Kareen POV
Rapat hari ini di akhiri dengan perkenalan Malvin sebagai CEO baru di perusahaan dan dia juga mengatakan kalau dia sudah memiliki sekretaris yaitu aku dan mereka yang ada di sini tak perlu mencarikan sekretaris baru untuknya.Begitu namaku disebut semua mata memandang ke arahku yang memang berada di sebelah Malvin. Akupun mencoba tersenyum menatap mereka semua kemudian menundukkan kepala. Entah kenapa aku merasa banyak arti dari tatapan mereka. Ada yang tersenyum ramah, ada yang melambaikan tangan, mengedipkan mata, dan ada juga yang sepertinya memberi tatapan sinis seolah tak suka padaku. Astaga, aku baru saja sampai sudah mendapatkan tatapan seperti itu.
Dan yang paling membuatku tercengang adalah seorang wanita yang dengan terang-terangan mengatai penampilanku.
"Maaf Sir. Tapi apa anda tidak salah memilih sekretaris? Lihat saja penampilannya yang sangat tidak modis itu. Kacamata besar, poni tebal, dan kepangan rambut yang sangat kuno. Apa anda yakin dia bisa melakukan pekerjaan yang akan anda berikan nanti dengan baik? Pasti ada banyak hal baru yang akan sulit dimengertinya nanti. Kami hanya tidak ingin dia justru akan menghambat pekerjaan anda nantinya."
Semua mata tertuju padanya. Ada yang mengangguk setuju, ada yang mengernyit tidak suka, bahkan aku melihat orang-orang penting petinggi perusahaan hanya menggelengkan kepalanya seolah sudah biasa mendengar celotehan gadis pirang seksi yang menggunkan baju seperti kekurangan bahan itu.
Sementara Malvin nampak terkejut. Ekspresi hangat dari wajah tampan yang dia tunjukkan tadi seketika berubah datar dan terlihat menyeramkan. Rahangnya mengeras tandanya dia sudah marah. Jujur saja, ini adalah ekspresi paling menakutkan yang pernah aku lihat selama dua tahun aku bekerja dengannya.
Dan seperti yang pernah dia ceritakan padaku sebelumnya, ekspresi seperti itu hanya akan terlihat jika ia mendengar atau melihat sesuatu yang menyakiti hatinya. Dan aku melihatnya lagi sekarang. Apa itu berarti kata-kata wanita aneh tadi telah menyakiti hatinya? Sedangkan yang dihina adalah aku...
"Siapa wanita aneh yang menggunakan setelan kekurangan bahan itu?" Tanya Malvin berbisik namun tetap dengan nada tegas kepada manajer keuangan perusahaan yang juga berdiri tepat di sebelahnya. Beliau hampir saja tertawa mendengar pertanyaan Malvin.
"Dia Clarrisa. Asisten Mrs. Julia di HRD. Dia juga putri dari Mr. Gerald."
"Maksudmu desain supervisor di perusahaan cabang kita di luar kota?"
"Ya, Sir."
"Dia adalah orang kepercayaan Dad. Seorang yang juga ku hormati karena bekerja keras membantu perkembangan perusahaan. Tapi sayangnya putrinya tidak memiliki etika berbicara sama sekali."
Oh tidak. Sepertinya hal buruk akan terjadi kepada gadis pirang aneh tadi. Kini Malvin menatapnya marah seakan ingin menelannya hidup-hidup."Rapat selesai. Kalian bisa kembali ke tempat kalian masing-masing. Dan untukmu Miss. Clarrisa. Tidak usah berkomentar apapun dengan keputusan saya atau kau akan menerima surat pemberhentianmu besok pagi. Begitu juga dengan yang lainnya. Apapun yang saya lakukan adalah yang terbaik untuk perusahaan ini. Bekerjalah dengan baik. Maka saya pun akan memperlakukan kalian dengan baik." Malvin berucap dengan tegas. Sungguh aku suka wibawanya ini. Semua orang sontak berdiri dan mengundur diri dari ruang rapat.
Aku dapat melihat seorang lelaki tersenyum aneh ke arahku. Seolah dia berkata "tidak apa-apa". Aku pun membalas senyumnya dengan sopan lalu berbalik mengikuti Malvin kembali ke ruangannya.
"Apa yang tadi itu tidak berlebihan?" Tanyaku kemudian setelah kami berada di ruangan Malvin.
"Aku hanya tidak suka ada yang berani menghinamu seperti itu. Bagaimanapun penampilan seseorang, yg terpenting adalah kinerjanya. Sekalipun ia cantik, pintar, menarik, jika tidak bisa bekerja dengan baik maka akan sia-sia saja. Untuk apa perusahaan mempekerjakan orang yang tidak kompeten? Dan yag terpenting adalah tidak ada gunanya penampilan cantik tapi hatinya busuk.""Hmmm... baiklah, baiklah."
"Lalu apa acaraku selanjutnya?" Tanya Malvin kemudian setelah kembali ke kursi kebesarannya. Sementara aku hanya berdiri di sebelahnya saja."Memeriksa laporan dari setiap divisi. Lalu setelah makan siang ada pertemuan dengan Mr. Kean pukul dua."
"Di mana pertemuan itu nanti?"
"Di kantor. Meski awalnya dia bilang ingin mengadakan pertemuan di restoran saja. Tapi kemungkinan kau tidak mau karena ini hari pertamamu di kantor ini jadi dia memutuskan untuk kemari.""Hanya itu?"
"Ya. Hanya itu. Lalu kau bisa memeriksa lagi laporan-laporan yang mungkin tak akan selesai sebelum makan siang."
"Apa?"
"Ya. Kau 'kan harus memeriksa setiap laporan dengan detail. Dan aku rasa tidak mungkin kau akan menyelesaikan semuanya sebelum makan siang.""Sangat percaya diri." Ketusnya sambil tersenyum miring padaku. Aku membalasnya dengan mengedikkan bahu. Bukannya aku lancang. Tapi begitulah aku yang kadang akan ceplas-ceplos padanya. Dia sering protes. Tapi tak pernah memarahiku.
Dia hangat padaku. Bahkan dia sendiri yang mengatakan jika kami sedang berdua maka kami adalah teman. Dan bukankah seharusnya tak ada rasa canggung yang berlebihan sesama teman. Dan tentu saja itu masih dalam batas wajar. Apalagi kami adalah atasan dan bawahan.
"Lalu apa pekerjaanmu setelah makan siang?" Tanyanya lagi.
"Memeriksa kelengkapan laporan yang sudah kau periksa lalu menyimpannya untuk bahan presentasimu besok. Setelah itu memeriksa kembali agendamu dan seperti biasa melakukan setiap perintah atasan." Kataku."Baiklah. Terima kasih informasinya. Dan silakan kembali ke mejamu."
Aku pun memgangguk dan berjalan menuju pintu. Tapi tinggal beberapa langkah di depan pintu Malvin memanggilku.
"Jangan turun duluan saat makan siang. Kita akan keluar nanti."
"Baiklah." Sahutku lalu kembali berjalan ke mejaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
you are mine
Romantizmpertemuan yang tidak seharusnya, membawa mereka ke dalam jerat cinta yang tak seharusnya terjadi. meski sudah berusaha keras untuk melupakannya, namun semakin hari cinta itu semakin tumbuh. Dan ketika ia ingin meninggalkan segalanya tentang wanita i...