5. TULUS VS MODUS

247 15 15
                                    

f i f t h
🔥


---

Kita sedang hidup pada waktu dimana yang tulus dan modus itu susah dibedakan.

---

SUDAH lima menit Kasha menunggu pintu lift terbuka. Sayangnya, ketika dia melirik arlojinya untuk yang ke-15 kali pintu lift masih belum mau terbuka. Kasha berdecak berkali-kali. Ini hari Rabu, jam pelajaran pertama adalah bahasa Arab sialnya dia harus menuntaskan hukuman yang diberikan oleh Bu Kartini selaku guru bahasa Arab.

Takutnya kalau nanti Kasha telat dia dikira akan bolos mata pelajaran bahasa Arab sehingga hukumannya akan bertambah.

Apalagi Bu Kartini adalah guru yang sangat sensitif terhadap muridnya yang memiliki bad habit seperti Kasha. Bisa-bisa guru itu malah over curiga lalu hapalan mufrodatnya jadi berkali lipat. Walaupun masuk kelas IPS yang rata-rata muridnya jago hapalan tapi Kasha adalah siswi termalas kalau disuruh hapalan.

Lah wong masuk kelas IPS aja karena benci rumus Fisika, bahan kimia, anti bunuh-bunuhan (Kasha menganggap kalau praktek pembedahan hewan di pelajaran Biologi adalah bunuh-bunuhan tersadis dan jelas ilegal padahal dia sendiri pun sering tawuran yang resikonya adalah nyawa melayang), serta membenci jas putih untuk praktek di laboratorium yang kesemuanya hanya ada di kelas IPA.

TING!!!

Kasha menghela napas lega. Ketika kakinya melangkah ke dalam lift, orang-orang yang ada di dalam lift yang jumlahnya sekitar 15 orang berbondong-bondong keluar. Kasha terdorong sampai dia terjatuh. Ingin rasanya dia marah-marah. Tapi karena takut hapalan mufrodatnya akan hilang, maka dia diam saja.

Kasha bersiap untuk bangun dari jatuhnya namun seorang anak kecil berbadan gemuk malah menabraknya. Kasha kembali terjatuh dengan anak kecil yang ambruk menimpa tubuhnya. Seketika dia merasa tulang-tulangnya remuk.

Emosi sudah menggumpal di dadanya, tinggal meledak saja.

"HATI-HATI DO—"

Tes...

"Hehehe maap yaaa, Kakak Cantik," anak kecil yang ternyata cowok itu tersenyum lebar kemudian segera bangkit dari tubuh Kasha dan berlari menjauh.

Kasha benar-benar ingin berteriak kencang untuk meluapkan emosinya. Sudah lengkap kesialannya pagi ini. Terlalu lama menunggu pintu lift untuk terbuka,  ditabrak lebih dari sepuluh warga apartemen, tertimpa anak kecil yang berta tubuhnya mungkin 25 kilogram lebih, lalu sekarang...

"As—" Kasha menghela napas ketika kebiasaan buruknya akan keluar—yaitu mengucapkan sumpah serapah ketika dalam keadaan kesal. "Astaghfirullah..." ucapnya dengan menunduk sambil mengurut dadanya berulang-ulang untuk menghilangkan emosi yang tertimbun dalam.

Rasanya dia ingin berkata-kata kasar.

"Nih, tisu."

Kasha mendongak, menatap sebuah tangan yang terulur dengan banyak tisu di tangannya. Menyorot dengan sinis namun Kasha tetap mengambil dengan paksa tisu itu tanpa memeriksa terlebih dahulu kebersihannya.

Bodo amatlah, udah terlanjur jijik ini gue, batinnya kesal.

Dengan penuh kekesalan Kasha mengelap pipinya yang kejatuhan iler anak kecil yang tadi menabraknya sampai terjatuh. Kasha gosokkan tisu itu di pipinya secara berulang-ulang sampai memerah. Dia bukannya membenci anak kecil, tapi siapa sih yang akan suka dijatuhi air liur walaupun hanya setetes?

Crush [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang