Akupun kembali ke mejaku dengan tangan kosong tanpa kopi yang tadinya akan meredakan rasa kantukku. Nampaknya perdebatan dengan trio bedak tebal tadi sudah membuat rasa kantukku menguap.
Dan ternyata Malvin sudah berdiri di depan mejaku. Tangannya bersedekap dan matanya menatap tajam ke arahku. Biasanya ada yang tidak beres jika sudah begini.
Akupun balas menatapnya tajam dan melewatinya begitu saja masuk ke ruangannya dan langsung duduk di kursi yang menghadap mejanya sambil bersedekap. Memang sangat tidak sopan. Tapi aku juga emosi karena dia bukan?
"Beraninya kau masuk ke ruanganku dengan lancang tanpa permisi dan duduk tanpa aku suruh?" Semburnya kemudian setelah menutup pintu. Iapun bersandar di mejanya dan bersedekap sambil menatapku penuh tanya. Akupun menatapnya malas dan dengan wajah cemberut.
"Ahh... aku ingin jujur padamu."
"Tentang apa?"
"Bukannya aku ingin membenci mereka. Mungkin aku seperti anak kecil yang sedang mengadu pada ibunya saat ini. Aku hanya tak suka sikap mereka yang seenaknya."
"Apa yang terjadi?"
"Tadi saat di pantry aku bertemu dengan para gadis trio bedak tebal. Merek-"
"Siapa? Gadis- bedak tebal?" Malvin menyelaku. Alisnya bertaut.
"Ya. Clarrisa, Sofia dan Cherry yang memberikanmu surat tempo hari. Karena kau tak membalas surat dari Cherry, mereka akan bertaruh untuk merebut perhatianmu. Dan untuk itu mereka meminta bantuanku. Tentu saja aku menolak.""Dan yang lebih menjengkelkan, mereka mengancam akan membuatmu memecatku jika aku tak mau membantu mereka."
aku masih saja cemberut tapi Malvin justru tertawa terbahak-bahak.
"hahahahaha..." ia bahkan sampai memegangi perutnya yg mungkin mulai kram.
"kenapa kau tertawa? ini tidak lucu! Kalau sampai terjadi sesuatu padaku besok maka kau yang akan bertanggung jawab." Ketusku lagi. Kali ini ia menghentikan tawanya.
"Kenapa aku yang harus bertanggung jawab? aku kan tidak melakukan apapun padamu?"
"ya. kau memang tak melakukan apa-apa. tapi pesonamu itu membawaku ke dalam kubangan persaingan perebutan perhatian seorang bos. dan itu sungguh memuakkan.""hmmm... baiklah, baiklah. aku minta maaf. kalau begitu ada satu cara yang bisa kau lakukan agar tak diganggu mereka."
"apa?"
"hindari mereka dan jangan sampai kau berurusan dengan mereka selain urusan pekerjaan. kau kan sekretarisku. maka aku yang akan menentukan apa saja yang akan kau lakukan dan tanpa harus berurusan dengan trio bedak tebal itu."Malvin menyeringai. seolah dia juga tidak suka dengan para wanita aneh itu.
"kau sepertinya tidak menyukai mereka juga? kenapa kau menyarankan hal seperti itu?"
"aku tahu semua tentang mereka. perebutan lelaki juga pernah terjadi sebelumnya. kau tahu Charlie? manajer produksi di kantor cabang di kota sebelah?"
aku mengangguk."nah dia itu dulunya juga bekerja di sini. dan menjadi rebutan para wanita aneh itu. mereka saling berlomba untuk mendekati dan mendapatkan perhatian sang manajer. sampai-sampai kekasih Charlie saat itu hampir memutuskan hubungannya karena cemburu. tapi akhirnya mereka berhenti setelah Charlie akhirnya menikah dan pindah ke kantor cabang kota sebelah."
ceritanya panjang lebar. aku menganggukan kepalaku seperti hiasan mobil berbentuk hewan yang duduk manis di dalam mobil dan aku hanya heran dengan satu hal.
"bagaimana kau bisa tahu cerita itu dan waktu rapat perkenalan kau menanyakan nama Clarrisa pada manajer keuangan?"
"Charlie lah yang bercerita padaku. tapi aku tak menanyakan secara detail tentang mereka. dan rasanya aku juga tak perlu tahu. benar bukan?"
"iya benar. tapi... yang barusan itu. untuk apa kau berdiri di depan mejaku seperti itu? dan kau terlihat marah?" akhirnya aku menanyakan pertanyaan itu.
"oh, yang tadi itu. ada berkas yang aku ingin tanyakan padamu. dan aku mencoba menghubungimu tapi ternyata kau tak ada dan meninggalkan ponselmu di atas meja."
"oh... maaf. tadi aku merasa sangat mengantuk. jadi aku ke pantry untuk membuat kopi."
"lain kali kalau begitu lagi kau sebaiknya ke ruanganku. di sini tersedia lengkap alat dan bahan untuk membuat kopi dan teh. masuk saja. ini juga bisa untuk menghindari para wanita aneh itu."
"baiklah. emm... kalau begitu sebaiknya aku kembali ke mejaku. aku akan kirimkan berkas yang kau inginkan."
"ya. silakan."***
Malvin POV
Suara ponsel yang berdering mengagetkan ku yang sedang asyik membaca laporan yang dikirimkan Kareen melalui email. awalnya aku pikir dari klien tapi ternyata dari sahabatku Alex.
"Ya Lex."
"Halo Malvin.. apa kau sibuk?"
"Ya aku sibuk sangat. ada apa?" tanyaku tanpa basa-basi.
"Whoa... sangat to the point. baiklah... kau mendapat undangan untuk hadir di acara makan malam bersama di kampus kita dulu. acara akan diadakan hari minggu depan. kami berharap semuanya bisa datang. Untuk lebih jelasnya undangannya akan aku kirim besok pagi ke kantormu."
"hmmm... cukup jelas."
"Dan kalau bisa jangan datang sendiri. ajaklah seseorang. karena mayoritas kawan-kawan kita sudah berpasangan. agar nanti kau tidak bosan sendiri."
"Kau menasehatiku?"
"Bukan begitu. Hanya saran."
"Baiklah. akan aku pikirkan."
"jangan hanya berpikir. tapi pastikan kau akan datang Malvin!" Alex terdengar marah.
"hmm" sahutku singkat lalu menutup telepon.arloji ku menunjukkan pukul sembilan lewat. aku pun membereskan pekerjaanku dan bergegas pulang. tapi baru saja sampai di lobi yang sudah mulai gelap, aku seperti melihat sesuatu di sofa. akupun mendekat dan cukup terkejut setelah melihat seorang gadis sedang tertidur di sana.
itu Kareen. astaga! belum pulang rupanya?
"Reen, bangunlah. Kareen.."
aku mencoba membangunkanya. dan dengan sedikit guncangan di bahunya ia pun membuka mata."Eh, Sir. sudah malam rupanya." sahutnya sembari mengucek mata dan meregangkan otot tangannya. itu terlihat menggemaskan... eh,
"ya. ini sudah pukul sembilan. tapi kenapa kau masih di sini? jam berapa kau menyelesaikan pekerjaanmu?" tanyaku penasaran. jangan bilang..."aku di sini sejak pukul enam. sebenarnya aku sedang menunggu Brandon untuk menjemputku. tapi belum datang juga nampaknya."
whaat?? menunggu jemputan sejak pukul enam? apa gadis ini bodoh atau....??
"sejak pukul enam dan dia belum mengabarimu? begitu maksudnya?" semburku marah. lelaki macam apa yang menelantarkan kekasihnya hingga malam begini?
"aku sudah mencoba meneleponnya berkali-kali tapi tak di angkat. mungkin dia hanya sibuk?" sahutnya polos. dan ini membuatku tambah kesal saja rasanya.
"dan dia tidak menghubungimu kembali? tidak mengirim pesan?" dia lalu meraba ponselnya dan melihat ke layar panggilan.
"ya. dia sempat meneleponku sekali pukul tujuh tadi. tapi karena aku tertidur jadi aku tidak tahu."oh astaga... ini benar-benar membuatku geram rasanya!
"kalau begitu biar aku yang mengantarmu pulang. ini sudah malam. taksi malam hari tak aman untuk seorang gadis sepertimu." ucapku seraya menarik tangannya supaya bangun dan mengikutiku ke parkiran. tapi ia menghentikan langkahnya tiba-tiba."bagaimana kalau dia mencariku kemari?"
oh pertanyaannya membuatku membalikan badan seketika.
"lelaki macam apa yang membiarkan gadisnya menunggu tanpa kabar? kau di sini sudah sejak pukul enam dan dia hanya meneleponmu sekali? dia sudah berjanji akan memjemputmu bukan? tapi dia tidak datang. dan tidak memberimu kabar apapun. kalau dia memang sibuk seharusnya dia bisa memberitahumu dengan segera. bukannya membuatmu menunggu seperti tadi!"
amarahku memuncak. sebelum Reen berbicara lagi akupun menyeretnya ke parkiran."kenapa kau marah padaku? seharusnya aku yang marah pada Brandon." sahutnya ketus.
"aku hanya khawatir. seandainya kita tidak bertemu mungkin kau akan tidur sampai besok pagi."aku melihatnya mencoba menghubungi Brandon. ya. lelaki itu adalah kekasihnya. kekasih yang tak bertanggung jawab. yang membuat kenangan masa lalu terasa bangkit kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
you are mine
Romancepertemuan yang tidak seharusnya, membawa mereka ke dalam jerat cinta yang tak seharusnya terjadi. meski sudah berusaha keras untuk melupakannya, namun semakin hari cinta itu semakin tumbuh. Dan ketika ia ingin meninggalkan segalanya tentang wanita i...