Alana merasakan dirinya sedang terbaring di ranjang suatu ruangan. Perlahan tapi pasti, matanya mengerjap. Semula pandangannya kabur, tapi makin lama ia bisa melihat dengan jelas.
Allysa melihat pergerakan putrinya. Ia bangkit dari sofa yang berada di sebelah ranjang itu dan mendekat. Allysa mengulas senyum dan mengusap kepala putrinya. Alana membalas senyum itu.
Saat menarik napas dalam-dalam, Alana merasa sedikit sakit di bagian perutnya. Bekas jahitan. Ia coba bernapas normal, tidak begitu kerasa sakit lagi.
"Arnes mana, Mom?"
"Di ruang sebelah."
"Transplantasi ginjalnya berhasil kan, Mom? Al mau lihat Arnes," ucapnya.
Allysa menatap lembut Alana, "Berhasil, Sayang. Mau sekarang? Kamu kan baru siuman."
Alana mendesah pelan. "Nanti juga nggak papa kok, Mom."
"Nanti aja, Al. Arnes-nya nggak ke mana-mana kok."
"Mom..., please," pintanya
Allysa tertawa kecil, diusapnya lagi kepala Alana. "Ya udah, yuk, ke ruang sebelah. Pakai kursi roda dulu, ya?"
Alana duduk di tepi ranjang, ia mengangguk. "Okay, Mom."
Alana dibantu ibunya duduk di kursi roda. Takut kalau Alana akan kesakitan saat berjalan. Ia baru selesai dioperasi.
Allysa mendorong kursi roda Alana ke ruangan yang tepat berada di sebelah ruangan Alana. Mengetuk pintu dua kali, kemudian Allysa menarik kenop pintunya. Alana tersenyum saat melihat Arnes yang sedang menatap ke arahnya. Begitu juga dengan Winna.
Tiba di samping ranjang Arnes, Alana meraih tangan Arnes, menggenggamnya. Arnes yang masih berbaring menarik tangan Alana dan menciumnya sebentar. Alana terkekeh.
"Makasih, Al," ungkapnya tulus. Ia sendiri tidak mengerti lagi, dicintai sebegininya oleh Alana.
"Sama-sama, Nes."
"Bekas jahitannya sakit ya? Maaf ya, Al."
Alana menatap Arnes aneh. "Ya ampun, Nes, namanya bekas jahitan ya pasti sakit lah. Tapi cuma sedikit kok, nggak papa."
"Makasih...."
Alana meletakkan telunjuknya di depan bibir Arnes. "Sstt, udahan ah bilang 'makasih' nya."
"Temen-temen ngucapin get well soon di LINE aku. Kamu juga kan?" ucap Arnes seraya meninggikan sandarannya.
"Oh ya? Aku belum buka hape nih."
Arnes tertawa pelan, "Ya udah nggak papa. Yang penting Senin nanti kita masuk ya?"
Alana mengangguk, "Yap." Lagi-lagi Alana tersenyum.
"Al," panggil Arnes. "Kamu jangan ngelakuin banyak aktivitas berat ya. Kamu jangan kecapekan juga. Jangan banyak-banyak makan junk food. Sekarang ginjal kamu cuma satu loh."
Alana mengangguk, "Siap, Nes! Aku bakal jaga kesehatan kok."
***
Minggu siang....
Alana menekan tuts piano satu-persatu dengan jemari lentiknya. Ia memainkan lagu Jar Of Heart.
Sesekali bibirya menarik senyuman tulus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Like Yours
Teen FictionAlana, murid baru dengan perawakan yang kalem, penyuka musik dan puisi, juga mampu menarik hati Arnes. Arnes merasa yakin untuk memberikan hatinya lagi kepada seorang gadis. Menjadikan Alana bintang di hidupnya. Tapi ketika mereka berpacaran, ada s...