In the name of love (part 2)

15.6K 1.1K 119
                                    

Flashback

Thorn menatap surat dari Layla untuk yang ke sekian kalinya. Masih tergenggam di tangannya dan tidak sedikitpun ia gerakkan.

Seperti itu saja dalam waktu yang cukup lama.

Hati dan pikirannya bak minyak dan air. Berada di dalam satu wadah yang sama namun tidak dapat disatukan.

Pikirannya terus menjerit agar ia tidak mengkhianati keputusan yang telah ia buat. Tapi di lain sisi, hatinya terus menjeritkan akan sesuatu. Atau lebih tepatnya seseorang.

Layla.

Thorn menggenggam kertas itu kuat-kuat dan bergegas mengambil jasnya.

Setengah berlari menuju lift yang berada tidak jauh dari ruangannya.

Sejujurnya, ia berbohong.

Thorn tidak berkata jujur ketika gadis itu menanyakan tentang isi hatinya yang sebenarnya.

Karena sejak malam itu, bayangan akan gadis itu selalu dan selalu mengganggu pikirannya.

Gadis bodoh yang dengan begitu mudah menyerahkan kehormatan untuk lelaki yang baru ditemui. Seorang lelaki brengsek sepertinya.

"Shit!" Thorn berusaha mencari jalan lain. Menerobos pintu darurat dan menuruni satu persatu anak tangga. Dari lantai dua puluh empat tepatnya.

Syukurlah, kebiasaannya yang rutin berolah raga pagi ternyata cukup membantunya.

Dalam situasi seperti ini lebih tepatnya.

Ketika sampai di basemant, pandangan Thorn berputar. Mobil akan percuma dan motor akan sangat membantu.

Ia memanggil salah seorang petugas parkir dan mendapatkan pinjaman motor hanya dalam sekejap mata.

Syukurlah.

Thorn melajukan kendaraannya secepat kilat. Ada yang harus ia pastikan, batin Thorn.

Butuh waktu nyaris setengah hari untuk mengetahui dimana gadis itu berada.

Setelah ia menyusuri beberapa tempat. Bertanya pada setiap orang yang ditemuinya dan meminta bantuan pada para pengawalnya untuk melacak keberadaan gadis itu.

Sampai disini. Thorn akhirnya menepikan kendaraannya.

Ia melompat menerjang pagar pembatas dan berlari menuju gerbong kereta.

Sungguh, ini adalah kali pertama ia bertindak seperti orang gila.

Thorn selama ini adalah orang yang realistis. Selalu menjaga image dan tidak akan pernah bertindak gegabah dalam hal apapun.

Tapi hari ini, semuanya seakan sirna.

Dan semuanya karena dia...

Napas Thorn terengah. Pandangannya tak sedikitpun terlepas dari sosok yang tengah duduk disebuah kursi panjang.

Sosok dengan topi rajut bulat berwarna putih.

Langkah Thorn perlahan maju, tanpa sedikitpun keraguan.

"Layla..."

Sosok yang dipanggilnya menoleh, spontan berdiri tanpa berusaha menutupi keterkejutannya.

"THORN?!" gadis itu nyaris berteriak.

Thorn seketika membeku. Ketika beberapa orang secara tiba-tiba menyergap mereka.

Salah seorang diantaranya bahkan dengan telak menodongkan senjata tepat di kepala gadis itu. Gadisnya.

"Lepaskan dia!" Desis Thorn.

Tubuh Layla gemetar hebat. Air matanya tumpah begitu saja.

Terlebih, ketika orang-orang itu menjatuhkan Thorn yang tanpa persenjataan.

Layla menjerit kuat-kuat. Tapi tidak ada satupun yang menolong mereka.

Darah mengalir dari hidung dan sudut bibir Thorn.

"Thorn!" Jerit Layla. "Lepas!!" Meronta pun percuma. Layla tidak akan pernah bisa meloloskan diri dari cengkeraman orang-orang ini.

Ketika tubuh Thorn di seret menuju rel kereta dan di buang begitu saja bak sampah, jantung Layla benar-benar seakan jatuh ke telapak kakinya.

Thorn nyaris kehilangan kesadaran. Dan hanya suara lonceng itulah yang masih membuatnya sedikit tersadar. Lonceng yang menandakan akan datangnya kereta.

Pandangan Thorn teralih pada Layla yang tak henti meneriakkan namanya dari kejauhan, yang semakin lama tersamarkan oleh suara klakson kereta yang semakin mendekat.

Mungkin inilah akhirnya.

Akhir dari hidup seorang Thorn mc Adams.

Flashback End.

Thorn mengerjap. Seolah tersadar akan sesuatu. Atau seseorang.

Seseorang yang kini berada di bawah tubuhnya. Terhimpit diantara dirinya dan ranjang mewah miliknya.

Napas Thorn memburu.

Mengapa kini ia tengah berhasrat?!

Lakukan...

Bisikan itu tak henti terus berputar di dalam kepalanya.

Dia adalah Layla.

Layla-mu.

Thorn menelusuri wajah gadis itu. Yang tampak begitu pucat bak sehelai kertas.

Tapi,

Lakukan apa yang dahulu begitu ingin kau lakukan...

Bisikan itu terus berdengung. Dan Ya.

Bisikan itu benar.

Kemarahan dalam sekejap berkecamuk di dalam dadanya. Bercampur dengan hasrat yang entah datang darimana.

Thorn meraih tubuh gadis itu dan menekannya dalam satu hentakan.

Kemudian, tanpa berkata apapun, ia mendaratkan beberapa kecupan liar di seluruh tubuh gadis itu.

Membuat gadis itu merintih dan bergerak tak terkendali.

Thorn menginginkan gadis itu. Selalu. Sejak dulu maupun sekarang.

Malam ini.

Diranjang miliknya ini, Thorn akan mencurahkan segalanya. Terhadap gadis itu.

Terhadap Layla.

Gadis yang telah menghancurkan dirinya menjadi berkeping-keping, dan telah membuatnya cacat seperti ini.

"Aku akan membuatmu menjadi milikku sepenuhnya Layla. Ini sumpahku."

***

Tbc.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 01, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Thorn Mc AdamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang