22. Make me Feel So Good

179 9 0
                                    

Sepertinya Shin melihatku yang tersenyum karena James. Karena saat kami masuk ke apartemenku sikap Shin benar-benar terlihat dingin.

Shin membantuku untuk duduk di atas sofa ruang tamu.

"Terima kasih Shin". Ujarku padanya dengan suara yang pelan.

Shin hanya tersenyum datar padaku. Cuma perasaanku saja, atau benar dia terlihat marah terhadapku.

Karena sedari tadi dia hanya menatapku dengan datar.

Ahh tidak...tidak itu sangat tidak mungkin jika Shin cemburu melihatku yang di gendong oleh James.

"Apa yang terjadi padamu??". Tanya Shin sambil melihat keadaan kaki ku.

Shin akhirnya mau membuka suara.

"Ahhh aku hanya mengalami kram". Jawabku padanya sambil memijit-mijit kaki ku yang sakit.

Shin merubah ekspresi wajahnya terhadapku. Dengan ekspresi khawatir.

Tadinya aku merasa takut padanya. Kalau-kalau dia membahas mengenai hubunganku dengan James.

"Seharusnya kau menghubungiku, jika terjadi masalah padamu". Ujar Shin sambil memeriksa keadaan kakiku.

"Kau tidak perlu cemas Shin, saat ini yang ku perlukan hanyalah istirahat". Ujarku padanya.

"Baiklah kalau begitu".

Aku mencoba untuk bangkit dari dudukku. Tapi lagi-lagi kaki ku sulit di gerakkan.

Melihat kondisiku yang seperti itu, Shin langsung menggendongku dengan ala bridal style.

Sungguh aku begitu kaget dengan hal yang dilakukan Shin padaku.

Aku berusah untuk mengatur detak jantungku yang rasanya hampir meledak. Jarakku dengan Shin begitu dekat saat ini.

Ohh God please. Aku harap saat ini Shin tidak mendengar suara detak jantungku yang tak karuan ini.

Shin menggendongku ke kamarku. Dan membaringkanku di atas tempat tidurku dengan hati-hati. Mungkin dia takut menyakiti kaki ku yang sakit.

Shin juga menyelimutiku dan mengecup keningku. Hal itu seketika membuatku terdiam seperti orang bodoh.

"Good nigh Dizta, have a nice dream". Ujar Shin dengan suara yang lembut dan pergi keluar dari kamarku.

Setelah Shin keluar dari kamarku, aku berusaha mengatur detak jantungku.

Aku sungguh tidak mengerti dengan perlakuannya terhadapku. Sikapnya membuatku merasa nyaman berada di dekatnya.

-

Mentari telah menyinari langit dengan sinar yang begitu menyilaukan. Dan membuatku terbangun dari tidurku.

Aku bangkit dari tempat tidurku dan berjalan menuju kamar mandiku.

"Owwchhh".

Baru saja aku berjalan beberapa langkah, kaki ku rasanya benar-benar sakit.

Aku mencoba memijit-mijit kaki ku untuk sedikit mengurangi rasa sakitnya.

Suara ketukan pintu terdengar dari luar kamarku.

"Masuk". Seru ku sambil terus memijat-mijat kakiku.

Ternyata yang masuk adalah Shin. Shin masuk ke kamarku dengan membawa nampan yang berisi makanan.

"Apa kaki mu masih sakit????". Tanya Shin dengan khawatir.

Shin melirik kakiku.

"Begitulah". Jawabku sambil terus memegangi kakiku.

Shin meletakkan nampan yang ia bawa tadi ke atas meja yang berada di samping tempat tidurku.

Shin membantuku untuk duduk di atas tempat tidurku. Dan memeriksa keadaan kaki ku.

"Sebaiknya kau tidak usah bekerja hari ini. Aku akan menghubungi Rista". Jelas Shin padaku.

Aku hanya mengangguk pada Shin.

"Ini, makanlah".

Shin menyerahkan nampan yang dia bawa tadi padaku.

Di dalam nampan itu berisi kan 2 potong sandwich dan 1 gelas susu.

"Terimah kasih Shin". Ujarku padanya.

Shin pun membalasnya dengan senyuman yang hangat.

Aku memakan makanan yang di bawakan Shin dengan lahapnya. Mungkin karena semalam, perutku hanya terisi dengan beberapa snack.

Saat aku makan, Shin mengelus puncak kepalaku. Aku melirik ke arahnya. Shin tersenyum dengan manisnya padaku.

Seketika jantungku kembali di buat tak karuan olehnya. Aku mencoba untuk tidak terlihat gugup di hadapan Shin.

"Shin, kau tidak bekerja". Tanyaku padanya sambil meneguk susu yang ada di tanganku.

Aku melirik Shin yang hanya menggunakan kaos putih dan celana pendek.

"Tidak, aku ingin merawatmu". Jawab Shin yang terus memperhatikanku yang sedang makan.

"Lalu apa kau sudah makan??". Tanyaku kembali.

"Sudah". Jawab Shin.

Ku rasakan kedua pipiku yang mulai terasa panas. Aku yakin saat ini wajahku sudah memerah.

Aku menundukan kepalaku untuk menyembunyikan wajahku dari Shin.

Shin memebereskan peralatan makanku tadi dan berjalan keluar dari kamarku.

Setelah Shin keluar dari kamarku. Aku pun mengibas-ngibaskan wajahku yang terasa panas.

-

Seorang Dokter masuk ke kamarku dan di susul oleh Shin. Aku yakin Shin lah yang menghubungi Dokter tersebut.

Dokter itu memeriksa keadaan kakiku dan memberi resep obat pada Shin.

Dokter tersebut juga menyarankan pada ku, untuk tidak terlalu banyak bergerak saat ini.

Setelah Dokter tersebut keluar dari apartemenku. Shin pamit padaku untuk membeli makanan untuk kami berdua dan juga membeli obat untukku.

-

Shin kembali ke apartemenku dengan membawa 2 bungkusan. 1 bungkusan berisi makanan untuk kami berdua dan yang satunya berisi obat-obat ku.

Saat ini aku dan Shin duduk di atas sofa ruang tamuku.

Shin membawa 2 mangkok soto ayam, berikut dengan peralatan makan dan minum.

Aroma soto ayam tersebut begitu menggiurkan.

Kami menikmati soto ayam tersebut sambil menonton tv.

Aku memakan soto ayam tersebut dengan lahapnya. Sampai-sampai tidak menyadari tatapan Shin yang terus memperhatikanku.

"Ahhh ada apa Shin??". Tanyaku padanya dengan sedikit gugup.

Shin tersenyum ke arahku dan membersihkan sisa makanan yang menempel di bibirku dengan tangannya.

Tubuhku kembali kaku di buatnya. Dan yaa debaran itu kembali memenuhi jantungku.

Setelah selesai makan Shin menyerahkan obat yang di belinya tadi padaku. Dan aku langsung meminum obat yang di berikan Shin.

Shin begitu memberikan perhatian penuh padaku. Tak hanya itu Shin juga terus mengontrol obat yang harus kuminum dan dia juga membantuku mengolesi minyak pada kakiku.

Perhatiannya membuatku merasa di cintai olehnya. Tetapi aku yakin ini hanyalah bentuk rasa simpatinya terhadapku.

Vote me.... And give your sugestion or your coment "ψ(`∇')ψ∆

~~Thank You~~~

I Hope You Love Me [FINISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang