Aku semakin menyadari semakin dalam cintaku padaMu semakin tentram hati ini mengarungi sang waktu, karena bersamaMu tak ada resah dalam gundah yang akan menimpaku. Kau mencintaiku lebih dari cinta yang pernah kurasakan kepada para ciptaanMu. Kini telah ku penjarakan hatiku dalam RidhoMu. Telah ku kunci rapat agar tak mudah terpikat karena tatapan kosongku tanpaMu. MencintaiMu saat ini, esok hingga derajat cintaku lebih tinggi dari sekedar mencintai diriku sendiri.
"Melamun aja kamu Bran, entar di taksir nenek nenek baru kapok loh." Seorang teman membangunkanku dari lamunan panjangku, bukannya aku nyahut malah aku masih belum nyadar kalau ada yang negur. "WOE GIBRAN!!!". Dia berteriak sambil mendorongku hingga aku pun kaget tak karuan. "Eh ada apa Man? Kirain ada gempa barusan. "Gempa, gempa, hati kamu tuh yang gempa jam segini dah bengong giliran di dorong baru nyadar kamu".
"Kamu tuh jangan hanyut dalam lamunan terus Bran, entar kamu tenggelam kayak Titanic baru heri alias heboh sendiri loh.". Aku pun menepuk bahunya sambil tertawa. "Hahaha enggaklah Man aku kan enggak di lautan, jadinya mana mungkin aku tenggelam." Dia mengejekku sambil melempariku dengan gumpalan kertas. "Huuuuh mulai dah kamu ngeles nih, ada aja jawabnya kalau di bilangin, dasar abu nawas."
Akupun menoleh kearah timur taman kampus dengan tak menghiraukan lagi apa kata Lukman yang ngomong sendiri tanpa aku dengar. Sontak saking jengkelnya karena aku tak perhatikan omongannya, lukman ngagetin aku lagi. "DUAAR!!!" Woe si raja bengong ternyata dari tadi sama sekali enggak dengerin aku ngomong rupanya." Sontak sambil senyum dan malu sendiri aku jawab. "Ehhh sorry Man aku enggak ngelamun kok hanya berfikir aja." Lukman pun mencari tahu arah kemana aku memandang tadi dan ternyata. "Ooohhh mandangin cewek itu yaaa, okelah fine!!!, pantesan sampai temennya ngajakin ngobrol kagak di hirauin." Aku mulai mencari alasan dengan membuka buku terus pura-pura membaca padahal di mataku masih melintas sosok seorang akhwat yang sudah lama membuat hatiku tak karuan. Astagfirullah!!! Gumamku dalam angan sambil ku pejamkan mata "Astagfirullah maafkanku ya Allah aku tak memandangnya dengan pandagan syahwat, aku hanya tak tahu caranya memuja kebesaranMu melalui ciptaanMu yang di mataku begitu mempesona.
Di mataku dia adalah sosok yang begitu menjaga sikap dan tingkah lakunya. Seorang akhwat yang begitu taat terhadap perintah tuhanNya. Pantaslah jika aku terkadang kehabisan kata-kata tiap kali ngobrol dengannya, meskipun tak saling bertatap muka.
Ulya nama panggilannya, lengkapnya Ulya Arsyifa Salsabila. Dia adalah adik tingkatku satu jurusan kala itu disebuah kampus swasta di kota Mataram. Ulya merupakan sosok inspiratif di kalangan teman-temannya. Lembut tutur katanya. Pelan nada suaranya, namun tiap kali dia bicara kerap kali membungkam suara-suara lantang.
Di taman depan kampus, aku dan lukman masih ngobrol hingga dia tak sadar aku mengalihkan perhatiannya agar tak ngobrolin ulya lagi. "Man si Dea pacar kamu gimana kabarnya?." Dia kemudian nyahut dengan nada santai seperti biasa. "yaaaa seperti biasalah baik, aku sama dia kan selalu baik, enggak kayak kamu yang kemana mana galau ya galau sendiri, sedih ya sedih sendiri." Dengan nada sedikit pura pura mikir dengan gaya Einstein aku lantas balasnya sok genius. "Hmmm terkadang kesedirian itu indah Man, seindah kata-kata yang takkan pernah mampu kita rangkai untuk menggambarkan kekasih yang teramat kita cintai." "ya ya ya ya ya" sontak lukman beranjak dari tempat duduknya kemudian lagaknya seperti orang yang berorasi. "Duhai engkau gadisku..!!! disini aku masih menunggumu, maka tunggulah aku dipenghujung batas penantian terakhir rindumu." Orang-orang disekitar hanya bisa memandang tingkah lukman yang konyol seperti itu. Sedangkan aku hanya bisa tersenyum sambil tutup muka menertawakannya. "Hahaha Woeee pujangga dadakan, sadarlah, ini kampus bukan pentas puisi." Lukman kembali duduk sambil nyeletuk. "Huuuu!!!kamu tuh yang pujangga, itu kan puisi kamu yang bikin."
YOU ARE READING
MENGAGUMIMU MELALUI BILANGAN DOAKU
RomanceSebuah kisah seorang ikhwan yang mengagumi seorang akhwat kala itu. kekaguman yang pada akhinya membawa kesadaran untuk sang ikhwan terlebih dahulu melabuhkan cinta pertamanya kepada Allah sebelum menuturkan cintanya kepada sang akhwat. bersama sama...