Without You

1K 96 46
                                    


Seorang pemuda manis sedang duduk di tepi danau dengan pandangan kosong. Manik obsidian miliknya tak henti memandangi hamparan air yang tenang didepannya. Tempat ini... tempan dengan sejuta kenangan yang manis. Kenangan yang membuatnya tersenyum dan menangis di waktu yang sama. Tempat ini masih sama seperti dulu. Yang membedakan, kini dia sendiri.

Aku sendiri disini tanpamu...

Pemuda manis itu melemparkan sebuah kerikil yang membuat ketenangan di tengah danau terkoyak. Ia mengembuskan nafas frustasi. Frustasi dicekam rindu yang begitu kuat, frustasi dengan segala kenangan yang berputar seperti roll film di otaknya, frustasi dengan semua perasaan kehilangannya.

"Jinyoung..."

Pemuda manis itu menoleh. Dilihatnya seorang pemuda bersurai perak berjalan kearahnya, kemudian duduk disampingnya. Park Jinyoung –nama pemuda itu- tak merespon apapun. Ia hanya asyik memandangi air danau yang masih bergoyang sembari menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya.

"Masih mengingatnya?" tanya pemuda itu. Jinyoung membuang nafas jengah. Ia benci pertanyaan ini.

"Bukan urusanmu, Jackson." Dengus Jinyoung sakartik. Jackson –pemuda bersurai perak ­itu- hanya berdecih tak peduli.

"Ini bahkan sudah lewat 3 tahun, Jin... Mau sampai kapan kau akan terus seperti ini?" tukas Jackson.

Jinyoung terhenyak. Barusan Jackson memanggilnya dengan nama "Jin". Tak pernah ada yang memanggilnya dengan nama itu.

Kecuali satu orang...

"Jangan memanggilku begitu, Jackson." Kata Jinyoung.

"Kenapa?"

Karena hanya dia yang boleh memanggilku begitu. Hanya dia.


oooOooo


*Flashback*

Jinyoung bersungut-sungut sebal sambil melirik arlojinya yang melilit manis di tangan kirinya. Bibir mungilnya tak henti mengeluarkan serentetan gumaman kesal karena menunggu di saat matahari sedang eksisnya di puncak bumi. Hei, ini musim panas, bung! Siapa yang mau berdiri nyaris 30 menit lamanya ditempat yang sudah teduh sekalipun.

"Jin!"

Jinyoung sudah bersiap menyemburkan amarahnya saat melihat seorang pemuda bersurai hitam legam berlari menghampirinya. Pemuda inilah sumber penyebab kenapa Jinyoung menunggu selama itu. Ia bahkan sudah mempersiapkan perbendaharaan kata umpatan dalam berbagai bahasa untuk mendamprat si pemuda.

"Maafkan aku. Kau sudah menunggu lama?" ucap pemuda itu.

"Menurutmu, Tuan Im Jaebum?! Kakiku nyaris berakar menunggumu disini. Kau memang menyebalkan." Dengus Jinyoung. Pemuda bernama Im Jaebum itu meringis bersalah pada pemuda yang ada dihadapannya.

"Maafkan aku. Tadi jalanan macet karena ada kecelakaan lalu lintas, sehingga bus yang kunaiki harus berputar arah." Kata Jaebum.

"Aku benci padamu, Im! Kau membuatku berdiri seperti orang bodoh begini untuk menunggumu." Sungut Jinyoung. Jaebum merogoh tas ranselnya, mencari sesuatu di dalam sana. Wajahnya cerah ketika menemukan benda yang ia cari.

"Ini untukmu. Anggap itu sebagai permintaan maafku karena telah membuatmu menunggu." Kata Jaebum sambil menyerahkan kotak berwarna ungu pastel berukuran sedang pada Jinyoung. Jinyoung menerima kotak itu sedikit ogah-ogahan karena masih merasa kesal.

"Ayo dibuka. Kau pasti suka." Kata Jaebum.

Jinyoung membuka kotak itu. Betapa terkejutnya ia karena isi dari kotak itu adalah kotak musik yang sudah menjadi incarannya, dan sekarang ia mendapatkannya dari seorang Im Jaebum.

Without YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang