One - Plan

15 0 0
                                    


Author's POV

Seorang gadis, Elva, baru saja sampai di sebuah rumah yang cukup mewah. Ia langsung merebahkan diri di sofa ruang tamu sesampainya di dalam. Terlalu lelah hari ini baginya. Kuliahnya memang sedang libur semester tapi tak bisa ia pungkiri, ia benar-benar lelah hari ini. Bagaimana tidak, liburan yang seharusnya mahasiswa lain habiskan untuk bersantai bersama keluarga justru Elva habiskan untuk melatih dance. Ia memang menghabiskan waktu liburnya di Jakarta untuk menjadi pelatih dance di sanggar seni pamannya yang berpusat di Jakarta. Selama ini ialah pelatih yang menghandle sanggar seni yang bercabang di Jogja, namun dikarenakan seorang pelatih wanita yang sedang mengambil cuti, pamannya memintanya menjadi pelatih sementara selama dua bulan ini. Dan ini sudah berjalan satu bulan lebih. Tinggal dua minggu lagi..

CEKLEK!!

Sebuah pintu salah satu kamar terbuka, membuat Elva yang hampir tertidur kembali terbangun.

"Oh, kau sudah pulang? Kapan kau sampai?" tanya seseorang yang keluar dari kamar tersebut. Istri dari paman Elva, bibi Rani.

"Baru saja" jawab Elva singkat. Jujur dia masih sangat lelah.

"Di mana pamanmu?" tanya bibi menghampiri Elva dan duduk di sebelahnya.

"Masih di sanggar," jawab Elva lagi dengan singkat.

"Mandilah dulu, baru istirahat. Sudah makan?" Bibinya kasihan melihat keponakannya yang terlihat sangat lelah.

"Sudah tadi dengan Rio." Elva tersenyum ke arah bibinya yang mulai membelai kepalanya dengan lembut. Elva rindu belaian ibunya karena tahun ini ia sama sekali tak pulang ke kota asalnya.

"Ya sudah, istirahat sanah."

"Iya bi. Bibi juga istirahatlah." Kata Elva yang dibalas dengan anggukan kecil dan senyuman dari bibi Rani. Setelah itu Elva segera melenggang menuju kamarnya.

****

Elva terlihat sedang mengistirahatkan dirinya di sebuah sudut ruang salah satu ruangan menari gedung sanggar seni milik pamannya.

"Setelah ini kau mau kemana?" Tanya seorang laki-laki mengagetkan Elva yang kelelahan setelah melatih dengan menempelkan minuman dingin kepipi gadis itu.

Elva mengambil minuman itu, "Thanks. Aku akan beli tiket pesawat nanti setelah makan siang. Kenapa? Mau menemaniku?" tanya Elva sambil cengir.

"Tiket? Kau jadi pergi Seoul?" Tanya laki-laki itu serius.

Elva hanya mengangguk dan tersenyum.

"Tapi, bukankah dua minggu lagi kau akan masuk kuliah dan kembali ke Jogja?" Tanya laki-laki yang kini sudah duduk di sebelah Elva.

"Memang. Dan aku ingin mengambil waktu liburku di waktu kuliahku," jawab Elva cengengesan. Elva melanjutkan kata-katanya. "Lagipula anggap saja ini hadiah dari diriku untuk diriku yang selama setahun ini sudah menjadi anak baik yang rajin kuliah di tahun pertama tanpa sekalipun melewatkan tugas, ujian dan juga kerja part timeku di sanggar."

Elva tersenyum semangat memandang wajah lawan bicaranya namun wajah laki-laki itu berubah agak kesal, membuat senyum Elva perlahan memudar.

"Kau kenapa Rio?" tanya Elva yang melihat perubahan raut wajah laki-laki itu, sahabatnya Rio yang juga merupakan pelatih.

"Aiishh aku ini lebih tua darimu, jadi jangan panggil aku dengan sebutan nama saja." Kata Rio jutek tanpa menjawab pertanyaan Elva. Sedangkan Elva hanya terkekeh mendengarnya.

Kemudian wajahnya kembali serius dan melanjutkan. "Berapa lama kau di sana? Setahun? Dua tahun? Atau sel.."

Ucapan Rio dipotong oleh Elva. "Hei, aku di sana hanya untuk berlibur, aku tidak akan pergi lagi selama setahun, oke. Lagipula aku sudah janji dengan temanku Hera kalau ia berhasil ke Korea aku akan menjenguknya. Hehe.."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 23, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Lights in Our ConstellationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang