"Good night Sana-ya, geurigo annyeong." bisik Taehyung.
Taehyung menatap wajah Sana, ia menyelipkan beberapa helai rambut lembut Sana yang menghalangi wajahnya ke belakang telinga.
"Cantik." ucapnya.
"Mian, mulai saat ini aku akan menjauhimu dan bersikap dingin. Jika perlu aku akan bersikap kasar padamu, agar kau bisa membenciku dan pergi bersama Jungkook." ucap Taehyung.
"Terimakasih kau sudah menerima dan mengerti diriku. Asal kau tahu, kau adalah yeoja pertama di hidupku setelah ibuku. Kau yang berhasil membuka hati dan pikiranku, bahwa semua yeoja tidak seperti eomma. Gomawo Sana-ya." ucap Taehyung pelan seraya tersenyum untuk terakhir kalinya pada Sana.
Ia menggendong Sana dengan kedua tangannya. Berusaha agar Sana tidak terbangun, Taehyung mengangkatnya dengan hati-hati. Sesekali ia meringis kesakitan akibat tangannya yang terluka.
Taehyung keluar kamarnya dan berusaha menekan pass pintu kamar Sana. Setelah terbuka Taehyung segera masuk dan langsung menuju kasur. Secara perlahan Taehyung menidurkan Sana, ia membenarkan posisi kepala Sana dan memberikannya sebuah selimut.
Tidak mau berlama-lama Taehyung keluar dari kamar Sana dan kembali menuju kamarnya. Ia melihat sekeliling ruangannya kini sudah sangat bersih. Mulai dari dapur hingga meja tempatnya bekerja kini sudah tertata rapi. Tunggu, apa? Meja kerja?
Taehyung mendekati meja kerjanya, ia tidak pernah merapikan meja kerjanya sejak awal. Itu sengaja ia lakukan agar pekerjaan yang sebelumnya bisa dilanjutkan secara langsung tanpa harus repot mencarinya.
Taehyung menatap semuanya dengan seksama. Baiklah kertasnya tidak bermasalah, tapi kenapa komputernya mati? Terakhir kali ia sangat ingat belum mematikannya karena pekerjaannya belum selesai saat itu. Dan yang lebih parah, pekerjaan sebelumnya belum sempat tersave. Dengan sesegera Taehyung duduk dihadapan komputernya dan menyalakan komputer itu. Taehyung menunggu dengan menggigit jarinya, mata dan jari-jarinya kini sibuk mencari hasil kerjanya yang terakhir kali ia kerjakan.
Setelah menemukan file tersebut, Taehyung segera membukanya dan ia sangat bersyukur hasil kerjanya tidak ada yamg berubah. Senyum diwajah Taehyung kembali merekah lega. Ia menscroll down hasil kerjanya, dahinya mengernyit heran saat ia melihat ada kolom tambahan pada ceritanya. Ia tidak ingat menulis narasi sepanjang ini.
Kim Taehyung, ini aku Sana. Mian sudah tidak sopan melihat hasil karyamu, tapi ini sangat luar biasa indahnya. Terimakasih telah membuatku terlihat cantik di webtoonmu ini.
"Apa ini, ck. Kau memang cantik." ucap Taehyung tersenyum.
Dan aku sudah membaca semuanya. Jika aku benar, apakah kau memiliki rasa padaku? Oke ini mungkin hanya spekulasi diriku saja yang terlalu percaya diri. Tapi aku terlanjur sudah melihat semuanya Taehyung-ah. Kau masih menyimpan susu pemberianku, kau bahkan membuat cerita tentang kita ber3. Maafkan aku yang tidak melihatmu, aku sendiri terlihat bodoh saat tersenyum di atas panggung saat itu, apa kau juga melihatnya seperti itu? Aku hanya seperti anak kecil yang diberikan balon warna-warni oleh Jungkook padahal kau mempunyai balon yang lebih besar dan juga Indah buatku. Mianhae Taehyung-ah, aku harap kau mengerti maksudku.
Taehyung terdiam setelah membacanya. Itu berarti Sana sudah mengetahui semuanya jika Taehyung juga sangat mencintainya.
"Aku mengerti maksudmu Sana-ya, sangat." ucap Taehyung. "Tapi aku tidak bisa. Jungkook sudah aku anggap seperti dongsaengku sendiri. Dan dia lebih dulu menyukaimu dibanding aku, aku tidak bisa membuat orang yang aku sayangi tersakiti. Aku menyayangi kalian berdua." ucap Taehyung seraya menundukan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Room 309 (Completed)
FanfictionThe Shilla Kondominium, Jung-gu, Seoul. Itulah alamat yang harus segera ditemukan oleh seorang Yeoja yang baru saja keluar dari bandara Incheon International. -Sana- "Coba perhatikan, dia selalu terlihat seksi dengan kepala terteleng membentuk sudu...