10

894 39 0
                                    

Jujur aku hanya bercanda waktu itu. Aku hanya sekedar mengiyakan Karen saat ia berkata begitu belasan tahun yang lalu.

Dan kini ia menagih janji itu saat ia kembali setelah menghilang sekian lama.

Mulutku terkatup.

Aku menghela nafas dalam-dalam, dan akhirnya berkata, " baiklah, Karen. Maukah kamu jadi pacarku?"

Karen mengangguk dengan bersemangat.

Aku mendekapnya dalam pelukanku. Aku ingin memberikan setiap kehangatan dalam diriku pada dirinya. Tapi, entah kenapa, aku merasa ini kulakukan bukan karena rasa cinta.

Hanya suatu keinginan egoisku untuk tidak menyakiti hati gadis yang kusayangi, meskipun aku tak tahu pasti akankah aku mencintainya, seperti aku mencintai Bella.

***
Bella melihat notifikasi pesan masuk tanpa berniat membacanya.

Jason.
Teman sekelasnya yang belakangan ini mengiriminya pesan terus.

Ia menghapus notifikasi pesan dari Jason sampai ia melihat notifikasi lain di layar ponselnya.

Andrio Wisnudharma changed his public info.

Bella membuka salah satu sosial media yang menyampaikan notifikasi tersebut. Ia memang telah menambahkan Rio sebagai temannya dia di akun sosial media itu.

Status: berpacaran.

Entah kenapa air mata Bella keluar membasahi pipinya.

Tidakkk! Aku menyukai Kak Dion , tegas Bella dalam hati.

Namun, air matanya terus mengalir.

Ia tak tahu mengapa informasi bahwa Rio kini sudah berpacaran dengan gadis lain, yang mungkin sekali adalah Karen, menyakiti hatinya.

Bella berbaring dengan bantal menutupi wajahnya. Air matanya dengan cepat membasahi bantal yang menutupi wajahnya itu.

Bella bangkit dan berjalan menuju cermin besar di kamarnya. Ia melihat dirinya yang sedang menangis.

Begitu rapuh.

Ia mengusap matanya dan mengatakan kepada dirinya di cermin ," Bel, kamu tidak menyukai Kak Rio. Kak Dionlah yang lu sukai."

Bella pun mengambil tisu dan mengusap air matanya.

***
"Bel... Mata lu kok bengkak?"

Bella diam saja tanpa menjawab pertanyaan temannya itu. Ia malas bercerita bahwa ia menangis. Seharusnya, Siska sudah bisa menebak mengapa matanya bisa sebengkak ini. Dan harusnya Bella memakai kacamata agar bengkak di matanya tak terlihat dengan jelas, sesalnya dalam hati.

Siska masih tak menyerah akan diamnya Bella.

"Bel, lu nangis semalam?"

"Iya, abis nonton drakor."

"Oh."

Siska mengerutkan dahinya. Setahunya, Bella tak pernah menonton drama Korea hingga menangis seperti ini.

"Eh, Bel! Itu Kak Rio dan Kak Karen ngapain gandengan tangan? Eww deh Kak Karen. Kak Rio aja belum pernah ngegandeng aku... ," gerutu Siska.

"Au deh."

Mereka pun berpapasan.

Sekilas , kedua mata Bella bertemu pandang dengan kedua mata Rio. Bella nyaris menangis. Untunglah, ia cepat-cepat memalingkan wajahnya dan berjalan ke depan dengan cepat.

Sementara ,Rio hanya bingung melihat tingkah laku Bella. Dan ia tanbah bingung setelah melihat mata Bella yang bengkak. Pikirannya terhenti ketika Karen menarik tangannya untuk berjalan lebih cepat.

"Bella! Mata kamu kenapa?" Gantian Dion yang berpapasan dengan kedua cewek itu.

"Abis nonton drakor gini ,Kak!"

Bella memukul lengan Siska karena kelancangannya. Ia tambah malu ketika Kak Dion tertawa mendengar perkataan Siska. Padahal ia hanya berbohong tadi.

"Oh. Syukurlah kamu tak apa-apa. Yaudah, aku pergi dulu ya."

Dion pamit dari hadapan mereka berdua dan berlari menuju arah yang diambil Rio dan Karen tadi.

Mengingat Rio yang bergandengan tangan dengan Karen membuat hati Bella sakit lagi.

Apakah ia telah menyukai Rio ?

Sejak kapan?

Sejak kejadian di UKS itukah?

"Bel. Pokoknya lu mesti cepet dapatin Kak Dion ya."

Bella hanya mengiyakan dan membuat Siska tersenyum gembira.

***
"Apaa? Lu uda pacaran sama Karen?"

Sontak Dion kaget mendengar perkataan Rio karena ia tahu Rio menyukai Bella.

"Sstt. Bella lagi di depan kelas tuh. Ntar kedengaran. Ceritanya panjang hingga aku bisa pacaran dengannya."

"Pokoknya lu mesti cerita ya."

"Iya ntar, lagi ga mood untuk cerita."

"Berarti aku boleh dekatin Bella dong?"

"Ga ada hak aku untuk ngelarang hal itu, Yon. Aku sudah memiliki Karen di sisiku."

Sebenernya, Rio masih menyimpan hatinya untuk Bella. Jantungnya masih berdegup kencang saat mereka berpapasan dan saling menatap tadi.

Namun, takdir tak mempersatukan mereka.

Kini, Rio telah memilih Karen.

"Kapan sih? Semalam?"

"Iye.. Lu ga liat status Facebook aku, diisiin Karen sih. Padahal aku mah malas."

Dion nyengir melihat sahabatnya itu.

Kini, ia bisa mendekati Bella tanpa merasa ga enak dengan Rio.

***

"Bel, makan yuk ntar"

Dion tersenyum kecil melihat pesan yang baru ia kirimkan kepada Bella.

Rupanya Bella sedang memegang ponselnya karena cepat sekali ia membalas pesannya.

"Boleh deh, Kak Rio. Di mana?"

"EH... Aku Dion ,Bel."

"Astaga. Maaf, Kak. Aku pikir Kak Rio. Mau di mana , Kak?"

"Kafe depan sekolah."

"Oke."

Dion hanya tertawa melihat Bella yang salah memanggilnya tadi tanpa berpikir hal yang aneh-aneh.

***

Bella menepuk-nepuk jidatnya sendiri karena ia malah menulis nama Kak Rio di pesan yang baru dikiriminya kepada Kak Dion.

Malu sekali.

Siang itu, ia pun makan bareng Kak Dion di kafe depan sekolah.

"Eh. Dion, Bella."

Sedang asyiknya melahap makanannya, seorang cewek yang suaranya begitu familiar menyapa mereka berdua.

Karen....

Dan ada Rio juga di belakangnya.

Cinta Seorang Kutu Buku [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang