghampiri seorang pemuda yang sedari tadi menunggunya.
"Maaf membuatmu menunggu lama," katanya menyesal pada pemuda yang sejak tadi terduduk di bangku taman penuh bunga tersebut.
Lelaki yang dimaksudnya tersenyum maklum, kemudian menatap gadis tersebut dengan lembut, "No problem," ia kemudian menepuk tempat duduk di sebelahnya yang masih kosong, "Ayo duduk."
Gadis manis tersebut tersenyum, kemudian mengikuti intruksi yang diberikan oleh si pemuda.
Kemudian keduanya terdiam, terlalu sibuk dengan pikiran masing-masing, hingga salah satu dari mereka bersuara.
"Gimana kabar kamu?"
Pemuda tersebut berbicara, namun matanya masih memancarkan kekosongan yang mendalam, seperti kehilangan sesuatu yang paling berharga untuknya.
Kemudian kurva si gadis secara perlahan tertarik, membentuk sebuah garis tipis. "Baik," balasnya "Gimana kabar kamu juga Thar?"
Athar, lelaki disampingnya tersenyum miris, "Buruk, sangat buruk Sha."
Gadis yang dipanggilnya Natasha tadi mengerutkan keningnya, "Kenapa?"
Athar menarik napas panjang, kemudian memejamkan matanya, "Ternyata aku salah." Pemuda tampan tersebut menjawab parau, "Dan aku menyesal."
"Aku ngga ngerti." Jawab Nat bingung.
"Ternyata aku salah tidak memilih kamu," Athar tertawa lirih, "Dia wanita tak tahu diri itu datang sesaat padaku hanya untuk menghancurkanku."
Natasha terdiam, mulutnya bungkam dan bingung ingin membalas apa.
"Kalaupun kamu milih aku, semuanya udah terlambat."
Athar mengerutkan kening heran sekaligus tak suka atas ucapan Natasha padanya, "maksud kamu apa?!"
Senyuman tipis terbit di bibir pucat gadis itu, "Semuanya gak akan sama Thar, kalau kamu ngasih tau penyesalan kamu dari dulu, pasti akan aku terima."
"..."
"... Tapi sekarang udah berbeda..."
"Kita udah beda dunia."
Athar tersentak kaget dengan kata-kata yang dilontarkan Natasha padanya. "Nggak mungkin," Athar menggelengkan kepalanya, "Itu nggak mungkin!"
Natasha tersenyum, mengingat masa-masa terakhirnya tanpa Athar. "Minggu lalu, saat itu kamu lagi sama Rara, mungkin. Aku berusaha nelpon kamu. Dan selama itu pula kamu selalu menolak panggilan itu."
Mata lelaki jangkung itu berkaca-kaca. "Maaf..."
"Kenapa aku bisa lihat kamu?" Tanya Athar.
Natasha tertawa, "Kamu lupa ya? Kamu kan bisa lihat arwah."
"Walaupun aku bisa melihat kamu, tapi aku tak bisa memeluk kamu..."
Tersenyum, perempuan itu menunjuk bagian ginjal Athar. "Jaga baik-baik ginjal ini. Jangan makan yang pedes-pedes, minum yang banyak, kalo beli baso kurangin cukanya. Karena itu hadiah terakhir dariku."
Perlahan air mata Athar menetes, "Jadi kamu yang udah donor ginjal itu?"
"Ya..."
"Tapi nggak apa-apa, kalau aku nggak bisa milikin kamu, setidaknya aku bisa jadi bagian dari kamu."
"Nat..." Panggil Athar.
"Ya?"
"Maaf dan terimakasih."
"I love you." Athar berucap lirih dengan bibirnya yang bergetar
"Aku sudah memaafkanmu Thar. Sekarang keinginan terakhirku sudah terkabul. Aku harap kamu bertemu perempuan yang lebih baik." Natasha berdiri dari duduknya.
"Good bye..."
"... And i love you too."
Perlahan tubuh kurus Natasha menghilang terbawa angin dan pergi bersama dedaunan yang berguguran. Meninggalkan Athar yang menggeleng menatap wajah Natasha.
"Jangan Nat, jangan pergi..."
Athar meraung, menangis kencang. Berusaha menahan kepergian Natasha.
"Jangan pergi sayang..." Tubuhnya bersimpuh, membuatnya terlihat menyedihkan.
Dan pohon besar di samping Athar menjadi saksi dua insan yang berpisah di tempat dimana mereka berdua pertama kali bertemu.
♦♦♦♦♦
Terlambat untuk menyadari perasaan itu biasa, namun terlambat untuk memilikinya adalah hal yang menyakitkan luar biasa.
Dan apa yang kau rasa tidak penting, akan berharga setelah dia pergi.
♦♦♦♦♦
The end.
••••
Maaf ya agak menye2. Maklum udah berapa taun nih cerita gue fermentasi/?
Oke terimakasih sudah baca:)