Takdir Kita

456 11 18
                                    

Aku yang pernah engkau kuatkan

Aku yang pernah kau bangkitkan

Aku yang pernah kau beri rasa

Dulu, tak ada sedikitpun dibenakku untuk memiliki apalagi menjadi segalanya untukmu. Meski semua orang pun sadar, kau adalah satu-satunya yang bersedia ada, merelakan sebagian waktu untuk berbagi denganku.

"Whatever, Gi... asal kamu bahagia," katamu menatapku tajam. Namun saat kutatap balik, kenapa mata itu berpaling?

Meski ingin sekali selalu bersama, menjaga, dan memberimu segalanya. Bagiku, mencintai dalam kebersamaan itu sudah cukup. Melihat wanita idaman bahagia bersama cinta yang dimiliki, mungkin akan menjadi lebih baik. Sampai akhirnya kutahu, telah terselip rasa yang sama di hatimu untukku. Bahwa telah kudengar keinginanmu menjadi bagian terpenting di hati dan hidup ini.

Aku ingin engkau slalu

Menemani hidup dan matiku

Aku ingin engkau slalu temani masa tuaku

Andai kautahu. Sejujurnya, rasa ini pun sama. Menginginkan seseorang yang mencintai diri ini seadanya dan selamanya adalah kamu. Selalu terbayang melihat wajah polos itu saat tertidur, berbagi kasih bersama malam, menyambut pagi dengan melihat senyum cantik yang selalu meninggalkan rindu saat tangan ini mengumpulkan rupiah. Ingin rasanya dimiliki oleh sang pujaan. Tapi segera kupendam hasrat ini. Tak seharusnya semua kita inginkan, tak selayaknya aku merusak kesetiaan.

"Bukankah cinta bisa hadir di hati siapa saja dan kapan saja, termasuk di hatiku yang telah terikat?"

Ah... Kau lebih berharga dari wanita sempurna manapun. Dan tak pantas berkhianat. Tak akan kubiarkan wanita terindah menjadi cacat sebab cinta yang terlambat disadari.

Ya, kau tak perlu tahu bahwa cinta ini jauh lebih lama ada sebelum kau mengenal dan menjadi kekasihnya. Cukuplah mengerti bahwa lelaki kerdil hati ini akan selalu ada untukmu dan keluargamu.

Tak pernah aku niati

Untuk melukaimu

Atau meninggalkan dirimu

Kau tahu? Susah payah kupendam rasa cinta ini selama bertahun-tahun. Meyakinkanmu untuk bertahan dengan pilihan yang bukan hanya sebulan dua bulan berjalan. Tak mungkin hancur hanya karena satu kesalahan, kan? Dia pantas kita maafkan.

"Maafkan jika keputusanku tidak hadir dipernikahanmu telah mengukir kecewa yang mendalam."

Terasa sakit melihat wajah cantik itu berderai airmata.

"Kenapa? Karena kamu mencintaiku, kan? Kamu hanya mau menghindar dan berusaha melupakan kisah kita?"

Oh... Tak pernah kumaksudkan untuk menghapus semua kenangan kita, meninggalkanmu tanpa kata. Aku hanya berusaha menguatkan lewat pengorbanan. Karena aku yakin bahwa lelaki itu bisa membuatmu lebih bahagia. Bahwa kau bisa mencintainya sepenuh hati dengan sisa cinta yang kau miliki.

Bila yang tertulis untukku

Adalah yang terbaik untukmu

Kan kujadikan kau kenangan

Yang terindah dalam hidupku

"Selamat, yah. Samara...."

Hari ini untuk pertama kalinya setelah perpisahan itu, kau menemuiku. Mengatakan bahwa tak seharusnya kupergi setelah terbalas cinta ini. Katamu, kau akan memilih bersamaku jika kuakui sebelum hari pernikahan itu.

Ah... Sudahlah! Takdir telah berkata. Dan kenyataannya, kita hanya akan membingkai kenangan itu dalam kisah yang baru. Kisah persaudaraanku denganmu, Kakak dari orang yang telah merelakan dirinya untuk kumiliki seutuhnya, selamanya. Tanpa melihat masa lalu.

"Terima kasih, Kakak Ipar."

Kuurai senyum tulus untukmu, cinta pertama. Kujanji menjaga sang istri yang senantiasa berada di sini, menunggu semua kisah terhapus dan terganti namanya.

Dan inilah realita, takdir yang selalu kusyukuri. Kita bisa tersenyum bersama, saat malaikat-malaikat kecil saling berkejaran ke arah Simbah Kakung dan Simbah Putri, berlomba menggapai pangkuan sepasang kekasih lanjut usia yang membesarkanmu dan kekasih halalku.

"Om Gio... Desta nakal, tuh!" anakmu menatapku memohon.

"Bude... Harusnya Kak Tisya yang ngalah, kan? Dia itu Kakak!" Ah, anakku.

Kemudian kamu atau istriku akan melerai. Tapi, terkadang justru kalian lebih seperti anak kecil ketimbang mereka sehingga aku atau suamimu akan turun tangan.

"Kebiasaan dari kecil," gumam Mamah yang disedekahi senyuman Papah.

Dan anak-anak itu akan kembali padamu dan dia, padaku dan sang pemilik hati ini.

***

Takdir KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang