Rahasia Hati (01)

1.3K 13 0
                                    

Rahasia Hati - Part 01




Langit mendung, sepertinya tak lama lagi akan turun hujan. Jalanan macet lagi pagi ini. Seperti biasa, setiap pagi kecuali hari sabtu, hari minggu dan hari libur, semua orang selalu berlomba-lomba menuju tempat tujuannya masing-masing. Untuk pagi ini, sebagian besar dari antara mereka ingin cepat tiba di tujuan agar tidak terjebak hujan dalam perjalanan. Aku memacu motorku lebih cepat, menyalip lincah di antara ramainya kendaraan bermotor yang memadati jalan raya Kota Kupang pagi ini.

Sesaat kulirik layar HP dan melihat indikator jam, waktu sudah menunjukkan tepat pukul tujuh. Hufftt, aku sudah terlambat sepuluh menit, kataku dalam hati. Cuaca mendung seperti ini membuatku tidak menyangka kalau ternyata saat ini aku sudah terlambat mengantar Viona ke sekolah. Biasanya sepuluh menit menjelang jam tujuh pagi, aku bersama Viona sudah berangkat dari rumahnya.

Syukurlah, tak lama kemudian aku telah tiba di rumahnya. Dari depan pintu gerbang rumahnya kulihat Viona sedang berdiri memandangi kolam ikan di samping rumahnya, terlihat jelas ia resah menunggu kedatanganku. Aku mengerem dengan kuat hingga terdengar bunyi ban berdecit lalu berputar kemudian berhenti tepat di sampingnya.

"Ade tersayang, sorry Kakak telat," ucapku spontan.

"Kenapa Kakak lama sekali?! Sekarang sudah jam berapa?!" Viona bertanya dengan wajah ditekuk.

"Sorry, tadi masih mengantar seseorang ke SMA Negeri 3 Kota Kupang. Cuaca mendung begini membuat Kakak salah mengatur ritme. Sorry ya," jawabku jujur.

Viona hanya diam. Sesaat kemudian ia masuk ke dalam, pamit pada bunda lalu keluar lagi sambil membawa tas kecil berwarna biru berisi pianika di tangan kanannya. Aku menahan posisi sepeda motorku dengan sedikit lebih kuat karena guncangan ketika Viona naik dan menjatuhkan diri, duduk di belakangku.

"Mata pelajaran fisika jam pertama, gurunya galak," ucapan Viona terdengar agak ketus di telingaku. Singkat, padat dan jelas terdengar.

Tanpa berkata apa-apa lagi, aku segera tancap gas. Kalimatnya tadi menyiratkan bahwa ia khawatir terlambat masuk kelas. Dan seperti biasa, untuk kesekian kalinya aku ngebut lagi di jalanan ketika mengantar Viona ke sekolah. Tentu saja wajib dengan konsentrasi penuh serta gerak reflex yang sempurna agar tidak membahayakan aku, Viona, maupun pengguna jalan yang lain.

Karena berangkat ke sekolah dengan kondisi terlambat seperti ini, tak ada percakapan apapun antara aku dengan Viona di sepanjang perjalanan. Hanya sesekali terdengar hembusan nafas tertahan dari Viona ketika aku menyalip bahkan menerobos celah sempit di antara kendaraan lain. Aku hanya berdoa dalam hati agar aku dan Viona selamat hingga tujuan.

Seperti inilah keseharianku selama hampir empat tahun, tepatnya sejak aku resmi menjadi ojek tetapnya Viona, gadis manis yang duduk di belakangku. Setiap hari, selain hari minggu dan hari libur, aku selalu menjemput dan mengantarnya ke sekolah. Dan, khusus untuk hari ini, selain berpacu dengan waktu agar Viona tidak terlambat masuk sekolah, juga agar menghindari kemungkinan terjebak guyuran hujan dalam perjalanan.


-----ooOoo-----


When you're gone

The pieces of my heart are missing you

When you're gone

The face I came to know is missing too

When you're gone

All the words I need to hear

Dilarang Jatuh Cinta! 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang