Ashel memarkirkan motor ke garasi. Ia berlari memasuki rumah setelah melepas helm dan meletakkannya ke spion. Panas sekali hari ini. Muka Ashel pasti sudah berminyak dan bedaknya juga luntur.
Ashel terkejut saat mendapati seorang lelaki duduk manis di sofa. Fariz. Lelaki itu mendongak dan menatap Ashel begitu menyadari ada orang lain selain dirinya di sana.
"Kok, Bapak ada di sini? Tapi mobil Bapak nggak ada di depan?" Ashel bingung melihat lelaki yang terbiasa menyetir mobil itu tiba-tiba bisa ada di dalam rumahnya tanpa kendaraan.
"Apa saya harus memarkirkan mobil di halaman rumahmu baru akan kelihatan?"
"Aku tadi yang bukain pintunya, Kak. Kasian ada cowok ganteng plengak-plongok di depan rumah Kakak sendirian." Remaja berusia tiga belas tahun menyembul keluar dari dapur membawa segelas teh hangat lalu diletakkan di meja depan Fariz. Dia adalah Tiara, adik Reihan. Dia memang sering main ke rumah Ashel. Dia juga sering menemani Ashel tidur. Dan jangan lupakan satu hal, Tiara sangat dekat dengan Ashel hingga kunci serap rumah Ashel pun yang pegang dia.
Mata Tiara menatap ke arah Fariz untuk mencuri ketampanan lelaki itu. Dan mulai detik itu juga, Tiara menjadikan Fariz sebagai idola.
"Ada yang mau dibicarakan?" tegas Ashel.
Fariz tampak tidak perduli dengan pertanyaan Ashel. Dengan santai ia menyeruput teh.
"Ashel, kita nikah, yuk!"
Ashel terbelalak kaget. Pertanyaan apa lagi yang Fariz lontarkan? Cegluk. Ashel menelan cukup kuat. Ternyata yang Fariz umumkan di depan banyak orang bukanlah kebohongan belaka. Tingkah bosnya itu semakin lama memang semakin gila, tapi Ashel suka. Kegilaannya bikin meleleh dan memang sesuai yang Ashel harapkan, yaitu menikah dengan lelaki yang dia cintai.
Fariz menaikkan sebelah alis. "Jangan shock!"
"Bapak jangan bicara sembarangan!" Ashel menatap fariz dengan pandangan gusar akibat setengah tidak yakin alias antara percaya dan tidak. Fariz terlihat begitu santai saat mengucapkan kalimat yang tadi, bagaimana Ashel tidak shock?
"Apa aku keliatan becanda? Aku tau ini terlalu cepat. Kita hanya butuh waktu sebentar untuk saling mengenal satu sama lain, dan saya rasa kamu sudah cukup mengenal saya, juga sebaliknya. Lalu apa lagi? Saya yakin kalau saya nggak salah memilih orang."
Ashel membeku sesaat. Tubuhnya mendadak terasa sangat dingin. Sebenarnya apa yang dipikirkan lelaki di hadapannya itu hingga bisa berpikir akan menikahinya?
"Bapak belum tau saya, juga sebaliknya."
"Nama saya Nazril Athafariz. Saya anak pertama dari dua bersaudara. Saya lulusan UGM Yogyakarta. Saya lelaki baik-baik, begitu menurut kedua orang tua saya. Saya nggak pernah berbuat kriminal, saya berprestasi di sekolah, saya juga dari keluarga baik-baik. Apa itu cukup untuk memberitahukanmu tentang saya? Sejak SD sampai SMA selalu memegang jabatan penting di sekolah. Ada lagi yang perlu kamu ketahui tentang saya? Tanyakan saja!"
Ashel menghela napas. Bukan sekedar identitas yang ingin ia kenali dari lelaki yang akan menjadi calon suaminya, tapi karakter.
"Menikahlah dengan saya," lanjut Fariz dengan tatapan intens ke mata Ashel, membuat Ashel merasa canggung.
Bagaimana tidak canggung? Dia diajak nikah sama bosnya sendiri.
"Pak, saya ini udah pernah menikah. Dan status saya sekarang janda setelah suami saya meninggal dunia. Saya juga udah nggak punya orang tua. Apa Bapak masih menginginkan saya?"
Fariz tidak terkejut mendengar penjelasan tersebut. Lelaki itu terlihat tenang.
"Saya nggak perlu bicara banyak, saya hanya ingin kamu yang jadi istri saya."
"Alasannya?"
"Apa itu butuh alasan?"
"Tentu."
"Karena saya sudah menemukan yang menurut saya baik, yang menurut saya bisa diajak bersama-sama menuju surga-Nya, saya mengikuti kata hati." Fariz berjalan menuju pintu. Kemudian ia berhenti dan menoleh. "Masih belum yakin? Kamu kira saya main-main? Oke, beri tahu kepada walimu secepatnya kalau saya akan mengkhitbahmu."
Ashel tidak menjawab. Pandangannya mengawasi tubuh Fariz yang berjalan menjauh dan hilang di balik pintu.
Sepeninggalan Fariz, sudut bibir Ashel tertarik lebar. Kemudian ia berteriak sambil melompat-lompat, "Yess! Yess! Yess!"
Dia berputar-putar sambil menjingkrak. Ya ampun, jatuh cinta memang bisa membuat orang jadi sinting. Mudah-mudahan Ashel tidak menjadi sinting setelah ini.
"Kabari saya kalau kamu udah punya keputusan."
Suara dari belakang membuat gerakan melompat yang Ashel lakukan langsung terhenti, entah sejak kapan pintu di belakangnya kembali terbuka dan Fariz berdiri di ambang pintu.
"Permisi." Fariz menutup pintu dan pergi.
Ya centong ya sendok, Ashel malu. Benar-benar malu kepergok Fariz sedang berekspresi sangat buruk. Fariz pasti gede kepala setelah itu.
"Hihiiiii...."
Ashel menoleh ke sumber suara yang berani menertawainya. Ashel baru sadar kalau ternyata dia tidak sendiri. Ada Tiara yang sejak tadi memperhatikannya.
"Kak Ashel lucu, deh." Tiara cengar-cengir. "Tiara cuma mau ngasih tau, nanti ada acara serah-serahan ke rumah calon mempelai wanita. Kakak diminta ikut."
"Oke." Ashel duduk di sisi Tiara dengan wajah berbinar, baru saja dia berbahagia atas pengakuan Fariz, sekarang ditambah dengan kebahagiaan atas kabar gembira. Beberapa hari yang lalu, Ashel ikut sibuk mengurus persiapan pernikahan Reihan. Membuat parcel, membungkus berbagai macam barang yang akan diserhakan ke pihak wanita, serta membuat kue. Tapi Ashel baru tahu belakangan jika ternyata gadis yang akan dinikahi Reihan adalah Ayesha, kepala staf di kantor tempatnya sedang magang.
Ashel berdiri di belakang Ayahnya Reihan dengan senyum bersahaja. Di depannya sana berderet kerabat terdekat keluarga Reihan yang mengenakan pakaian adat, yang ibu-ibu mayoritas mengenakan kebaya, dan yang Bapak-bapak mengenakan blankon dan pakaian adat Jawa. Mereka sudah siap akan mengantar Reihan menuju ke rumah mempelai wanita.
Ashel menyaksikan Reihan yang diberi wejangan oleh kedua orang tuanya, kemudian dengan penuh takzim kedua orang tau Reihan mencium kening putra sulungnya penuh cinta.
Ashel terharu melihatnya. Betapa bahagia Reihan yang masih memiliki kedua orang tua, hingga di hari sebahagia itu pun Reihan masih bisa membagi kebahagiaan dan menerima banyak nasihat dari kedua orang tuanya.
Reihan menyusul orang-orang tua yang sudah duluan keluar meninggalkan rumah dengan mengemudikan mobil, hingga tampaklah mobil berderet panjang melintasi gerbang rumah.
Reihan tersenyum simpul saat melintasi Ashel dan dibalas cengiran lebar oleh Ashel. Blankon di kepala Reihan membuat ketampanan Reihan semakin sempurna. Ashel melihat rona kebahagiaan di wajah sahabatnya itu. Lelaki itu akan melepas masa lajang, menempuh kehidupan baru yang penuh dengan tanggung jawab.
TBC
Okey, judul novel ini fix diganti jadi
My Boss Is My LoveEntar versi cetaknya judulnya itu.
Spam komen pliiis... Luph.
Butuh motivasi banget nih
Emma Shu
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BOSS IS MY LOVE (Sudah Terbit)
SpiritualBISA DIPESAN DI SHOPEE. Status Fariz yang awalnya adalah senior Ashel saat SMA, kini berubah jadi atasan di kantor setelah lima tahun berlalu. Pertemuan Ashel dan Fariz membuat Ashel jatuh cinta. Tapi sifat Fariz sulit ditebak, membuat Ashel jadi s...